Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Tersangka Rapid Test Pakai Alat Bekas Raup Rp 1,8 Miliar | Lurah di Jombang Minta THR dan Parsel ke Pengusaha

Para tersangkanya meraup keuntungan hingga Rp 1,8 miliar dari praktik yang dilakukan sejak Desember 2020 itu.

Sedangkan di Jombang, Jawa Timur lurah meminta parsel dan THR dari pemilik usaha toko hingga rumah makan.

THR dan parsel itu akan diberikan pada 16 pegawai kelurahan.

Berikut lima berita populer nusantara yang menjadi fokus perhatian pembaca Kompas.com:

Pelaku yang merupakan pimpinan dan pegawai PT Kimia Farma Medan hanya membersihkan stik bekas dengan alkohol kemudian mengemas ulang dan menggunakannya kembali.

Aksi itu dilakukan pelaku sejak Desember 2020 dengan rata-rata 100 hingga 200 orang yang menjalani tes dalam sehari.

Dari aksi tersebut, pelaku mampu meraup keuntungan Rp 1,8 miliar.

"Yang jelas ini barang buktinya ada Rp 149 juta dari tangan tersangka. Dan yang jelas satu hari ada 100-150 dan 200 penumpang yang ikut melakukan tes swab ini. Kalau hitung 100 saja, kali 90 hari, sudah ada 9.000 orang," kata Kapolda Sumut Irjen RZ Panca Putra Simanjuntak.

Polisi telah menetapkan lima tersangka. Yakni Business Manager PT Kimia Farma Medan, PC beserta empat orang pegawainya.

Alat itu kemudian digunakan kembali.

"Itu yang kita bersihkan dengan alkohol 75 persen dan dilap pada brushnya. Tidak rusak," ujar SP yang merupakai pegawai Kimia Farma yang bertugas di Bandara Kualanamu.

Kemudian, tersangka berinisial MR bertugas untuk mengetik hasilnya.

Dia mengaku dipaksa oleh PC dan mengeluarkan hasil nonreaktif.

"Saya diarahkan untuk memakai brush bekas (lalu mengarahkan) ke analis untuk menggunakan brush bekas oleh arahan BM. Saya juga disuruh manipulasi data seperti laporan berita acara," katanya.

Sedangkan tersangka RN berperan di bagian pendaftaran dan menerima uang.

"Terus uangnya sama saya. Besoknya diambil oleh SP. Terus jumlah peserta saya laporkan ke BM. Kemudian sesuai permintaan BM disetornya, tergantung," ujarnya.

Surat tersebut berisi permintaan tunjangan hari raya (THR) hingga parsel kepada sejumlah pengusaha.

THR dan parsel itu nantinya akan dibagikan pada 16 pegawai kelurahan.

Permintaan tersebut ditujukan pada pemilik usaha toko hingga rumah makan di wilayah tersebut.

Camat Jombang Muhdlor mengatakan, pihaknya langsung mengedarkan surat larangan bagi lurah meminta parsel dan THR pada pengusaha.

Sedangkan surat yang sempat viral itu kini telah ditarik.

"Sudah kami minta untuk ditarik. Sekarang sudah ada yang ditarik dan ada yang sedang ditarik," kata Muhdlor saat dihubungi Kompas.com.

Meski bukan seorang tentara, Suheri merupakan ahli senjata torpedo.

Ayah Suheri sempat terkejut dengan kabar insiden yang menimpa KRI Nanggala-402.

Sebab, putranya yang memiliki seorang istri dan tiga anak tersebut dinyatakan gugur usai KRI Nanggala dipastikan tenggelam.

"Anak saya pamitannya Senin pagi. Langsung ketemu saya, terus minta doa supaya berhasil. Tidak ada firasat. Dengan kejadian ini kami sekeluarga shock, terkejut," tutur Untung beberapa hari lalu, dikutip dari Suryamalang.com.

Suheri yang tinggal di Kota Surabaya itu telah menjadi PNS sejak 1991.

Dalam unggahan Kemenpan-RB, Suheri disebut sebagai PNS yang bertugas di lingkungan TNI AL.

Dia menjabat sebagai Asembling-Diasembling pada Subbag Senjata Khusus Torpedo, Bagian Uji Coba di Arsenal Dinas Senjata dan Elektronika Angkatan Laut (Dissenlekal) Markas Besar Angkatan Laut (Mabes AL).

Guru tersebut dicopot dari jabatannya dan tidak diperbolehkan lagi mengajar.

"Tidak lagi menjadi guru. Istilahnya di-stafkan atau menjadi jabatan fungsional umum," ungkap Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD) Solo Nur Haryani.

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan sanksi berat ini diberikan untuk memperingatankan ASN lain agar tidak melakukan hal serupa.

"Jangan melakukan hal-hal seperti itu. Nanti akan kita tindak tegas, makanya akan tindak keras. Ini peringatan bagi ASN jangan seperti itu," kata Gibran di Solo, Jawa Tengah, Jumat (30/4/2021).

Dia juga meminta ASN bekerja secara profesional.

"Kita kerja profesional saja. Itu untuk shock therapy jangan sampai ditiru yang lain," terang dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Dewantoro, Moh. Syafii. Labib Zamani | Editor : Farid Assifa, Aprilia Ika, David Oliver Purba, Robertus Belarminus, Dheri Agriesta, Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2021/05/01/052000078/-populer-nusantara-tersangka-rapid-test-pakai-alat-bekas-raup-rp-1-8-miliar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke