Salin Artikel

Kisah Nana Napi Teroris Bom Panci, Didoktrin Paham Radikal oleh Suami, Kini Memilih Kembali ke NKRI

Ikrar tersebut diucapkan perempuan yang akrab dipangguil Nana itu di panggung yang berada di area Lapas Perempuan Kelas II A Bandar Lampung, Selasa (6/4/2021) pagi.

"Saya melepas baiat saya terhadap pemimpin Isis yaitu Abu Baqar Al Baqhadi maupun yang menggantikannya, yaitu Ibrhamim Al Hasyimi Al Quraishi atau pemimpin atau amir organisasi jihad lainnya," kata Nurhasanah dengan suara bergetar.

Ia mengucapkan janji tersebut di panggung yang berada di area Lapas Perempuan Kelas II A Bandar Lampung, Selasa (6/4/2021) pagi.

Saat mengucapkan ikrar melepas baiat ISIS, Nurhasanah menggunakan kaus merah muda lengan panjang dan hijab hitam.

Perempuan yang akrab dipanggil Nana tersebut terlihat menghela napas seperti meneguhkan pilihannya untuk kembali ke NKRI.

Ia menatap ke sekeliling panggung. Sejumlah narapidana lain menyaksikan Nana dari balik jeruji seakan menjadi saksi kembalinya Nana ke pelukan NKRI.

"Saya berjanji setia kepada NKRI dan akan melindungi segenap Tanah Air Indonesia dari segala tindakan aksi-aksi terorisme yang dapat mencegah persatuan Indonesia," kata Nurhasanah dengan suara lantang.

Selain itu Nana mengaku menyesal dan berjanji tidak akan lagi bergabung dengan kelompok akasi radikal mana pun.

"Saya menyesali kesalahan yang telah saya lakukan dan saya tidak akan bergabung dengan amir atau kelompok teroris lainnya yang terlihat dan menyetujui aksi teror di manapun lainnya di dunia ini," kata Nurhasanah.

Ia ditangkap bersama suaminya, Galuh yang ditembak karena melakukan perlawanan saa

Nurhasanah dan suaminya menyerang Mapolres Indramayu, Jawa Barat, Minggu dini hari sekitar pukul 03.00 WIB.

Saat itu mereka berdua mencoba menerobos pintu penjagaan Polres Indramayu dengan menggunakan sepeda motor serta mengejar anggota polisi yang berseragam.

Mengetahui hal tersebut, polisi yang berjaga langsung menembak ke arah kedua pelaku.

Para pelaku lantas berbalik arah menuju gerbang keluar Mapolres Indramayu dan melemparkan satu panci ke arah penjagaan Polres dan melarikan diri.

Salah satu dari pelaku yang diketahui sebagai suami Nana terluka terkena tembakan.

Namun panci yang diduga berisi bahan peledak tidak meledak. Panci terseut kemudian langsung dicek oleh Jibom Gegana Polda Jabar.

"Kedua orang tidak dikenal tersebut melaju cepat menerobos masuk sambil mengejar anggota yang berseragam. Namun, dengan sigap orang tak dikenal tersebut dapat dihindari," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen M Iqbal di saat Minggu (15/7/2018).

Setelah kejadian tersebut, ceceran darah nampak terlihat di jalan depan Polres walau sudah dibersihkan.

Saat kejadian tersebut tidak ada petugas yang luka. Pasangan suami istri tersebut kemudian berhasil ditangkap.

Sang suami yang terluka tembak sempat koma dan dirawat di RS Bhayangkara Losarang, Indramayu dengan penjagaan ketat oleh aparat.

Selain Nana dan suaminya, Densus 88 menangkap lima pelaku terduga teroris lainya selama dua hari berturut-turut.

Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto mengatakan GL dan AN (Nana) serta lima terduga teroris lainnya itu berasal dari kelompok yang sama, yaitu jaringan Jemaah Ansharut Daulah (JAD).

"Para terduga teroris yang melakukan aksi penyerangan dan aksi bom bunuh diri di Mako Polres Indramayu adalah kelompok JAD Haurgeulis Kabupaten Indramayu, Jawa Barat," ujar Agung.

Dari tangan mereka, polisi mengamankan barang bukti berupa dua buah panci, bahan peledak, celurit, belati, dan ponsel dari tangan para pelaku.

Agung juga mengatakan, sejak Juni 2018 hingga Juli 2018, Polda Jawa Barat telah menangkap 25 terduga teroris dan beberapa di antaranya ditembak mati karena melakukan perlawanan saat ditangkap petugas.

"Paham selama ini dia dapat dari suaminya, dasar pengetahuan agama dia sebelumnya minim, jadi dapat paham dari suaminya sehingga cepat masuk (terdoktrin)," kata Lenny.

Sejak masuk Lapas, Nurhasanah dibina untuk mengikis paham radikal yang dianutnya.

"Di sini dikuatkan kembali dan direedukasi terkait paham keagamaan," kata Lenny.

Salah satu motivasi Nurhasanah untuk meninggalkan paham radikal adalah karena ingin bertemu dengan sang anak yang kini telah berusia 3 tahun dan dirawat keluarganya.

"Nana pendiam orangnya, tapi dia rajin konseling sama saya. Jika pengin curhat bisa langsung empat mata. Motivasinya mau segera ketemu sama anaknya," kata Lenny.

Sementara itu Kepala Lapas Perempuan Bandar Lampung Putranti Rahayu mengatakan, Nurhasanah sudah mengikuti program deradikalisasi pada 2020 lalu.

Program tersebut dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Lapas Perempuan Bandar Lampung.

"Sudah ada keinginan dan tanda-tanda untuk setia (kepada NKRI) saat itu. Sekarang kita pastikan dan sepakati lagi," kata Rahayu.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis : Tri Purna Jaya, Yoga Sukmana, Fadlyanto Sugiono | Editor : Sandro Gatra, Caroline Damanik, Abba Gabrillin)

https://regional.kompas.com/read/2021/04/07/070700278/kisah-nana-napi-teroris-bom-panci-didoktrin-paham-radikal-oleh-suami-kini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke