Salin Artikel

Kisah Ruth Seran, Beri Kursus Gratis 5 Bahasa Asing ke Anak-anak Pesisir Lombok

Terlihat di sebuah papan yang ditempelkan di pohon waru tersebut bertuliskan "tree of hope Ekas", yang berarti pohon harapan Ekas.

Noy adalah panggilan akrab dari Ruth Seran, seorang warga Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang membuka restoran di Desa Ekas bersama suaminya, Massimo Otto seorang warga negara Italia.

Karena siang waktu itu mendung dan akan turun hujan, sejumlah anak yang sedang menunggu berpindah ke restoran milik Noy, jaraknya sekitar 15 meter dari pohon waru tempat mereka belajar.

“Hallo teacher-hallo teacher, good afternoon,” riuh puluhan anak-anak itu menyapa Noy dan Massimo saat ditemui Kompas.com, Sabtu (13/3/2021).

Noy dan Massimo hanya bisa tersenyum dan menjawab salam anak-anak tersebut, walaupun diketahui mereka sedang dalam kesulitan mengingat usaha mereka sedang tutup akibat pandemi Covid-19.

Melihat anak-anak itu sangat semangat, Noy dan Massimo kemudian mempersiapkan lokasi belajar anak-anak tersebut dengan mengangkat bangku dan meja yang semulanya tempat tamunya duduk saat berkunjung di restorannya.

Bernyanyi riang, tertawa lebar, loncat sana-sini, anak-anak pesisir ini tampak mereka jauh dari ketergantungan dengan gawai.

Tidak ada yang spesial dari alat dalam proses pembelajarannya.

Para anak duduk menggunakan tikar, Noy hanya membutuhkan papan tulis dan spidol, dan buku cerita bergambar.

“Aku senang melihat mereka mau belajar bahasa asing khususnya bahasa Ingggris karena kita tahu, bahasa Inggris bahasa dunia,” kata Noy.

Noy menyampaikan, kegiatan belajar bahasa asing ini mulai terbentuk pada Desember 2020, diikuti oleh 30 anak mulai dari TK sampai SD.

Noy menuturkan, ide awal membangun gerakan tersebut lantaran, di tengah minimnya kegiatan akibat pandemi Covid-19.

Dia terpikir untuk membuat kelas belajar bahasa Inggris, mengingat bahasa itu sangat penting untuk menunjang sumber daya manusia dari sektor pariwisata.

“Waktu itu, ceritanya, beli makanan di warung, terus merasa bosan dengan komunikasi yang biasa pakai bahasa Indonesia, terus kepikiran buat kelas untuk ngajar bahasa Inggris agar mereka punya skill berbahasa,” kata Noy.

Perempuan kelahiran Kupang itu menyebutkan, sejak berdirinya restoran yang dibuka bersama suaminya pada 2018, dia sudah mengenal jauh murid-muridnya. 

Awalnya, Noy dan anak-anak Desa Ekas sering bermain sembari membersihkan pantai.

“Kenal anak-anak ini sudah lama, itu sejak tahun 2018 ya, saya itu suka sama anak-anak ngajak bermain awalnya, terus perlahan-saya coba mengajarkan cinta kepada lingkungan, dengan cara membersihkan pantai dari sampah-sampah plastik, lomba-lomba kasih hadiah,” kata Noy sambil tertawa.

Adapun pelajaran bahasa asing yang diajarkan yakni bahasa Inggris, bahasa Italia, Spanyol, Korea dan Jepang.

Noy menyebutkan bahwa lebih fokus dengan bahasa Inggris dan Italia.

Sedangkan bahasa Korea, Jepang, dan Spanyol masih tidak terlalu banyak diajarkan, hanya bisa mengucapkan salam kepada tamu.

Untuk tiga bahasa ini biasanya Noy meminta teman-temannya untuk mengajar.

“Sekarang kalau ketemu sama orang tua sudah pakai bahasa Inggris, saat belanja juga sudah pakai bahasa Inggris, jadi saya yakin lama kelamaan juga akan menjadi terbiasa,” kata Noy.

Saat ini, murid-murid Noy sudah bisa memperkenalkan Desa Ekas kepada orang lain dengan bahasa Inggris.

Mereka bisa menjelaskan bahwa desanya punya tempat berselancar yang bagus, tempat melihat matahari tenggelam yang indah, dan beberapa obyek wisata lainnya.

Sementara itu Massimo berharap dari kegiatan belajar sambil bermain ini, anak-anak di Ekas tidak gugup saat bertemu dengan wisatawan asing, setidaknya mereka mampu mengucapkan salam.

“Setidaknya mereka bisa bilang hallo apa kabar, jadi wistawan itu senang, tidak bengong menonton, hal itu juga akan menjadi penilaian kita terhadap para wisata. Terlebih Ekas ini merupakan daerah penunjang, KEK Mandalika,” kata Massimo.

Massimo juga bangga dengan semangat anak-anak Ekas yang mau belajar.

“Sama aku juga, anak-anak ini sering pakai bahasa inggris saat di luar membeli di kios, katanya ‘hallo uncle, where are you go’ dengar begitu saya sudah bangga,” kata Massimo.

Salah seorang anak bernama Salwa Fitriani (12) yang mengikuti kelas di Tree of Hope Ekas menceritakan kesenangannya belajar bersama teacher Noy. Baginya Noy merupakan guru sekaligus teman bagi mereka.

“Senang sama teacher Noy, dia orangnya ramah, selain belajar sering ngajak kita bermain, buat lomba-lomba sambil bersih-bersih pantai,” kata Salwa tersenyum lebar.

Kini, Salwa bahkan sudah bisa menyapa Valentino Rossi dengan bahasa Italia jika nantinya pembalap itu ikut dalam perhelatan MotoGP 2021 di Sirkuit Mandalika.

“Ciao,Valentino Rossi! Noi siamo i bambini di Ekas in Lombok! Dai vieni a trovarci :la nostra spiaggia e' bianchissima,il marre e' azurro e tutto il villaggio ti aspetta! (Halo Valentino Rossi! Kami adalah anak-anak Ekas di Lombok! Datang dan kunjungi kami, pantai kami sangat putih, lautnya biru dan seluruh desa menunggu Anda!)," kata Salwa dalam bahasa Italia.


Sementara itu Abdul Majedi yang baru duduk di bangku kelas 3 SD mengaku senang belajar bahasa Inggris sambil bermain bersama teman-temannya.

"Suka belajar di sini, bisa belajar bahasa, kita disuruh membaca cerita, bermain menyusun puzzle seru," kata Majedi.

Majedi juga menunjukkan kemampuannya berbahasa Italia dengan mengucapakan  "Benvenuto nella baia di Ekas" yang artinya selamat datang di Ekas

Karena selain belajar bahasa para anak-anak ini juga diajarkan tentang cinta terhadap lingkungan, teacher Noy berharap pemerintah daerah dapat menyediakan tempat pembuangan sampah, mengingat selama ini mereka kesulitan untuk menaruh sampah yang sudah dibersihkan.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/14/082732778/kisah-ruth-seran-beri-kursus-gratis-5-bahasa-asing-ke-anak-anak-pesisir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke