Salin Artikel

Mengenal Jam Istiwa di Masjid Agung Solo, Penentu Waktu Shalat Peninggalan Pakubuwono VIII

SOLO, KOMPAS.com - Masjid Agung Solo, Jawa Tengah, memiliki jam istiwa' atau ada yang menyebutnya bencet.

Jam ini merupakan peninggalan Pakubuwono VIII tahun 1784 Jawa atau 1855 M.

Pembuatan jam istiwa merupakan saran dari ulama Keraton Solo.

Adapun fungsinya untuk menentukan waktu shalat dengan memanfaatkan bayangan pararel sinar matahari.

Petunjuk waktu ini berbentuk cekungan setengah silindir berbahan tembaga dan terdapat garis yang disertai angka 1 hingga 12.

Jam istiwa' dilengkapi jarum yang posisinya dipasang horizontal mengarah utara selatan.

Maka bayang-bayang dari jarum jam itu mempunyai arah jatuh dan diartikan waktu tertentu.

Terutama menunjukkan angka 12 siang saat matahari tegak lurus dengan bumi maka waktu dzuhur.

"Ini berfungsinya untuk shalat dzuhur, ashar, sama maghrib. Kalau waktu subuh dilihat dari menara masjid. Matahari sudah terbit dari ufuk masuk waktu subuh," kata Sekretaris Takmir Masjid Agung Solo Abdul Basid di Solo, Jawa Tengah, Senin (12/4/2021).

Menurutnya, pada tahun 1784 Jawa belum ada jam penunjuk waktu seperti sekarang ini. Maka atas saran ulama keraton, PB VIII membuat jam istiwa.

Jam istiwa terpasang di halaman depan Masjid Agung sisi selatan karena tidak terhalang pohon.

Sehingga jam istiwa bisa secara langsung terkena sinar matahari pada waktu siang hari.

Basid mengungkapkan, jam istiwa masih difungsikan hingga sekarang. Namun, tidak sesering zaman dahulu karena sekarang sudah ada jam modern.

"Sebelum ada jam dinding, jam istiwa selalu digunakan sebagai petunjuk waktu," ungkap Basid.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/13/071929178/mengenal-jam-istiwa-di-masjid-agung-solo-penentu-waktu-shalat-peninggalan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke