Salin Artikel

Proyek TPPAS Lulut Nambo Dilanjutkan, Jabar Sedot Investasi 133,3 Juta Dollar AS

"Dipilih lah mitra asal negara Jerman, yaitu Euwelle Environmental Technology dengan total investasi 133,3 juta dollar Amerika," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar, Prima Mayaningtias di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (23/3/2021) kemarin.

Prima menjelaskan, proyek pembuangan sampah akhir seluas 15 hektar itu diperuntukan bagi wilayah Bogor Raya, Kota Tangerang Selatan dan Kota Depok. Pembiayaan bersumber dari sejumlah mitra pendanaan, seperti PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF), PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), dan bank bjb.

Dalam proyek itu, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jasa Sarana kini menjadi pemegang saham mayoritas. Perusahaan asal Jerman, Euwell dipilih berdasarkan sejumlah penilaian, salah satunya terkait teknologi yang digunakan. Perusahaan Jerman itu dianggap sudah menerapkan maximum yield technology (MYT) di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Thailand.

Teknologi MYT ini dianggap tepat karena sesuai dengan rencana pengolahan sampah menjadi refuse derived fuel (RDF), yakni bahan bakar alternatif pengganti batu bara yang sesuai dengan kontrak jual beli yang telah dilakukan bersama PT Indocement.

"Jadi, perusahaan Jerman ini sudah berpengalaman. Selain itu, pemilihan mitra ini juga melalui proses bisnis (corporate action) yang transparan dan melibatkan seluruh stakeholder di Pemerintah Provinsi Jawa Barat, serta melibatkan tenaga ahli teknis maupun manajemen," jelas Prima.

Adapun sumber pendapatan (revenue), antara lain berasal tipping fee yang akan dibayarkan oleh Pemprov Jabar, hasil penjualan RDF, dan hasil pengolahan lainnya. Besaran tipping fee yang akan dibebankan ke kabupaten/kota sebesar Rp 125.000 per ton.

Untuk diketahui, TPPAS Nambo adalah tempat pengelolaan sampah yang berdiri di atas lahan seluas 15 hektar dengan kapasitas 1.800 ton sampah per hari. Diperuntukkan bagi beberapa wilayah diantaranya Kota dan Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Kota Tangerang Selatan.


Hasil akhir dari pengelolaan sampah rumah tangga tersebut berupa, Refused Derived Fuel (RDF), Bulir Pupuk, dan Biogas. Produk RDF akan dijual sebagai bahan bakar ramah lingkungan untuk pabrik semen seperti Indocement dan Bulir Pupuk dapat dijual ke PT Pupuk Indonesia atau masyarakat sesuai harga pasar.

Hasil ekstraksi berupa Biogas pun dapat menjadi sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik demi menunjang tarif listrik EBTK yang lebih kompetitif melalui PLN.

Direktur Utama PT Jasa Sarana, Hanif Mantiq kemudian menjelaskan pengolahan sampah yang ramah lingkungan ini merupakan pilot project persampahan pertama di Jawa Barat yang menggunakan teknologi pengolahan sampah modern.

"Konstruksi TPPAS Nambo akan dimulai pada tahun 2021 dan diharapkan dapat beroperasi secara optimal pada tahun 2022," jelas Hanif. 

https://regional.kompas.com/read/2021/03/24/103811678/proyek-tppas-lulut-nambo-dilanjutkan-jabar-sedot-investasi-1333-juta-dollar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke