Salin Artikel

Berdiri pada Abad Ke-13, Ini Sejarah Kerajaan Majapahit dan Pendirinya

Apalagi, kajian arkeolog terhadap Situs Kumitir mengerucut pada kesimpulan bahwa temuan struktur bangunan di Kumitir merupakan jejak arkeologis istana persinggahan Raja (Bhre) Wengker di Kotaraja Majapahit.

Istana itu merupakan salah satu dari beberapa bangunan istana atau puri untuk raja-raja bawahan dan bangsawan Majapahit, saat hendak menemui Raja Majapahit maupun saat menjalankan tugas di kotaraja.

Berbagai catatan sejarah mengungkapkan, Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir abad ke-13, memasuki puncak kejayaan pada abad ke-14, dan diperkirakan runtuh pada abad ke-16.

Pemimpin pertama Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Pendiri Kerajaan Majapahit itu dinobatkan menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka, bertepatan dengan tanggal 10 November 1293.

Sebelum Majapahit berdiri, terdapat rentetan peristiwa yang melibatkan Raden Wijaya sebagai pendiri kerajaan.

Deretan peristiwa itu dimulai dari runtuhnya Kerajaan Singasari akibat serangan Raja Jayakatwang, pemimpin Kerajaan Gelanggelang.

Kerajaan Singasari jatuh setelah diserbu bala tentara Kerajaan Gelanggelang. Kertanegara, penguasa Singasari kala itu, gugur akibat serbuan tentara yang dikirim Jayakatwang.

Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara, sempat mencoba untuk melawan pasukan Gelanggelang yang sudah menguasai istana Singasari. Namun karena kekuatan pasukannya yang terus menurun, Raden Wijaya mundur.

Bersama istrinya, Tribuwana, beserta sejumlah pasukan tersisa, Raden Wijaya meninggalkan Singasari. Mereka berjalan ke jurusan utara menuju ke Madura.

Di tempat itu, Raden Wijaya dan rombongannya diterima dengan ramah oleh pemimpin desa yang bernama Macan Kuping. Mereka dijamu dengan buah kelapa muda dan nasi putih.

"Raden Wijaya terharu menerima sambutan ramah tamah itu," Dikutip dari buku berjudul Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit, karya Prof. Dr. Slamet Muljana (2005), dalam perjalanan menuju Madura, Raden Wijaya singgah di Dusun Pandak.

Setibanya di Madura, Raden Wijaya menemui adipati Wiraraja. Dia diterima dengan ramah oleh penguasa wilayah Madura itu.

Wiraraja menyarankan agar Raden Wijaya sukarela menyerahkan diri kepada Raja Jayakatwang. Kaitannya dengan saran itu, Wiraraja berjanji akan membantu Raden Wijaya bisa menjadi pegawai di keraton Kediri.

Selain itu, Wiraraja juga meminta agar Raden Wijaya mengajukan permohonan kepada Jayakatwang untuk membuka hutan dan hutan di daerah Tarik, setelah dia diterima untuk tinggal di keraton Daha.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Raden Wijaya, Wiraraja kemudian mengirimkan utusan untuk menemui Jayakatwang.

Utusan Wiraraja membawa surat yang isinya Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Prabu Jayakatwang. Segera datang jawaban bahwa permohonan itu diterima.

Setelah diterima sebagai pengabdi Jayakatwang, Raden Wijaya mengusulkan agar membuka hutan Tarik sebagai tempat berburu untuk Raja Jayakatwang.

Atas bantuan orang-orang yang dikirimkan Wiraraja, Raden Wijaya berhasil membuka hutan Tarik menjadi tempat hunian sekaligus tempat untuk membanguan kekuatan.

Tempat itu kemudian dinamakan Majapahit atau Wilwatikta. Asal mulanya, saat para pekerja mulai membuka hutan Tarik, banyak ditemukan buah maja (wilwa) dan saat dimakan terasa pahit (tikta).

Dalam tahap persiapan untuk menyerang kerajaan yang dipimpin Jayakatwang, Wiraraja dan Wijaya mendapatkan kabar bahwa pasukan Tartar dari Mongol akan mendarat ke tanah Jawa.

Baik Wiraraja maupun Wijaya memahami bahwa kedatangan tentara Tartar adalah untuk memberi pelajaran kepada Kertanegara, Raja Singasari yang dibunuh oleh tentara Jayakatwang.

Kondisi itu kemudian dimanfaatkan oleh Wijaya dan Wiraraja. Mereka kemudian membangun aliansi untuk menyerang Jayakatwang.

Gabungan pasukan Majapahit, Madura, dan tentara Tartar itu pun berhasil menjatuhkan Jayakatwang.

Kerajaan Kediri yang dipimpin raja Gelanggelang, Jayakatwang, akhirnya runtuh. Raden Wijaya kemudian mengambil alih kekuasan dan memimpin wilayah Jawa dari Majapahit.

Namun sebelum penobatan dirinya sebagai Raja Majapahit, Raden Wijaya bersama bala pasukannya melakukan pengusiran terhadap tentara Tartar.

Slamet Muljana dalam bukunya Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit (2005), menuliskan gelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana sebagai gelar dari Raden Wijaya.

"Setelah tentara musuh terpukul, Raden Wijaya diwisuda menjadi raja di Kerajaan Majapahit, bergelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana," demikian tulis dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/27/063000778/berdiri-pada-abad-ke-13-ini-sejarah-kerajaan-majapahit-dan-pendirinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke