Salin Artikel

"Kalau Tidak Pulang Sekarang, Belum Tentu Tahun Depan Covid-19 Hilang"

Namun, tak sedikit di antara para pemudik yang tidak berhasil pulang. Salah satunya adalah Fitri (25)

Rabu (12/5/2021) dini hari, Fitri (25) tengah beristirahat usai diputar balik petugas Pos Penyekatan Tanjungpura, Karawang.

Ia dan suaminya menghela napas sembari berpikir bagaimana cara bisa sampai di Kuningan, Jawa Barat.

Sedangkan sang buah hati yang berusia empat tahun tengah tertidur di pangkuan.

Kepada Kompas.com, Fitri mengaku nekat mudik lantaran kangen dengan orang tuanya. Sedangkan Lebaran tahun lalu, ia mengaku sudah tak mudik.

"Sudah dua kali lebaran tidak pulang," kata dia.

Alasan mudik

Fitri berangkat dari Jakarta sekitar pukul 10.00 WIB.

Ia kemudian tiba di Pos Penyekatan Tanjungpura sekitar pukul 01.00 WIB. Meski berharap lolos penyekatan, Fitri dan suaminya diminta putar balik.

"Berusaha (mudik) dulu, nenek kakek sudah sepuh-sepuh," ungkapnya.

Pemudik lain mengaku ingin pulang ke kampung halaman lantaran khawatir Lebaran tahun depan mudik kembali dilarang. Ia mengatakan sudah rindu dengan keluarganya.

"Kalau bukan sekarang kapan lagi. Belum tentu tahun depan corona (Covid-19) hilang," ujar dia.

Pemudik itu menempuh berbagai cara untuk sampai ke Tegal, kampung halamannya.


Harapan yang sama juga diungkapkan seorang pemudik, Uju Sunarya (31). Sunarya diminta putar balik lantaran surat keterangan hasil tes Covid-19 negatif sudah kedaluwarsa.

Uju pun pasrah saat diminta putar balik oleh petugas. Ia mengaku sudah tak punya uang untuk melakukan tes swab Covid-19.

"Kalau disuruh putar balik ya putar balik. Kalau disuruh tes saya dari mana lagi. Dua minggu aja dua kali antigen. Duit dari mana," ujar Uju.

Kapolres Karawang minta silaturahmi dilakukan virtual

Demi bisa lolos penyekatan, sejumlah pemudik pun berupaya mengelabuhi petugas.

Ada yang menjalankan modus berpura-pura menjadi ojek online hingga mengaku hendak COD.

Ada pula yang menyebut mengaku orang tua sakit, namun tak mampu menunjukkan surat-surat yang dipersyaratkan.

"Sehingga kita putar balikkan," Kapolres Karawang AKBP Rama Samtama Putra.

Rama mengaku paham betul perasaan pemudik. Ia pun mengaku kasihan.

"Kita sebenernya kasihan pada pengendra ini, bapak ibu, ada anak dibawa bawa dua tiga jam perjalanan kemudian disekat. Tapi kita berpikir lagi bahwa ini aturan," ujar dia.

Karawang sebagai wilayah pertengahan hilir arus mudik, sebetulnya tak bisa lagi melarang warga melintas untuk mudik.

Apalagi pihaknya pun tak bisa memberi sanksi bagi warga yang nekat dan hanya bisa mengimbau.

"Kita imbau, kita tutup (melakukan penyekatan) dan kita putar balikkan. Pasti memutar-mutar. Tapi itu mereka sudah tahu akan hal itu," ungkap dia.

Rama pun berharap para pemudik berpikir ulang untuk mudik.

Ia mengaku yakin para pemudik sudah tahu risiko mudik di tengah aturan peniadaan mudik yang diputuskan pemerintah.

Kapolres mengimbau warga untuk bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman secara virtual. Misalnya melalui panggilan video atau aplikasi pertemuan online lainnya. Sehingga, pencegahan laju penularan virus corona bisa dikendalikan.

"Kami senantiasa mengimbau tolong jaga keselamatan kesehatan keluarga di kampung, tidak perlu mudik, silaturahmi bisa melalui virtual," ungkap dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/05/12/101923078/kalau-tidak-pulang-sekarang-belum-tentu-tahun-depan-covid-19-hilang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke