Salin Artikel

Isu Santet Berembus di Lapas Merauke, 2 Napi Tewas Dikeroyok, Dicurigai Punya Ilmu Hitam

KOMPAS.com - Sejak Maret hingga Mei 2021, beberapa warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II B Merauke meninggal.

"Kalau sesuai dengan surat keterangan dari petugas kesehatan Lapas, yang meninggal dunia itu ada karena usus buntu, sesak napas, asam lambung, gangguan jantung," ujar Plh Kepala Lapas Klas II B Merauke, Adhi Nugroho Utomo

Meski hasil pemeriksaan medis menyatakan bahwa mereka meningggal karena punya riwayat penyakit, sebagian warga binaan tak memercayainya.

Mereka menuding, kematian tersebut disebabkan oleh ilmu hitam.

Para warga binaan beranggapan, kasus seperti itu tak pernah terjadi sebelumnya.

"Karena meninggalnya beberapa orang ini baru terjadi di Lapas Merauke di situasi pandemi ini. Tapi banyak warga binaan kami yang memiliki kepercayaan-kepercayaan memaknai kematian ini fenomena ilmu hitam," tuturnya saat dihungi Kompas.com, Minggu (9/5/2021) dini hari.

Ada dua nama narapidana (napi) yang dicurigai punya kemampuan menyantet, yakni Melianus Gebze dan Sebastian Basik-Basik.

Isu tersebut kian kencang berembus usai kematian salah seorang warga binaan. Yosef Erwin Tatimio meninggal di rumah sakit pada Sabtu pukul 14.15 WIT.

Sebagian besar warga binaan percaya bahwa Melianus dan Sebastian adalah dalang di balik kematian tersebut.

Akibatnya, pengeroyokan terhadap Melianus dan Sebastian tak terhindarkan.

Pengeroyokan ini diduga telah direncanakan. Pasalnya, pagar blok 3 dan 4 dikunci oleh para napi.

Alhasil, petugas tak bisa menghentikan aksi pengeroyokan itu.

Usai pengeroykan, Melianus dan Sebastian ditemukan tak bernyawa pada Sabtu (8/5/2021) pukul 16.25 WIT.

Saat maghrib, situasi di Lapas Merauke berhasil dikendalikan setelah polisi datang. Personel kepolisian kemudian melakukan razia.

Ada sebelas orang yang dimintai keterangan terkait peristiwa tersebut.

Mereka terdiri dari delapan warga binaan dan tiga petugas lapas.

Polisi juga membawa barang bukti berupa buku-buku milik dua korban. Oleh para napi, buku itu disebut berisi mantra ilmu hitam.

Mengenai tewasnya dua napi tersebut, pihak lapas meminta keluarga agar menyerahkan kasus ini kepada polisi.

"Kita serahkan kepada penegak hukum untuk bekerja mengungkap siapa pelaku-pelaku dari massa yang keroyok dan motif sesungguhnya," tutur Adhi.

Disinggung soal pengamanan di lapas, Adhi mengatakan petugas lapas sudah berusaha menghentikan pengeroyokan, tetapi mereka tak bisa memasuki ruang tahanan karena aksesnya dikunci oleh napi.

Selain itu, jumlah petugas lapas yang tidak sebanding dengan warga binaan turut menjadi masalah.

Kata Adhi, Lapas Klas II B Merauke mempunyai jumlah pegawai lapas sebanyak 60 orang yang terbagi di empat seksi, yakni seksi pembinaan, tata usaha, administrasi keamanan dan ketertiban, serta kepala pengamanan lapas.

Sedangkan di sana terdapat 324 warga binaan, yang terdiri dari 266 narapidana dan 59 tahanan.

"Kapasitas 319 orang, dengan 34 kamar dengan empat blok. satu dan dua blok lama, serta tiga dan empat blok baru. Jadi apa yang sudah dilakukan kami dengan beberapa pengendalian tersebut belum dapat diterima oleh pihak warga binaan," ungkapnya.

Adhi menyampaikan, saat isu itu merebak, pihaknya telah berusaha mengantisipasi dengan cara mengadakan pertemuan antara para napi, tokoh agama, dan tokoh adat.

Lalu, pada 29 April, pihak lapas kembali menyelanggarakan doa bersama.

Lapas juga memberikan pemahaman kepada napi bahwa penyebab kematian beberapa warga binaan karena sakit.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kompas TV Timika, Irsul Panca Arditra | Editor: Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2021/05/10/071659678/isu-santet-berembus-di-lapas-merauke-2-napi-tewas-dikeroyok-dicurigai-punya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke