Salin Artikel

Usaha Pembuatan Tungku di Cianjur, Eksis Produksi di Masa Pandemi

Hampir semua kepala keluarga di kampung yang berada di Desa Cbadak, Kecamatan Cibeber itu menekuni kerajinan tembikar tersebut.

Industri rumahan itu telah eksis selama puluhan tahun, karena diwariskan secara turun-temurun.

Salah seorang perajin, Iim (63) menuturkan, dia mulai menekuni usaha tersebut pada 25 tahun silam untuk meneruskan estafet usaha keluarga.

Iim merupakan generasi kedua dalam usaha ini.

“Sejak saya kecil sudah ada usaha ini. Dulu hampir semuanya jadi perajin. Tapi, sekarang semakin berkurang. Dulu jumlahnya ada ratusan, sekarang tinggal 30 orang,” kata Iim kepada Kompas.com, Senin (29/3/2021).   

Merosotnya jumlah perajin, menurut Iim, bukan karena minat pasar yang berkurang.

Namun, warga terkendala bahan baku.

“Kalau permintaan cenderung stabil. Namun, sekarang tanah liatnya susah didapat. Ini juga dipasok dari kampung lain,” ujar dia.

Selama ini, Iim membuat hawu atau tungku dan sesekali mengerjakan cobek jika ada pesanan.

Seluruh prosesnya dikerjakan dengan tangan, tanpa bantuan alat atau mesin, termasuk dalam mencetak bentuk dan ukuran tungku.

Iim mengaku tidak tahu persis kenapa bentuknya prisma seperti itu.

“Turun-temurun bentuknya seperti ini. Saya pernah coba buat model lain. Tapi, yang banyak dipesan ya bentuk yang lama,” ucap Iim.

Tungku yang diproduksi warga Kampung Ciluncat dibanderol dengan harga Rp20.000 per buah.

Perajin biasanya menjual ke seorang pengepul untuk kemudian dipasarkan ke sejumlah daerah.

“Sebulan bisa produksi 100-300 buah. Pembakarannya dilakukan sebulan sekali,” ucap Iim.

Untuk proses pengerjaan sampai tungku siap jual bisa memakan waktu selama seminggu.

Namun, jika cuaca tidak mendukung, maka prosesnya bisa berminggu-minggu.

“Kalau cuaca kurang bagus, seperti hujan terus, bisa 2 minggu lebih sebelum bisa dibakar,” ujar Kokom.

Di usianya yang sudah tak muda lagi, Kokom tidak merasa kesulitan dalam proses produksi tungku.

Namun, jika ada mesin atau alat pengaduk, Kokom merasa pekerjaannya akan sangat terbantu.

“Ya bagusnya memang ada mesin molen buat mengaduk bahan bakunya, karena selama ini dikerjakan manual. Jadinya tanggel (sukar) dan makan waktu,” ucap dia.

Kualitas tungku sudah diakui

Kendati proses pembuatan tungku ini masih dikerjakan secara manual, dari segi kualitas, produknya telah diakui pasar.

Pesanan tungku Ciluncat tak hanya dari Cianjur, melainkan dari berbagai daerah seperti Bandung, Bogor, Sukabumi, Subang, Purwakarta, hingga ke Provinsi Banten.

“Karena kualitasnya yang sudah diakui pasar itulah, tungku dari kampung ini masih terus berproduksi hingga sekarang,” kata Kepala Desa Cibadak Elan Hermawan kepada Kompas.com, Senin (29/3/2021).

Elan menuturkan, kendati jumlah perajin menurun dari waktu ke waktu, hingga kini mayoritas warga masih menekuni industri rumahan tersebut.

“Bahkan, selama setahun pandemi mereka tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar,” ucap Elan.

Selaku pejabat pemerintahan setempat, pihaknya terus memberikan dukungan, baik melalui kebijakan maupun pengalokasian anggaran.

“Tadi saya bicara dengan perajin, mereka membutuhkan alat seperti molen untuk mempermudah dan meningkatkan produksi. Kita akan coba sediakan,” kata Elan.

“Ini sudah masuk anggaran. kita dorong untuk kerja sama dengan Bumdes,” kata dia.

Elan bertekad, ke depannya tungku Ciluncat bisa menjadi salah satu produk unggulan Kabupaten Cianjur, kendati selama ini belum pernah mendapat sentuhan dari pemerintah daerah.

“Tak hanya bentuk yang sudah ada. Namun, ke depan akan coba dengan bentuk yang lain, seperti kendi, vas dan lainnya. Kaum mudanya juga sedang kita dorong untuk melestarikan usaha turun temurun ini,” ucap Elan.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/31/093615478/usaha-pembuatan-tungku-di-cianjur-eksis-produksi-di-masa-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke