Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Curhat Istri Pelaku Penganiayan Perawat | Kepala Desa Bagikan Padi Gratis ke Warga

Ia mengatakan kasus tersebut terjadi karena perawat yang menangani anaknya tidak profesional.

Menurutnya sejak awal anaknya sudah mendapat perlakuan yang tidak mengenakan hati saat dirawat di RS itu.

Sementara itu di Klaten, Suyamto (63) seorang kepala desa membagikan seluruh hasil panen padi dari tanah kas desa untuk warganya.

Padahal hasil panen tanah kas desa adalah jatah untuk kepala desa. Ia telah melakukan sejak lima kali panen untuk meringankan beban warganya yang terdampak pandemi.

Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca Kompas.com dan berikut 5 berita populer nusantara selengkapnya:

"Saya mau klarifikasi di sini, kejadian tersebut bermula karena adanya ketidakprofesionalan seorang suster Rumah Sakit dalam melayani pasien." kata Melisa, Minggu (18/4/2021), dikutip dari TribuSumsel.com.

Ia mengatakan perasaannya sudah tak enak sejak bertemu CSR perawat yang dianiaya oleh JT.

"Sebenernya jujur, dari awal di situ perasaan saya sudah tidak enak melihat sikap suster itu. Dari nada bicaranya saja agak ketus, saat menangani anak saya yang rewel juga nyeletuk 'Ini (anaknya) rewel terus, harusnya kalau siang jangan ditidurin jadi malem ngga rewel terus'," ujarnya.

Menurutnya, saat melepas selang infus anaknya dilakukan secara tidak profesional.

"Menurut saya sebagai orangtua bisa berakibat fatal, apalagi anak saya masih balita," katanya.

Ia adalah pengusaha yang bergerak di bidang perbengkelan dan transportasi.

"Iya memang dari dulu dia bersama mertuanya melakoni usaha jual beli kendaraan bermotor. Tak jauh dari rumahnya, dia memiliki sebuah showroom yang menjual mobil dan motor bekas," kata kerabat JT yang enggan disebut namanya, seperti dilansir dari Tribun Sumsel.

"Usaha tersebut sudah dilakoninya sejak lebih dari 10 tahun belakangan," lanjutnya.

JT juga memiliki usaha bengkel yang menjual sparepart kendaraan.

"Sebenarnya dia ini memang pengusaha dan rata-rata tepat usahanya ada di Kota Kayuagung," ujar dia.

Mantan Wali Kota Surabaya itu menyebut dirinya saat ini lebih fokus melakukan tugas sebagai Mensos.

Apalagi saat ini Indonesia sedang banyak dilanda bencana dan bantuan untuk korban bencana tidak boleh terlambat.

"Saya mikir itu (bencana) dulu, enggak mikir yang lain-lain. Kok mikir yang aneh-aneh yang beberapa tahun ke depan. Belum tentu juga saya masih hidup," kata Risma di Surabaya, Sabtu (17/4/2021).

Saat menanam tebu di luas lahan 2.500 meter, ia mendapatkan Rp 9 juta per tahun.

Namun, ketika menanam porang di lahan yang sama, untungnya bisa mencapai sekitar Rp 100 juta.

"Dari Rp 9 juta ke Rp 100 juta, kalau orang enggak mau itu kan kebangetan," ujar dia.

Ia menuturkan lahan 2.500 meter yang ditanami sekitar 4.000 batang dapat menghasilkan katak/bulbil porang sekitar 200 kilogram.

"Kalau saya asumsikan sekilonya Rp 200.000 itu sudah Rp 40 juta, itu baru dari katak lho," kata dia.

Hasil panen tersebut berasal dari tanah kas desa yang merupakan jatah bagi kepala desa.

"Saya yang tanam, warga yang panen, silahkan ambil secukupnya," tutur Suyamto, seperti dilansir dari TribunSolo, Jumat (16/4/2021).

Sudah lima kali panen dari sawah desa dia bagikan kepada warganya. Suyamto ingin meringankan beban warganya yang terdampak pandemi Covid-19.

"Ya saya ikhlas saja meskipun tak seberapa tapi nyatanya setelah itu panenan lain juga bagus hasilnya," ujar dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Achmad Faizal, Aria Rusta Yuli Pradana | Editor : Candra Setia Budi, Pythag Kurniati, Abba Gabrillin, Robertus Belarminus)

https://regional.kompas.com/read/2021/04/19/054500678/-populer-nusantara-curhat-istri-pelaku-penganiayan-perawat-kepala-desa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke