Salin Artikel

Dakwah Melalui Secangkir Kopi

Lagu yang dipopulerkan band asal Yogyakarta, Shaggydog itu, sebagian liriknya telah digubah menjadi sebuah pesan atau ajakan untuk kembali mengenal Tuhan.

Mereka berkumpul dan bernyanyi di "Kedai Kopi Oleh Utang" yang terletak di kawasan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Surabaya, Jawa Timur.

Rupanya, kedatangan mereka tak sekadar untuk ngudud (merokok) dan menikmati suguhan kopi hitam.

Di balik semaraknya live musik yang menggema, sekumpulan anak muda dari berbagai komunitas itu sejatinya tengah menantikan siraman rohani dari salah seorang penceramah.

Meski digelar di warung kopi sederhana hingga letaknya yang berada di pinggiran Kota Surabaya, tak menyurutkan niat para pemuda untuk datang.

Kedatangan sekumpulan anak muda itu justru membuat suasana tampak begitu hangat dan meneduhkan.

Bahkan, si pembawa acara yang populer dengan nama Pak Raden mampu membius para audiens saat membawakan beberapa tembang lagu.

Tingkah konyol dan kocaknya juga membuat suasana semakin cair. Dengan gaya khas Suroboyoan, ia mampu menyatukan audiens tanpa ada rasa ketersinggungan.

Acara itu digagas oleh sang juru dakwah. Dia adalah Habib Muhammad Assegaf.

Acara tersebut bertajuk "Majelis Ngaji lan Ngopi". Atau, dalam bahasa Indonesia berarti wadah sekumpulan orang yang gemar mengaji dan minum kopi.

Habib mengaku, Majelis Ngaji lan Ngopi ini telah digagas hampir dua tahun.

Ia mengakui, tidak mudah berdakwah di hadapan para pemuda, yang sebagian besar memang belum paham tentang syariat Islam.

Namun, Habib tak menyerah. Menurut dia, berdakwah mengajarkan agama kepada pemuda, berarti ia harus bisa merangkul dan mensejajarkan diri dengan para pemuda.

Berdakwah di warung kopi

Pria berusia 34 tahun itu sengaja berpindah-pindah dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya agar bisa dekat dengan para pemuda di Kota Pahlawan.

"Ngaji lan Ngopi ini didirikan hampir 2 tahun dan termotivasi karena kita ingin mendekati teman-teman (anak muda) di warung-warung kopi," kata Habib Muhammad Assegaf saat ditemui Kompas.com, Minggu (9/5/2021).

Habib menilai, masyarakat di Surabaya, khususnya anak muda, perlu mendapat tambahan ilmu agama.

Dengan perkembangan zaman yang penuh tantangan, ia meyakini bahwa metode dakwah di masa kini juga harus kreatif, inovatif dan menarik.

Tujuannya adalah, anak-anak muda mau dirangkul dan bergabung untuk mempelajari agama Islam.

Apabila anak muda hanya dijejali dengan ilmu agama semata, tanpa ada hal yang membuat mereka tertarik, Habib menyebut anak-anak muda akan cepat jenuh.

Karena itu, ia membuat acara bernama Majelis Ngaji lan Ngopi dengan cara jemput bola. Ia mengaku tidak pernah menunggu jemaah mendatanginya.

Habib sendiri yang mendatangi anak-anak muda di sejumlah warung kopi untuk menjalankan misi dakwahnya.

"Di akhir zaman ini, kita harus punya program yang prinsipnya itu jemput bola, karena di akhir zaman sudah bukan lagi orang yang datang ke ulamanya, tapi ulamanya yang perlu datang ke yang didakwahi (jemaah), istilahnya jemput bola lah," ujar dia.

Cara Habib berdakwah cenderung mudah diterima anak muda dan tidak terkesan menggurui. Menurut dia, sekumpulan pemuda yang gemar nongkrong di warung kopi akan lebih senang bila memperoleh hal baru tanpa harus meninggalkan rutinitas ngopi bersama teman-temannya.

Setiap kali berdakwah di warung kopi, Habib berusaha komunikatif hingga membuat suasana semakin asyik.

Selain terdapat suguhan musik dengan tembang lagu dari berbagai genre, ada pula sesi tanya jawab seputar keagamaan hingga give away bagi peserta yang bisa memberikan jawaban dengan tepat.

Majelis Ngaji lan Ngopi menjadi semakin hidup. Ilmu tentang keagamaan, terutama tentang syariat Islam mudah diserap anak-anak muda.

Secara perlahan, beberapa pemuda yang awalnya sama sekali tidak memiliki bekal ilmu tentang agama, satu per satu kini mulai mengaplikasikan Islam dalam keseharian.

Habib juga tidak memaksa para pemuda untuk seketika "hijrah" dalam pandangan sempit. Sebab, semuanya membutuhkan proses yang tidak instan.

"Kita punya cara (berdakwah) yang tidak seperti biasanya, ada live music, bebas sambil ngerokok, sambil ngopi, tujuannya supaya bisa diterima lagi oleh kaula muda yang enggan ke majelis-majelis yang formal," kata Habib.

Dalam sesi tanya jawab pun, kata Habib, peserta atau jemaah bebas bertanya perihal apa pun, misalnya tentang rutinitas keseharian yang berkaitan dengan agama.

Semua pertanyaan dijawab dengan gamblang oleh Habib tanpa harus menghakimi.

"Pertanyaannya bebas, tidak harus tentang yang dibahas, bisa tanya jawab tentang tayamum, wudhu, adab bergaul dalam rumah tangga, bahkan hak-hak menjadi pemerintah atau rakyat yang baik juga kita bahas di sini," tutur dia.

Sebanyak 27 warung kopi disinggahi

Untuk bisa dekat dengan para pemuda, Habib mengaku sudah mendatangi sebanyak 27 warung kopi di Surabaya dan Sidoarjo selama hampir dua tahun ini.

Karena pandemi Covid-19, kegiatan Ngaji lan Ngopi sedikit terhambat. Sepanjang tahun 2020 lalu, kegiatan tersebut sempat berhenti.

Baru pada tahun ini, kegiatan itu kembali bergulir meski tidak semua tempat di warung kopi bisa aktif seperti dulu.

Meski demikian, ia bersyukur bisa terus mensyiarkan agama Islam kepada para pemuda di warung-warung kopi.

"Sekarang sudah ada 27 titik 'Ngaji Ngopi' di (warung kopi) yang ada di Surabaya dan Krian, Sidoarjo. Karena pandemi ini, terputus semuanya dan hanya beberapa saja yang aktif. Tapi, bukan berarti dibatasi ya (segala usia boleh), kebetulan yang datang ini para pemuda," kata dia.

Habib menuturkan, alasan memilih warung kopi sebagai lokasi dakwah dan pemuda sebagai target dakwahnya karena pemuda dinilai perlu belajar dan mendalami ilmu agama.

Sebab, para orangtua dan kelompok lanjut usia (lansia) lebih banyak mengikuti kegiatan keagamaan di masjid hingga majelis taklim yang sudah terlalu formal bagi anak muda.

Ia menilai, anak muda akan sungkan mendatangi tempat-tempat formal dan cenderung malu untuk mengeluarkan kegundahan yang ada dalam hatinya.

"Lebih banyak di warung kopi kan pemudanya, kalau di majelis-majelis yang khusyuk, di masjid dan majelis taklim itu banyak orang-orang tua dan orang-orang baik, nah yang kalau di warung-warung kopi itu yang perlu kita jamah, akhirnya kita masuk di warung-warung kopi," kata Habib.

Habib menilai, anak muda saat ini cenderung kurang memiliki ketertarikan untuk mendalami ilmu agama Islam.

Bahkan, menurut dia, hal-hal dasar tentang Islam, yang seharusnya bisa dipahami dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, justru banyak yang belum dimengerti.

Untuk memudahkan para pemuda menyerap dakwah tentang syariat Islam, dalam dakwahnya Habib selalu menyelipkan musik sembari ngopi dengan para pemuda.

Dengan demikian, ia berharap para pemuda tak lagi canggung, sehingga dakwah yang ia sampaikan bisa dicerna dengan baik dan diterapkan dalam keseharian.

"Rata-rata, memang teman-teman (pemuda) nol pendidikan syariat, sehingga perlu bagi kita di materinya kita isi tentang kajian-kajian syariat. Jadi, kita sisipkan bagaimana caranya mandi besar, wudhu, dan shalat, dan lain sebagainya, kita ajarkan ke mereka. Mazhabnya kita ikut as Syafi'iyah, kalau Tasawufnya kita ikut Imam Al-Ghazali," kata dia.

Alasan lain mengapa Habib menargetkan anak muda sebagai audiens dan warung kopi untuk lokasinya karena menurutnya pemuda adalah tombak agama.

Ia meyakini bahwa agama Islam akan kuat jika pemudanya kuat.

"Ada salah seorang alim mengatakan bahwa agama Islam ini berada di bawah telapak kaki para pemuda. Kalau pemudanya ini gemar taklim dan gemar belajar ilmu, maka mereka akan praktikan ilmu itu, sehingga agamanya akan semakin kuat," ucap Habib.

Banyak tawaran berdakwah dari berbagai daerah

Dengan motode dakwah yang dilakukannya itu, saat ini Habib menerima banyak tawaran untuk berdakwah di sejumlah warung kopi di berbagai daerah.

Bahkan, saking banyaknya tawaran, ia tidak bisa melayani satu per satu permintaan untuk mengisi dakwah dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya.

Tawaran berdakwah itu datang dari Kabupaten Lumajang, Blitar, Pasuruan, hingga Banyuwangi.

Sebenarnya Habib tidak ingin menolak tawaran tersebut. Hanya saja, ia ingin merampungkan kajian dan dakwahnya kepada anak-anak muda di Surabaya terlebih dulu.

Ke depan, Habib mengaku tak menutup kemungkinan akan menjalankan misi dakwahnya itu ke daerah lain yang masih berada di Provinsi Jatim.

"Majelis ini alhamdulillah sangat banyak yang minta, bahkan sampai banyak yang kita tolak, karena mengingat jadwal kita hampir sebulan itu penuh, kalau dituruti semua bisa nggak di rumah kita nanti," kata Habib.

"Karena begitu warkop-warkop melihat kegiatan seperti ini, mereka tertarik dan mengajukan, ada dari Blitar, Jombang, sampai Tengger. Jadi, kita masih belum mencakup untuk semua, tapi fokus kepada teman-teman di Surabaya," imbuh dia.

Habib merasa senang bisa berdakwah kepada jemaah yang didominasi anak muda dengan rentang usia 15 hingga 35 tahun.


Sempat dihujat karena berdakwah dengan cara tak biasa

Berdakwah tak semudah seperti orang yang sedang berdemo suatu produk. Apalagi dilakukan dengan cara yang unik dan cenderung nyeleneh.

Di awal memulai berdakwah di warung kopi, Habib Muhammad Assegaf pernah dihujat karena cara dakwahnya yang tidak biasa.

Ketika berdakwah kepada sekumpulan anak muda Surabaya di mimbar warung kopi, ada beberapa orang yang memiliki pandangan negatif terhadap dirinya.

Namun, hal itu justru menjadi tantangan tersendiri baginya. Karena tujuannya tak lain adalah ingin menjadikan anak-anak muda kembali mengenal Tuhan.

"Ada saja pro kontra, karena memang 'Majelis Ngaji lan Ngopi' ini tidak seperti biasanya, ada yang melihat dan berpandangan negatif. Tapi ya biasa lah dan itu tidak berpengaruh pada dakwah kita sampai saat ini," ujar Habib.

Topik seputar Ramadhan jadi prioritas

Habib tak hanya membahas topik-topik tentang bagaimana beribadah di bulan Ramadhan.

Sejumlah kajian tentang hal di luar Ramadhan juga disampaikan dalam tausiyahnya kepada para pemuda.

Meski demikian, topik Ramadhan menjadi hal yang harus diketahui para pemuda karena masih banyak yang menerapkan ibadah puasa dengan cara yang keliru.

Sebab, kata dia, ada banyak hal yang bisa membatalkan puasa seseorang. Namun, banyak pemuda yang belum tahu sehingga selama ini mereka tetao menjalankan ibadah puasa dengan santai.

Padahal, secara syariat puasanya telah batal ketika ada suatu hal yang bisa menggugurkan amalan puasanya.

Ia menyampaikan, ada sejumlah pengertian puasa yang bermakna ganda hingga ambigu bagi kalangan awam.

Hal itulah yang coba diluruskan Habib agar dalam penerapannya, tak sampai terjadi salah kaprah dan berkelanjutan.

"Jadi di bulan Ramadhan ini, kita bikin kajian tentang puasa, problematika tentang puasa. Puasa itu rukunnya ada berapa, syaratnya orang puasa seperti apa, yang membatalkan puasa itu seperti apa, karena selama ini masih banyak sekali teman-teman yang salah praktik puasanya, bahkan sampai batal, itu kita bahas," tutur dia.

Meski begitu, ia bisa memaklumi dan berusaha tidak menghakimi para pemuda yang menjadi jemaahnya.

Semua hal salah kaprah itu, yang bengkok-bengkok, diluruskan kembali sesuai syariat Islam.

Harapannya, hal baik yang sudah dilakukan para pemuda jadi tidak sia-sia dan bisa bernilai pahala.

Selain bisa melakukan perintah Tuhan dengan baik dan benar, para pemuda ini juga diharapkan mampu menyebarkan kebaikan serupa kepada khalayak seperti sabda Rasulullah yang diriwayatkan HR Bukhari yang berbunyi, "sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat".

https://regional.kompas.com/read/2021/05/10/115429678/dakwah-melalui-secangkir-kopi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke