Salin Artikel

Fakta Guru TK di Malang Terjerat 24 Pinjol, untuk Biaya Kuliah, Dipecat dari Tempat Mengajar

KOMPAS.com - Seorang guru taman kanak-kanak (TK) di Kota Malang, Jawa Timur, berinisial S (40) terjerat pinjaman online (pinjol) sebesar Rp 40 juta dari 24 aplikasi berbeda.

S terpaksa meminjam uang di aplikasi pinjaman online tersebut untuk kebutuhan membayar kuliahnya. S kuliah sebagai syarat untuk bisa tetap mengajar di TK tempatnya mengajar.

S sudah mengajar di TK tersebut selama 13 tahun dengan gaji Rp 400.000 per bulan.

Namun, karena tempatnya mengajar tahu bahwa S terjerat pinjol, pihak yayasan langsung memecatnya. Ia dipecat sebagai guru di TK tempatnya mengejar pada November 2020 lalu.

Dari 24 aplikasi pinjol yang digunakan S, hanya 5 yang aplikasi yang legal dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara, 19 aplikasi lainnya merupakan pinjol ilegal.

Berikut faktanya yang Kompas.com rangkum:

S mengatakan, ia terpaksa meminjam uang di aplikasi pinjol untuk kebutuhan biaya kuliahnya.

Kata S, pada tahun 2020, sekolah meminta syarat ijazah S1 agar S tetap bisa mengajar di sekolah tersebut. Sementara S adalah lulusan D2.

S sudah mengajar di TK tersebut selama 13 tahun. Sementara gaji per bulan yang ia terima sebagai guru TK hanya Rp 400.000 per bulan, biaya kuliahnya S1 per semester mencapai Rp 2.500.000.

"Awal cerita saya pinjam online adalah karena kebutuhan untuk membayar biaya kuliah di salah satu universitas di Kota Malang sebesar Rp 2.500.000 karena memang dari tuntutan lembaga tempat saya mengajar harus punya ijazah S1," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (17/5/2021) malam.

 

Kata S, awalnya ia meminjam uang di lima aplikasi pinjol, karena besar uang yang dipinjamkan satu perusahaan dibatasi antara Rp 500.000 hingga Rp 600.000.

"Saya pinjam online itu hingga ke 5 aplikasi pinjaman online. Karena limitnya kan gak banyak kalau awal, jadi pinjam ke 5 pinjaman online langsung," katanya.

Saat meminjam uang di pinjol tersebut, satu perusahaan pinjaman online itu, mematok bunga pinjaman sebesar 100 persen dari pinjaman awal.

Karena butuh biaya untuk pendidikannya, S pun menyetujuinya.

"Jadi saya itu pinjam Rp 600.000 tapi saya suruh bayar Rp 1,2 juta. 100 persen bunganya, tapi karena kepepet saya iya saja," jelasnya.

 

Kata S, cara menagih debt collector pinjaman online sempat membuatnya frustrasi. Bahkan, dirinya sempat diancam akan dibunuh dan digorok lehernya.

Untuk menghentikan teror dari debt collector itu, S pun meminjam uang ke perusahaan pinjaman online lainnya untuk menutupi utang hingga akhirnya ia meminjam di 24 aplikasi pinjol.

"Hingga saya pinjam sampai 24 pinjaman online itu, dan utangnya sampai Rp 40 juta lebih. Jadi saya bayar utang dengan utang, sampai tergulung utang sendiri," ungkapnya.

 

Sementara itu, Slamet Yuono, kuasa hukum S dari Kantor Hukum 99 dan Rekan mengatakan, dari 24 aplikasi pinjol yang digunakan S, hanya 5 yang aplikasi yang legal dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara, 19 aplikasi lainnya merupakan pinjol ilegal.

"Dari 24 pinjol (pinjaman online) ini, kita coba lihat, ternyata ada lima yang legal dan 19 yang ilegar," ujarnya.

"Dia tidak tahu kalau pinjaman online itu ada yang legal, ada yang ilegal. Dia tidak tahu. Pokoknya ketika dilihat di HP ada aplikasi pinjaman online, bisa di-download dan mereka bilang syarat mudah. Ada KTP, foto selfie, rekening, langsung cair," lanjutnya.

 

Kata Slamet, S dipecat sebagai guru sejak 5 November 2020 akibat kasus tersebut.

Awalnya, lanjut Slamet, S cerita ke temannya sesama guru jika ada debt collector yang menghubungi agar diabaikan.

Namun, pihak sekolah yang mengetahui S sedang terjerat dengan pinjol memutuskan untuk memecatnya.

"Dia sampaikan ke teman gurunya di TK itu supaya kalau ada debt collector menghubungi dibiarkan. Akhirnya pihak sekolah tahu, pihak yayasan tahu dan dipanggil, dipecat. Jadi bukan dia dapat perlindungan dari tempat dia bekerja sebagai guru, tapi dia langsung dipecat," ungkapnya.

Kata Slamet, ia menangani kasus S itu secara pro bono atau secara cuma-cuma.

Tujuannya juga untuk memberikan pembelajaran bagi penyedia aplikasi pinjaman online ilegal.

Selain itu, S yang menjadi korban merupakan guru dari anaknya saat bersekolah di TK tempat S mengajar.

 

Sumber: KOMPAS.com, (Penulis : Kontributor Malang, Andi Hartik | Editor : Khairina, Rachmawati)

https://regional.kompas.com/read/2021/05/19/091539778/fakta-guru-tk-di-malang-terjerat-24-pinjol-untuk-biaya-kuliah-dipecat-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke