Salin Artikel

5 Tips Bisnis Busana Muslim ala Mouza, Sukses Bertahan Saat Pandemi

Salah satu yang ikut terdampak adalah pengusaha di bidang fesyen.

Satu per satu perusahaan atau usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tumbang.

Namun tak sedikit pula yang mampu bertahan dan selamat dari pandemi.

Salah satunya adalah Mouza, brand busana muslim lokal yang sudah tembus ke pasar internasional.

Merek Mouza sudah dikenal di sejumlah negara seperti Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Abu Dhabi dan Oman.

Mouza mencatatkan pertumbuhan 12 persen pada 2020.

Meski tidak begitu besar, pemilik Mouza Dini Fitriyah mengatakan, hal tersebut patut disyukuri, karena perusahaan fashion lain banyak yang tutup.

“Saat pandemi, Mouza tetap tumbuh, berikan reward pada agen. Karyawan juga enggak ada yang dikurangi, pemotretan pun masih full, alhamdulillah,” ucap Dini kepada Kompas.com di Bandung, Minggu (14/3/2021).

Dini mengatakan, ada lima kunci yang dilakukan perusahaannya agar tetap bertahan selama pandemi.

Hal utama yang harus dilakukan UMKM adalah menjaga kualitas dan keunikan produk.

Mouza bergerak di bidang pakaian musim syar’i yang merambah ke sepatu dan tas.

“Setiap brand fesyen punya DNA-nya sendiri, itu harus dijaga,” tutur Dini.

Meski tidak menjelaskan secara detail DNA yang dimaksud, ciri khas dari produknya yang bisa terlihat adalah bagaimana perempuan muslimah terlihat langsing dan tinggi saat mengenakan pakaiannya.

Begitu pun dalam pemilihan bahan, Mouza kerap mencari bahan premium dan jarang digunakan desainer lain.

2. Adaptasi

Dini mengatakan, kunci Mouza selamat di masa pandemi adalah adaptasi.

Selama pandemi, Mouza semakin menggencarkan jualan online.

Ia memanfaakan fasilitas yang sudah tersedia di platform online, seperti Instagram, Facebook organik, advertorial, marketplace, dan platform online lainnya.

Dini memberikan sedikit penekanan pada iklan berbayar di media sosial. 

Dini menyarankan agar jangan takut mengeluarkan modal besar apabila ingin mendapat omzet melimpah.

Begitu pun dengan produk, juga ikut beradaptasi. Ketika orang lebih banyak di rumah, ia menciptakan pakaian untuk sehari-hari di rumah.

“Di rumah pun tetap cantik. Tidak melulu daster, tapi pakaian yang dibuat Mouza tetap gaya meski senyaman daster,” kata dia.

3. Inovasi

Hal lainnya yang disampaikan Dini adalah terus berinovasi.

Meski penjualan turun selama pandemi, ia memiliki prinsip untuk tidak berhenti bergerak dan berpikir.

“Ketika jualan turun, semangat orang biasanya turun. Tapi saya tidak, ketika bisnis saya turun, saya semakin semangat untuk membuatnya naik kembali,” tutur dia.



Contohnya saat awal pandemi lalu. Ketika penjualan produknya sempat turun, ia terus berpikir dan berbuat sesuatu.

Hingga satu hari, ia bisa membuat 25 desain baju. Hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

4. Tim yang solid

Tim yang solid tentunya mutlak diperlukan agar bisnis suatu bisnis terus berkembang.

Saat ini, Mouza dibantu agen yang meningkat tajam selama pandemi.

Pada 2020, jumlah agen Mouza sekitar 6.000-an.

Namun pada 2021, jumlah agen Mouza di beberapa negara naik hingga 8.000-an agen.

5. Hindari utang

Tekad yang selalu dipegang Mouza dalam mengembangkan bisnisnya adalah menghindari utang.

Hal itu karena pengalaman buruk di bisnis sebelumnya.

Dini sempat terlilit utang hingga ratusan juta rupiah dengan bank.

Itu pula yang menyebabkan Dini selalu menghindari utang dan riba.

Ia pun sangat menjaga kepercayaan para supplier-nya, sehingga saat membutuhkan, supplier ini bisa membantu karena sudah percaya.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/17/110634678/5-tips-bisnis-busana-muslim-ala-mouza-sukses-bertahan-saat-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke