Salin Artikel

Dulu "Booming", Kini Nasib Penambang Batu Akik Kalimaya Tak Menentu, Dapat Ratusan Ribu Rupiah Saja Sulit..

Dia semangat menggali karena yakin betul di bawah tanah yang dipijak, ada butiran Kalimaya, batu permata yang banyak diburu karena terkenal dengan kecantikannya.

Ya, batu Kalimaya yang hanya ditemukan di Kabupaten Lebak, Banten ini pernah viral dan banyak digandrungi pada 2014-2015 lalu. Saat itu banyak penggemar batu akik memburu Kalimaya hingga harganya melambung tinggi.

Iwan hanya segelintir orang yang kini masih berkutat dengan batu Kalimaya. Kendati sudah lewat masa trennya, dia masih setia memburu batu dan menjualnya ke pengepul. Hidupnya bergantung dari sana.

Hari ini, Iwan bersama dua rekannya, tengah menggali lubang baru yang diyakini ada batuan Kalimaya di sana. Lokasinya ada di tengah perkebunan warga di Kampung Cicae, Desa Mekarsari, Kecamatan Sajira, Lebak.

Butuh waktu dua hingga tiga bulan untuk mencapai kedalaman yang diinginkan dimana batu hias tersebut bersemayam.

Namun keyakinan tersebut tidak jadi jaminan pasti ditemukan batu di sana.

"Hanya prediksi saja, karena dari lubang sebelumnya, ada urat batu yang mengarah ke lubang yang lagi digali ini," kata Iwan yang mengaku sudah jadi penggali lubang batu Kalimaya sejak tahun 2000 ini.

Itu artinya dia tengah bertaruh dengan waktu dan nasib. Jika tidak beruntung maka Kalimaya bisa didapatkan. Sebaliknya akan rugi tenaga dan biaya jika nihil.

Biaya tersebut dikeluarkan untuk uang makan penggali hingga biaya pretelan lubang tambang.

"Kalau dapat batu kita untung, kalau zonk, rugi besar, ini galian kedua, bulan lalu ditinggal karena tidak ditemukan sama sekali batu Kalimaya," kata Iwan.

Saat masih proses penggalian Iwan dapat upah mingguan Rp 300.000 dari bos. Sementara saat sudah menambang batu, pendapatan berupa bagi hasil penjualan.

Kata dia, pada 2014 lalu, dia bersama timnya, pernah mendapat Rp 40 juta dalam sekali jual batu. Saat itu batu yang dijual seukuran ibu jari.

"Sekarang mah dapat seukuran itu susah, sudah jarang, batunya kecil-kecil," kata dia.

Iwan mengaku tetap bertahan jadi penambang lantaran tidak ada pilihan pekerjaan lain.

"Karena sulit mendapatkannya, kalau yang nyari banyak, mangkanya sudah tidak musim lagi, karena di pasaran sudah jarang," kata Samsul.

Samsul mengatakan, dulu dalam satu petak kebun yang tengah digali sekarang, ada beberapa lubang yang masih aktif milik sejumlah bos. Tapi kini hanya dia dan satu orang rekannya saja yang masih bertahahan.

Lubang-lubang bekas tambang tersebut kini terbengkalai dan ditinggalkan menganga begitu saja.

"Ada tiga kecamatan penghasil Kalimaya, yakni Sajira, Curugbitung dan Maja, dulu penambang bisa ratusan, sekarang bisa diitung jari," kata dia.

Saat masih jaya, Samsul mengatakan, banyak sekali kolektor batu Kalimaya berburu langsung ke lubang. Karena banyak yang dicari, selisih harga jualnya juga tinggi.

Dari hasil penjualan batu Kalimaya, Samsul mengaku bisa hidup mewah hingga beli mobil menggunakan uang tunai.

Dalam sehari menambang, kata dia, bisa mendapat banyak jumlah batu. Sekali jual, bisa mengantongi puluhan juta rupiah.

Dari hasil penjualan tersebut, dia mendapat untung Rp 5 juta-Rp 10 juta dari selisih harga batu yang dia beli dari penggali.

"Sekarang mah dapat selisih Rp 500.000 saja Alhamdulillah, malah seringnya rugi," kata dia.

Bahkan untuk membiayai menggali lubang baru, dia mengaku baru-baru ini menggadaikan sertifikat rumah ke bank untuk modal.

Samsul mengatakan, sejauh ini belum ada keinginan untuk berhenti dari bisnis batu Kalimaya. Menjadi pencari dan penjual Kalimaya wasiat orang tuanya yang kini jadi jalan hidupnya.

Walaupun saat ini Kalimaya sedang redup, dia percaya suatu saat akan booming lagi.

"Sudah betah di sini, jalannya sudah ada, saya yakin ke depan akan digandrungi lagi, seperti yang sudah-sudah, tren batu perhiasan ini musiman," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/11/073000778/dulu-booming-kini-nasib-penambang-batu-akik-kalimaya-tak-menentu-dapat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke