Salin Artikel

Alat-alat Canggih yang Pernah Lahir Selama Setahun Pandemi Covid-19, GeNose hingga Robot RAISA

Sejumlah peralatan diciptakan untuk mendeteksi Covid-19 secara cepat hingga membantu kerja tim medis dalam penanganan corona.

Berikut sederet peralatan canggih yang lahir di tengah pandemi:

Alat itu diberi nama GeNose

Peneliti GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra mengemukakan, GeNose mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC).

Adapun, VOC terbentuk lantaran adanya infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas.

Mereka yang akan diperiksa diminta mengembuskan napas ke tempat khusus.

Sensor-sensor dalam tabung itu lalu mendeteksi. Kemudian, datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan buatan.

Dalam waktu kurang dari 2 menit, GeNose bisa mendeteksi apakah seseorang positif atau negatif Covid-19.

"Kalau sebelumnya (deteksi GeNose) butuh waktu sekitar 3 menit, kemarin saat uji di BIN, sudah bisa turun menjadi 80 detik sehingga lebih cepat lagi," tutur anggota tim peneliti, Kuwat Triyono.

Dalam perkembangannya, GeNose mulai digunakan di sejumlah stasiun.

Mulanya, layanan GeNose C19 telah beroperasi di 8 stasiun yaitu Stasiun Pasar Senen, Gambir, Bandung, Cirebon, Semarang Tawang, Yogyakarta, Solo Balapan, dan Surabaya Pasarturi.

Namun mulai Minggu (28/2/2021), PT Kereta Api Indonesia ( KAI) menambah 4 stasiun yang menyediakan layanan pemeriksaan Covid-19 menggunakan GeNose C19.

Empat stasiun tersebut yakni Stasiun Purwokerto, Madiun, Malang, dan Surabaya Gubeng.

2. RAISA, robot pelayan pasien Covid-19 buatan ITS-Unair

Tim gabungan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan Universitas Airlangga melahirkan sebuah robot canggih yang dinamai RAISA (Robot Medical Assistant ITS-Unair).

RAISA dirancang mampu meringankan tugas tenaga medis.

"Robot ini mampu memberikan pelayanan kepada pasien yang sedang diisolasi seperti mengantar makanan, pakaian maupun obat-obatan," kata Muhtadin, salah satu anggota tim peneliti RAISA dari ITS Surabaya.

RAISA memiliki tinggi 1,5 meter dan dilengkapi empat rak bersusun.

Rak itu bisa membawa barang hingga 50 kilogram.

Robot itu juga dilengkapi monitor untuk komunikasi dua arah antara tenaga medis dengan pasien.

RAISA diproduksi dengan biaya sekitar Rp 100 juta per unit.

Baterai robot ini mampu bertahan sampai 10 jam.

"RAISA dikendalikan menggunakan remote control dari jarak jauh," ujar dia.

RAISA telah diserahterimakan pada RS Universitas Airlangga di Gedung Pusat Robotika ITS pada Selasa (14/4/2020).

Terinspirasi dari tokoh iron man, masker ciptaannya ini mampu menampilkan sejumlah data para penggunanya.

Bangun mengatakan, masker yang dilengkapi tiga lampu indikator akan menyala saat melewati daerah yang memiliki pasien Covid-19.

Lampu merah menyala jika melewati wilayah dengan pasien positif Covid-19. Kemudian, berwarna kuning ketika melewati wilayah yang mempunyai pasien dalam pengawasan (PDP).

Dia memanfaatkan informasi mengenai sebaran Covid-19 dalam perangkat berbasis internet of things (IOT) yang praktis dan mudah diakses.

"Data yang digunakan berasal dari data resmi yang tersedia di website resmi pemerintah kabupaten (Pemkab).

Alghozi merupakan alumni D3 Teknik Informatika, Universitas Telkom.

Aplikasi ini lahir dari keprihatinannya mengetahui banyaknya tenaga medis yang meninggal dunia.

"Niatnya cuma membantu untuk penanggulangan Covid-19 ini. Saya merasa sedih saat pertama kali mendengar ada dokter yang meninggal. Lalu dibuat aplikasi ini supaya sama-sama bisa menanggulangi wabah ini," kata Alghozi

Sistem ini bekerja dengan memetakan setiap orang yang bergerak di suatu daerah.

Data dihimpun dari petugas pemerintah yang mengawal pintu masuk pelabuhan di darat, laut dan udara. Data tersebut kemudian diinput ke sistem.

Penggunaan aplikasi ini didukung gelang penanda yang dipasangkan pada setiap orang yang melintas di pintu masuk.

"Gelang hanya untuk psikologis orang yang memakainya. Mereka harus ingat jika saat ini sedang ada wabah sehingga lakukan isolasi mandiri dan sewaktu-waktu berkoordinasi dengan petugas," ujar Alghozi.

Untuk mengerjakan proyek yang bertujuan bukan untuk profit ini, Alghozi rela keluar dari pekerjaannya di salah satu perusahaan teknologi.

Sebab, untuk merampungkan aplikasi diperlukan waktu 24 jam.

Ventilator tersebut dinyatakan lolos uji pada 21 April 2020.

"Vent-I telah melewati proses uji produk menyeluruh oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan dan dinyatakan lolos,” ujar tim Komunikasi Publik dari pengembang Vent-I, Hari Tjahjono.

Vent-I merupakan alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri atau pasien Covid-19 pada gejala klinis tahap 2.

Teknologi ini diklaim dapat digunakan dengan mudah oleh para tenaga medis.

Vent-I dinyatakan aman digunakan sebagai ventilator non-invasive untuk membantu pasien Covid-19.

Hari mengungkapkan, alat ini dapat segera diproduksi untuk keperluan sosial. Vent-I akan dibagikan gratis kepada rumah sakit yang membutuhkan.

“Untuk kebutuhan sosial ini, Vent-I akan diproduksi sekitar 300-500 sesuai dengan jumlah donasi yang masuk ke Rumah Amal Salman. Untuk produksi dikerjasamakan dengan PT DI,” papar dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Fadlan Mukhtar Zain, Achmad Faizal, Heru Dahnur, Reni Susanti | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Farid Assifa, Robertus Belarminus, Aprilia Ika, Abba Gabrilin)

https://regional.kompas.com/read/2021/03/02/065422078/alat-alat-canggih-yang-pernah-lahir-selama-setahun-pandemi-covid-19-genose

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke