Salin Artikel

Kisah Pemulung Tua Tidur di Trotoar Bandung demi Menahan Lapar...

Kisah pria tersebut kemudian diunggah Dedi Mulyadi dalan akun Facebook miliknya, Dedi Mulyadi.

Dikonfirmasi via telepon, Jumat (5/3/2021), Dedi membenarkan pihaknya membangunkan Agung ketika tidur di trotoar. Awalnya, Dedi hendak pergi mengunjungi rumah sahabatnya, Ustaz Yusuf Mansur dan Joko. Ketika masuk pusat Kota Bandung, Dedi melihat selintas seorang pria tidur sambil memeluk karung pada pukul 10.00 WIB.

Dedi pun tidak mempedulikan pria tersebut. Setelah bertemu dengan sahabatnya, lalu Dedi hendak pulang kembali ke Purwakarta. Di tengah jalan yang sama pada pukul 13.00 WIB, Dedi masih melihat pria itu tidur dengan posisi yang sama sebelumnya.

Dedi pun penasaran dan kemudian mendekati pria yang belakangan diketahui bernama Agung. Dedi khawatir pemulung itu meninggal.

Ketika dibangunkan, Agung ternyata bangun. Lalu Dedi bertanya alasan Agung tidur lama di trotoar. Ternyata pria itu sedang menahan lapar. Sontak, Dedi kaget, terharu dan meneteskan air mata.

"Saya tanya kenapa Bapak tidur pulas lama sekali di trotoar. Dia jawab tertidur sejak pagi karena dia tidak makan. Dia bercerita bahwa sudah tidur di tempat itu sejak subuh. Itu rentang waktu yang sangat panjang untuk tidur. Dia mengatakan bahwa pilihan untuk tidur dilakukannya untuk menahan lapar karena tidak ada uang untuk membeli nasi," ungkap Dedi.

Diberi bantuan modal usaha

Dedi mengaku yakin pria tersebut tidak berbohong. Menurut dia, Agung bukan berpura-pura menjadi gelandangan untuk mendapatkan rasa iba dari orang-orang.

"Saya secara intuitif bisa membedakan mana orang yang pura-pura dan mana yang benar-benar susah. Saya sudah punya pengalaman dengan orang yang pura-pura. Kalau dia tertidur pulas agak lama, berarti bukan pura-pura, tapi karena memang dia menahan lapar. Itu menjadi cara dia bersikap menerima. Ini memang alami," bebernya.

Dedi mengatakan, hasil memulung barang rongsokan yang dijalani Agung memang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dedi pun segera meminta pria tersebut pulang ke keluarganya dan memberikan modal usaha agar perekonomiannya lebih meningkat.

"Dikasih support untuk berjualan. Karena sehari kalau cuma mulung hanya dapat Rp 20.000. Saya minta dia segera makan, kembali ke rumah, dan menyiapkan sesuatu yang bisa dilakukan untuk berusaha agar bisa bernasib lebih baik dengan berjualan. Dia sempat menangis histeris," bebernya.

Dedi berharap pemerintah Kota Bandung bisa lebih tanggap untuk memilah pemulung, gelandangan dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang benar dan yang berpura-pura.

"Pemerintah harus reaktif. Kalau tidak reaktif, yang pura-pura nanti makin banyak. Kalau tidak ditangani segera, nanti Kota Bandung bisa jadi pusat gelandangan," tandasnya. (Penulis: Putra Prima Perdana | Editor: Farid Assifa)

https://regional.kompas.com/read/2021/03/05/113458878/kisah-pemulung-tua-tidur-di-trotoar-bandung-demi-menahan-lapar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke