Salin Artikel

Petani: Harusnya Pemerintah Stabilkan Harga di Pasaran, Bukan Impor Beras

GRESIK, KOMPAS.com - Rencana impor beras yang bakal dilakukan oleh pemerintah, ditanggapi beragam oleh petani yang ada di Gresik.

Namun, mereka sepakat, berharap pemerintah menjaga harga jual gabah kering demi kesejahteraan mereka.

Muhammad Bahrul Ghofar (31) petani asal Desa Gredek, Kecamatan Duduksampeyan, Gresik, mengatakan, ada baiknya pemerintah pusat dapat meninjau kembali rencana impor beras yang akan dilakukan.

Rencana impor beras ini dianggap tidak memihak para petani, terlebih bagi yang hanya mengandalkan hasil panen padi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Seharusnya kebijakan itu tidak dilakukan (impor beras). Karena apa, kebijakan itu sangat berimbas kepada petani," ujar Ghofar, saat dikonfirmasi, Jumat (19/3/2021).

Menurut pria yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Gredek ini, ketika impor beras dilakukan, pasti ada penurunan harga jual gabah milik para petani lokal.

Padahal, untuk saat ini, harga gabah kering di kalangan petani sudah berada di kisaran Rp 3.600 per kilogram.

Harga ini, kata Ghofar, terus menurun. Sempat berada di kisaran Rp 3.700 per kilogram di awal Maret ini, kemudian saat ini Rp 3.600 per kilogram.

Sebelum musim panen raya sekitar awal Januari 2021 lalu, harga gabah kering sempat menyentuh Rp 4.000 per kilogram dan bahkan sempat lebih.

"Saya berharap, pemerintah tidak impor beras tapi menjaga harga pasar, sehingga petani dapat menikmati hasil panen dengan harga stabil," ucap Ghofar.

Hal senada juga diungkapkan oleh Muhammad Arif (37) warga Desa Semari, Kecamatan Duduksampeyan, Gresik.


Ia berharap, pemerintah dapat memikirkan imbas dari kebijakan impor beras bila itu sampai dilakukan, terlebih saat ini suasana ekonomi juga sedang tidak menentu.

"Itu (impor beras) harusnya dipikirkan secara matang, apalagi sekarang juga sedang pandemi Covid-19 di mana keadaan ekonomi tengah sulit. Sebaiknya pemerintah mengusahakan bagaimana harga gabah stabil supaya petani dapat sejahtera," kata Arif.

Adapun Muhammad Taram (40), petani asal Desa Munggugebang, Kecamatan Benjeng, Gresik, mengatakan, harusnya pemerintah dapat melakukan pengamatan di lapangan sepenting apa impor beras itu dilakukan.

Terlebih, apabila stok beras di dalam negeri mencukupi.

"Harusnya pemerintah itu melakukan semacam penelitian dulu, apakah stok beras dalam negeri ini sudah benar tidak mencukupi bila sampai harus impor," tutur Taram.

Taram mengaku, dirinya dan para petani lain di Desa Munggugebang kerap bertanya dalam diri masing-masing.

Sebab, harga gabah kering kerap lebih baik ketika belum panen, namun biasa anjlok saat musim panen tiba.

"Jangan terus impor, padahal stok dalam negeri masih mencukupi. Sebaiknya, dihabiskan dulu stok di dalam negeri, kalau kosong baru impor. Dan yang penting, harga bagi para petani itu stabil," ucap Taram.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/19/193618678/petani-harusnya-pemerintah-stabilkan-harga-di-pasaran-bukan-impor-beras

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke