Salin Artikel

3.600 Liter Tumpahan Minyak Sawit di Sungai Mahakam Berhasil Disedot

SAMARINDA, KOMPAS.com – Sebanyak 3.600 liter tumpahan minyak kelapa sawit di kawasan perairan Sungai Mahakam di Samarinda, Kalimantan Timur, berhasil disedot.

Penyedotan menggunakan alat Giant Octopus Skimmer milik salah satu perusahaan yang berlokasi di wilayah sekitar tumpahan minyak.

Alat tersebut digunakan untuk menyedot oil spill (tumpahan minyak).

Cairan setelah disedot kemudian ditampung dan diproses pemisahaan antara minyak dan air.

"Hasil penyaringan minyak yang sudah kita dapat sebanyak 3.600 liter, berhasil kita angkat," ungkap Kasi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli KSOP Kelas II Samarinda Capt Slamet Isyadi kepada awak media di Samarinda, Kamis (15/4/2021).

Selain alat penyedot, kata Slamet, untuk melokalisir penyebaran minyak, pihaknya menggunakan alat Static Oil Boom.

Alat tersebut sudah dibentang untuk menghalau penyebaran sejak awal kapal self propelled oil barge (SPOB) Mulia Mandiri bermuatan minyak kelapa sawit tenggelam di perairan Simpang Pasir, Palaran, Samarinda, Sabtu (10/4/2021).

Static Oil Boom mampu menahan penyebaran tumpahan minyak. Karena itu, sebaran pencemaran sudah ditekan sejak dini dan mempermudah pembersihan.

Peralatan lain yang juga digunakan dalam pembersihan tumpahan minyak (oil spill) yakni pompa, mobil tangki dan lainnya.

Semua peralatan dibantu perusahaan yang beroperasi di sekitar wilayah tumpahan minyak.

"Sejak awal saat kami ketahui bahwa sumber minyak berasal dari titik kapal tenggelam kami langsung lokalisir jadi penyebarannya enggak meluas. Perusahaan membantu terutama alat," tutur dia.

Hanya saja, Slamet tidak menyebut detail luasan sebaran tumpahan minyak, ketebalan minyak hingga total kapasitas minyak yang tumpah dari kapal SPOB saat tenggelam diduga dihantam arus deras.

Menurut dia, saat mereka melakukan penyisiran, sebaran minyak terbagi dalam beberapa titik. Setiap titik memiliki luasan dan ketebalan berbeda-beda.

"Jadi enggak secara menyeluruh. Titik pencemaran terbagi di sepanjang pesisir Sungai Makaham wilayah Palaran. Tapi sejak awal kita fokus pada penyebaran dan penanganannya, sehingga sampai saat ini air sungai sudah relatif bersih," terang dia.

Pantauan Kompas.com, salah satu wilayah terdampak di pesisir sungai Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran, sudah relatif bersih.

Warna air sungai yang sebelumnya sempat oranye karena tumpahan minyak sawit, sudah kembali normal.

Rubiyah, warga setempat mengaku sudah menggunakan air Sungai Makaham usai tumpahan minyak sawit dibersihkan.

"Kami sudah mulai pakai mandi dan cuci piring. Kalau minum pakai beli. Sekarang sudah mulai membaik dibanding sebelumnya mandi lengket-lengket minyak," tutur warga RT 30 Gang Nelayan, Rawa Makmur, Palaran saat ditemui Kompas.com di kediamannya.

Tak hanya Rubiyah, warga lainnya Ambo Dale (36) juga mengaku sudah kembali menggunakan air sungai usai dibersihkan.

Hanya saja, menurut Ambo, kualitas airnya belum kembali normal seperti sebelumnya.

"Kadang masih bau-bau minyak. Belum normal betul (air sungai)," kata Ambo.

Selain air, dampak tumpahan minyak juga membuat budidaya ikan milik Ambo Dale mati.

Ambo memelihara ikan emas dan nila di tambak miliknya dekat rumahnya di tepi sungai.

Hari pertama kapal tenggelam disertai tumpahan minyak, Sabtu (10/4/2021) subuh, ikan milik Ambo mati hampir 100 kilogram.

Ia bangun pagi kaget, melihat ikan-ikan peliharaan mati.

Menyusul hari kedua, Minggu (11/4/2021), mulai turun hanya 20-an kilogram mati.

Setelah hari ketiga, keempat, kelima hingga hari ini ikan tidak mati lagi. Hanya air sungainya belum terlalu ramah bagi budidaya ikan.

"Saya berharap air (sungai) terus membaik biar ikan enggak mati lagi. Soalnya saya sudah rugi belasan sampai puluhan juta akibat ikan mati ini," kata pria dua anak ini.

Selain warga Rawa Makmur, warga Kelurahan Simpang Pasir dan Kelurahan Bukuan, khususnya warga bermukim di bantaran sungai juga mengalami hal serupa.

Hanya saja, belum diketahui pasti berapa total warga terdampak dan besaran kerugian yang dialami di tiga keluarahan tersebut.

Sebagai informasi, baik KSOP Kelas II Samarinda, Dinas Lingkungan Hidup Kaltim, Satpolair Polresta Samarinda belum memastikan total keseluruhan minyak sawit yang dimaut kapal SPOB dan tumpah ke Sungai Mahakam saat kapal itu tenggelam diduga karena arus deras

Namun, menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltim, Ence Ahmad Rafiddin Rizal, ada dua versi informasi perihal kapasitas muatan CPO (crude palm oil) atau minyak sawit di kapal tersebut yakni 120 ton dan 5 ton.

Sementara untuk sebaran tumpahan, menurut Rizal, sejauh tujuh kilometer dari tenggelam ke titik terjauh kearah hilir sungai dipantau menggunakan drone dan Google Maps.

Informasi yang dihimpun dari Basarnas Kaltim, kapal bermuatan CPO itu, dilengkapi delapan ABK pagi sekitar pukul 05.00 Wita.

Tujuh ABK berhasil selamat karena berenang ke darat, sementara satu orang tenggelam dan meninggal dunia.

Jasadnya ditemukan esoknya, sejauh tiga kilo dari titik kejadian.

KSPO Kelas II Samarinda sudah memastikan kapal tersebut, berlayar ilegal alias tak berizin. Pasalnya, sejak 2015 kapal ini sudah tak mengajukan permohonan kegiatan berlayar ke KSOP Kelas II Samarinda.

Meski demikian, KSOP Samarinda mencatat sempat terjadi perubahan kepemilikan kapal dari sebelumnya Rudianto Gunawan ke Bahrul Ilmi pada 2017.

Penanganan kasus hukum peristiwa tenggelam kapal dan pencemaran lingkungan ini dibagi dua.

Satpolair Polresta Samarinda akan menangani perkara pelanggaran berlayar menggunakan rujukan UU Pelayaran Nomor 17/2018.

Sementara pidana pencemaran lingkungan atau sungai ditangani Satreskrim Polresta Samarinda.

Kanit Gakkum Satpolair Polresta Samarinda Iptu Wawan Gunawan tak menjawab saat hendak diwawancarai Kompas.com.

Ia meminta konfirmasi langsung ke Kasat Polair Polresta Samarinda, AKP Iwan Pamuji.

Iwan tak merespons saat dihubungi, pesan singkat WhatApps juga tak dibalas, namun dibaca.

Kasat Reskrim Polresta Samarinda, Kompol Andhika Dharma Sena meminta awak media bersabar menunggu hasil penyelidikan.

"Sabar ya, kita masih penyelidikan," ucap Sena saat dihubungi Kompas.com.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/16/070701078/3600-liter-tumpahan-minyak-sawit-di-sungai-mahakam-berhasil-disedot

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke