Salin Artikel

Khofifah Minta Kades hingga Bupati Rayu Mbah Tukiyem, Korban Gempa yang Ogah Dievakuasi

Kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang mengunjungi rumahnya di Desa Boro, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Sabtu (22/5/2021), nenek 85 tahun itu bahkan kembali menegaskan keengganannya untuk dievakuasi.

Usai berbincang sejenak dengan Tukinem, Khofifah, mengungkapkan kekhawatirannya atas keselamatannya jika tetap tinggal di rumah yang sudah dua kali terdampak gempa, yaitu gempa Malang 14 April lalu dan gempa Blitar Jumat kemarin (21/5/2021).

"Menurut saya sangat mengkhawatirkan, kalau-kalau ada gempa susulan. Tidak pun sebenarnya mengkhawatirkan kalau ada angin kencang," ujar Khofifah di sela peninjauan dampak gempa Blitar di beberapa titik di wilayah Kabupaten Blitar, Sabtu (22/5/2021).

Khofifah mengatakan, hampir semua sisi dinding rumah nenek yang sudah kesulitan jalan itu sudah ambrol dan retak akibat dua kali digoyang gempa bumi.

Menurut Khofifah, minta upaya mengevakuasi Tukinem dari rumahnya cepat dilakukan.

Kondisi rumah Tukinem, menurutnya, sudah terlalu ringkih untuk menghadapi gempa kecil sekalipun.

Karena Tukinem sendiri bahkan menolak rayuan Khofifah untuk dievakuasi, Khofifah meminta agar kepala desa, camat, bahkan Bupati Blitar Rini Syarifah ikut merayu Tukinem.

"Ada Pak Kades, Bu Camat, Bu Bupati, teman-teman dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Dengan cara masing-masing lah mengajak Beliau untuk berkenan dievakuasi sampai proses rehab rumah Beliau bisa dilakukan," pinta Khofifah.

Khofifah juga meminta agar bantuan untuk Tukinem diberikan dalam kategori bantuan paket penuh termasuk penyediaan fasilitas sanitasi karena selama ini fasilitas mandi cuci kakus (MCK) rumah Tukinem dinilai tidak layak.

Setelah dua kali daerah selatan Jatim diguncang gempa dalam kurun waktu sekitar sebulan, Khofifah mengingatkan masyarakat untuk kembali memperhatikan pembangunan rumah tahan gempa.

Mantan Menteri Sosial itu mengatakan, meski tidak bisa sekaligus pembangunan rumah tahan gempa harus dilakukan khususnya di wilayah pesisir selatan Jawa Timur.

"Seyogyanya konstruksi bangunan dipilih yang tahan gempa karena wilayah selatan Jawa termasuk Jawa Timur ini ada di area ring of fire," ujarnya tanpa merinci jenis rumah tahan gempa seperti apa dan bagaimana skemanya.

"Memang bertahap. Konstruksi harus disiapkan yang tahan gempa," tambahnya.

Khofifah kembali menyinggung sulitnya melakukan antisipasi dan mitigasi bencana alam termasuk gempa bumi.

Menurutnya, beberapa pihak terutama BMKG telah secara kontinyu mitigasi dan peringatan ancaman bencana alam.

"Seperti dulu disiapkan mitigasi gempa di Pacitan dan Banyuwangi tapi ternyata terjadi di Malang, (berdampak) di Lumajang dan sebagian Blitar," ujarnya.

Sulitnya memprediksi bencana alam, ujar Khofifah, membuat konsep kampung tangguh dan kampung siaga bencana (KSB) harus kembali direvitalisasi.

KSB, menurut Khofifah, bukan hanya menyiapkan  masyarakat menghadapi kemungkinan bencana tapi juga membangun kemandirian menghadapi bencana.

Menurut Khofifah, KSB di setiap wilayah berbeda format dan target bergantung pada jenis potensi bencana alam apa yang ada di setiap wilayah.

Dalam konsep KSB, ujarnya, sebuah komunitas atau desa akan memiliki lumbung yang berisi beragam peralatan termasuk peralatan dalam menghadapi bencana alam.

"Di daerah rawan banjir, misalnya, lumbung bisa berisi tali, perahu, pelampung, dan sebagainya," ujarnya.

Khofifah mengatakan, dirinya akan meminta dilakukan pemetaan ulang KSB yang ada di Jawa Timur berdasarkan potensi ancaman bencana di masing-masing daerah.

https://regional.kompas.com/read/2021/05/22/191118378/khofifah-minta-kades-hingga-bupati-rayu-mbah-tukiyem-korban-gempa-yang-ogah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke