Salin Artikel

Batu Kecubung Ketapang di Mata Kolektor: Mulanya Dikasih, Lama-lama Jatuh Cinta

KETAPANG, KOMPAS.com – Orang-orang dalam membicarakan batu kecubung memang tak seramai beberapa tahun lalu.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi, Salam, satu di antara kolektor batu kecubung asal Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar).

Bagi Salam, selain memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki batu-batu alam lain, kecubung merupakan batu khas Kalimantan.

“Saya koleksi batu kecubung untuk menjaga keistimewaannya. Batu ini asli Kalimantan, jadi harus selalu ada agar tak dilupakan orang,” kata Salam saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

Awal mula Salam menyintai dan mengoleksi batu kecubung, boleh dibilang tanpa sengaja.

Salam menceritakan, pertama kali dia memiliki batu kecubung saat dikasih temannya. Namun, lama kelamaan akhirnya jadi suka.

Bahkan, lanjut Salam, kadang-kadang kalau ada teman yang menawarkan batu kecubung, jika dilihat batunya bagus danada rejeki, dia tak ragu untuk membelinya.

“Awalnya dikasi kawan, lama-lama jatuh cinta, jadi keterusan sampai sekarang,” ucap Salam.

Saat ini, Salam mengaku memiliki koleksi belasan batu kecubung.

Selain membeli dari teman-temannya, batu-batu tersebut dia juga beli dari pengasah batu.

Salam tidak menjual kembali batunya, malah sering kali dia hadiahkan kepada teman atau kerabat yang datang dari luar daerah.

Dari belasan buah batu kecubung yang menjadi koleksi, ada dua buah batu yang menurut dia bagus.

Kedua batu tersebut, masing-masing dia beli seharga Rp 40 juta dan Rp 30 juta.  

“Harga pada batu kecubung nilainya relatif. Tidak bisa diukur. Semuanya tergantung kepuasan hati si pemakai batu tersebut,” ungkap Salam.

Menurut Salam, sekarang ini batu kecubung sudah mulai langka.

Adapun para penambang batu, hanya dilakukan orang-orang tertentu yang memiliki lahan tanah.

Selain itu, para penambang juga telah tahu, mana batu dengan kualitas bagus dan mana yang tidak.

Jika batu itu bagus, seringkali disimpan sendiri atau dijual dengan harga tinggi. namun, kembali lagi, bahwa mahal atau tidaknya batu itu tergantung kepuasan hati si peminat

“Penambang mulai berkurang, enggak seperti dulu, di mana-mana ada. Sekarang cuma orang tertentu yang punya tanah, itu pun kalau rejeki baru dapat batu kecubung yang bagus,” ujar Salam.

Sebagaimana diketahui, kecubung atau ametis adalah salah satu batuan mineral kuarsa yang berasal dari alam.

Batu ini banyak ditemukan di Pulau Kalimantan, salah satunya di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar).

Karena keindahan rupanya, kecubung banyak diburu oleh para kolektor, baik lokal maupun luar negeri.

Namun, tahukah kalian, meski terkenal dengan warga ungu, kecubung juga memiliki warna lainnya.

Namun, untuk kecubung berwarna biru laut paling tinggi harganya.

Satu di antara pengasah batu kecubung asal Kabupaten Ketapang, Catur Setiawan (30) mengatakan, kecubung biru laut memiliki harga lebih mahal karena tingkat kekerasannya di atas jenis batu kecubung yang lain.

“Batu kecubung biru laut sebenanya masuk ke dalam kelas topaz. Walau warna birunya tua atau muda, dia akan masuk ke dalam kelas topaz,” kata Catur.

Bahkan, terang Catur, batu kecubung biru laut yang memiliki tingkat kewarnaan lebih tua, dianggap dapat dikategorikan sebagai aquamarine, namun jika dilakukan uji laboratorium selalu akan gagal.

“Kebanyakan batu biru laut yang sudah memiliki warna tua, saat diuji laboratorium ingin hasil yang keluar adalah aquamarine. Namun, ada kandungan tertentu yang tidak bisa dicapai topaz atau biru laut untuk menjadi aquamarine,” ucap Catur.

Menurut Catur, topaz dan aquamarine memiliki kekerasan yang hampir sama.

Namun, aquamarine memiliki kandungan beryl lebih tinggi dibandingkan topaz. Bahkan tekstur bongkahan juga berbeda.

Topaz akan berbentuk tunggal dengan tekstur memiliki kulit luar seperti kulit jeruk dan rata-rata bulat oval, sedangkan aquamarine bentuk bongkahan seperti beranak-anak tinggi memanjang, atau bisa menyatu dengan batu lain yang ada di sampingnya.

“Selama bergelut di bidang ini, batu aquamarine belum pernah saya temukan di Ketapang,” uja Catur.

Untuk harga, lanjut Catur, jelas saja kecubung biru laut dua kali lebih mahal.

Jika rata-rata harga batu kecubung ungu biasa mulai dipatok seharga Rp 500.000 per buah, maka kecubung biru laut mulai dipatok senilai Rp 1 juta.

“Rata-rata kecubung biru laut harganya dua kali lebih mahal dibanding seluruh jenis kecubung yang lain,” ungkap Catur.

Catur menjelaskan, umumnya di Ketapang, batu kecubung itu berwarna ungu. Ada yang ungu tua dan ungu muda. Warna ungu di batu kecubung seperti bunga lavender.

Di samping itu, ada ada kecubung teh, kecubung cincau dan kecubung solar.

Kemudian, kecubung kuning, yang terbagi menjadi dua, yakni kuning extra joss dan kuning bensin. Lalu ada kecubung putih kristal dan kecubung kopi hitam.

“Penamaan ini umumnya menunjukkan warga batu tersebut. Seperti misalnya kecubung cincau itu warnanya hitam bening seperti cincau,” jelas Catur.

Selain itu, ada yang namanya kecubung antik, seperti misalnya berupa ada bunga karang di dalam batu, ada platina, ada kepingan berwarna kuning atau merah.

Ada pula kecubung motif, corak batunya setelah diasah seperti mirip gambar kucing, pohon, dan lain-lain.

Kemudian ada kecubung rambut atau bulu. Warna bulunya bisa merah, putih, dan hitam.

“Warna kecubung sebenarnya dipakai menyesuaikan barang atau benda yang sering kita lihat. Contoh kecubung ungu kencana. Warnanya mirip bunga kencana,” tutup Catur.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/15/193619278/batu-kecubung-ketapang-di-mata-kolektor-mulanya-dikasih-lama-lama-jatuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke