Salin Artikel

Cerita Penyintas Autoimun, Kerap Rasakan Nyeri Sendi hingga Menstruasi Tidak Teratur

SOLO, KOMPAS.com - Seorang penyintas autoimun Destiana Putri (23) menceritakan kerap merasakan nyeri sendi, rambut rontok, menstruasi tidak teratur serta mulut dan mata kering.

Perempuan yang akrab disapa Desti ini didiagnosis mengidap autoimun tahun 2019.

Desti awalnya menganggap hal tersebut karena faktor kelelahan usai bekerja.

"Setelah itu aku putuskan untuk ke rumah sakit. Ketemu dr Yongki beliau menyarankan untuk pemeriksaan lab autoimun dan hasilnya keluar positif autoimun," kata Desti dalam kampanye penyakit autoimun melalui karya lagu bersama dr Yongki di Hotel Harris Solo, Rabu (24/3/2021) malam.

Sampai saat ini, dirinya masih ketergantungan obat. Desti harus mengonsumsi obat guna mengontrol penyakitnya.

"Kami sebagai penyintas penyakit autoimun menganggap kalau penyakit ini sebagian dari hidup kita. Karena kita mau tidak mau harus hidup berdampingan dengan autoimun. Karena kita tidak bisa sembuh," ungkap perempuan asal Solo ini.

"Kita harus mengonsumsi obat sampai entah kapan. Tapi penyintas penyakit autoimun masih punya harapan untuk remisi ketika kita tidak minum obat tapi masih bisa terkontrol dengan baik," sambung Desti.

Desti mengungkap penyakit autoimun karena faktor genetik atau keturunan.

"Nenek sendiri juga penyintas autoimun selama empat tahun. Kemudian tante saya juga seorang penyintas autoimun tapi dengan jenis yang berbeda," tutur dia.

Desti membeberkan tips untuk mengontrol penyakit autoimun.

Selain rutin minum obat, penyintas autoimun harus rajin konsultasi ke dokter.

"Tidak boleh stres, banyak pikiran, makan makanan bergizi. Mungkin senang itu suasana hati kita naik, imun kita naik jadinya untuk flare atau kambung," kata Desti.

Desti sejak menjadi penyintas autoimun sering keluar masuk rumah sakit.

Selain itu, ia ke mana-mana harus membawa catatan kecil karena menjadi pelupa.

"Jadi kita harus bawa catatan kecil entah kemana pun. Konsul dokter, apa yang mau dikonsultasikan, kita mau pergi ke mana gitu harus bawa catatan kecil," ucap Desti.

Sementara itu, dokter yang menangani Desti, dr Yongki atau memiliki nama lengkap Warigit Dri Atmoko menambahkan, penyakit autoimun adalah penyakit seribu wajah dan seribu gejala.

"Karena gejala penyakit autoimun ini tidak spesifik," ungkapnya.

Dia mengatakan, penyakit autoimun banyak menyerang kaum hawa usia produktif, usia remaja hingga usia 40 sampai 60 tahun.

Gejala awal yang sering dirasakan penderita autoimun adalah demam, rambut rontok.

Bahkan gejala yang paling unik adalah sering lupa.

Sehingga para penyintas penyakit autoimun harus mempunyai catatan kecil agar tidak lupa apa yang dia pikirkan.

"Sebenarnya kasusnya banyak. Dan karena gejalanya tidak spesifik sehingga itu membutuhkan ketelitian," ungkap salah satu dokter Rumah Sakit Triharsi Solo.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/25/120713678/cerita-penyintas-autoimun-kerap-rasakan-nyeri-sendi-hingga-menstruasi-tidak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke