Salin Artikel

Malam Terang di Pantai Cacalan Banyuwangi

Di pantai yang berada di sebelah utara Kota Banyuwangi, pengunjung bisa menikmati sunrise yang indah dengan latar Selat Bali.

Tak hanya sunrise. Pantai yang berada di Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro ini juga menawarkan pesona di malam hari.

Pengunjung bisa bermain kano dan menikmati semilir angin pantai sambil menikmati secangkir kopi dan kudapan yang dibeli dari warung-warung yang dikelola oleh warga sekitar.

Melihat kondisi saat ini, tak ada yang menyangka jika tujuh tahun lalu, Pantai Cacalan adalah pantai yang sepi. Kala itu hanya beberapa nelayan yang singgah dan memarkirkan perahunya di pantai yang memiliki garis pantai sekitar 2 kilometer ini.

"Jangan bayangkan warung seperti ini. Dulu gubuk kecil. Belum ada apa-apa. Kosong semua. Cuma saya yang jualan di sini," cerita Masriyah kepada Kompas.com pada awal Februari 2021.

Tak hanya siang hari. Masriyah juga melayani kopi dan jajanan saat malam hari Tak jarang ia dan suaminya memilih tidur di gubuk kecilnya.

Untuk penerangan, Masriyah menyalur listrik dari rumah warga terdekat.

"Yang penting ada cahayanya. Sinar lampunya kecil soalnya nyalur. Kan pelangganya nelayan. Mereka banyaknya malam," kata Masriyah.

Pada tahun 2014, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Pantai Cacalan mulai dirintis. Mereka kemudian membuat beberapa kegiatan seperti tradisi Rabu Wekasan di Pantai Cacalan yang melibatkan banyak orang.

Sejak saat itu, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Cacalan mulai bertambah.

Di tahun 2016, pokdarwis juga menyelenggarakan lomba layang-layang di Pantai Cacalan bekerja sama dengan PLN UP3 Banyuwangi. Acara tersebut adalah sosialisasi agar masyarakat tidak bermain layang-layang di dekat jaringan kabel.

"Bisa dianggap lomba layang-layang sebagai awal berkembangnya Pantai Cacalan. Pokdarwis terbentuk dan kami menambah fasilitas seperti mushala, toilet termasuk juga memasang SPLU (Stasiun Pengisian Listrik Umum)."

"Beberapa warung mulai berdiri dan semua yang terlibat di sini adalah warga sekitar khususnya Sukowidi," jelas Awan Miswantoro (41) humas Pokdarwis Pantai Cacalan kepada Kompas.com.

Warga kemudian memanfaatkan air sungai di muara pantai yang membentuk rawa untuk bermain kano. Mereka juga menambahkan lampu-lampu cantik serta pondok bambu yang bisa digunakan pengunjung bersantai.

"Namanya pantai pasti gelap. Dari pada dimanfaatkan buat yang enggak-enggak, kita kasih lampu. Selain terang, kita pokdarwis juga bisa memantau pengunjung dan mereka bisa main kano malam hari. Tapi tetap jam malamnya tetap kita batasi," kata Awan.

Pantai tersebut dijadikan tempat bersandar dua kapal besar dari Semarang yang membawa orang-orang VOC. Dua kapal besar tersebut bersandar di Pantai Klatak pada 17 September 1691.

Kedatangan mereka untuk menjalin kerja sama dengan Kerajaan Blambangan terkait pembayaran bea cukai. Kala itu, Kerajaan Blambangan dipimpin oleh Prabu Tawangalun II.

Mereka memilih jalur laut karena akses jalan darat masih belum ada. Jalur Anyer Panarukan baru dibuka tahun 1808 dan jalur laut adalah satu-satunya pintu masuk Kerajaan Blambang dari sebelah timur.

Kedatangan orang-orang VOC tersebut disambut oleh Singayudo, yang menjabat semacam kepala bea cukai dan dewan kenegaraan dari Kerajaan Blambanga.

Singayuda menggelar upacara penyambutan dan minum tuak di Pantai Klatak. Tempat minum tuak menggunakan potongan bambu yang diambil dari pohan bambu yang tumbuh di sepanjang Pantai Klatak.

Karena cara pengambilannya "dicacal" (dicangkul) maka pantai tersebut dikenal juga dengan nama Pantai Cacalan.

Tak hanya itu. Pantau Cacalan juga mejadi tempat pendaratan pasukan Panji Sakti, salah satu raja Buleleng Bali untuk menahan serangan Untung Suropati pada tahun 1676.

Bahkan pengelola pantai tersebut pernah mendapatkan pemasukan hingga Rp 85 juta per bulan dari biaya masuk kunjungan.

Saat ini mereka telah mempekerjakan 30-an orang dari warga sekitar mulai jaga parkir hingga tiket masuk.

Selain itu ada delapan warung yang dikelola oleh warga sekitar. Untuk listrik mereka memanfaatkan SPLU yang ada di Pantai Cacalan dan membeli token listrik dari Pokdarwis.

Para pengelola warung juga wajib untuk membeli bahan makanan juga dari toko milik warga yang ada di sekitar Pantai Cacalan. Serta mempekerjakan warga sekitar untuk menjadi pelayan atau memasak di warung.

"Jika ditanya apakan Pantai Cacalan berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar. Saya pastikan iya. Sangat. Semua yang terlibat adalah orang-orang sekitar. Kita kelola bareng-bareng. Mereka yang menganggur kita ajak kerja bareng," kata Awan.

Mereka juga menambah fasilitas untuk malam hari, untuk memperpanjang masa kunjungan wisatawan.

"Kalo sore biasanya udah pulang, kita kasih lampu-lampu atau live musik juga. Jadi mereka bisa santai malam hari. Termasuk di muara kita kasih gubuk untuk duduk-dudukan karena kalau malam kan nggak mungkin main air di laut," jelas Awan.

Namun saat pandemi, kunjungan wisawatan menurun drastis hingga 50 persen karena ada pembatasan. Hal tersebut mejadi kekhawatiran pokdarwis.

Keadan tersebut mulai membaik sejak pemerintah menerapkan new normal. Selain itu pokdarwis juga menyiapkan fasilitas untuk mendukung pencegahan virus Covid-19.

Mereka mewajibkan pengunjung menggunakan masker dan wajib tes suhu tubuh serta menempatkan beberapa tempat cuci tangan.

"Alhamdulillah sampai hari ini pun kita masih bertahan," kata Awan.

"Termasuk Pantai Cacalan. Dulu kita pernah buat acara lomba layang-layang. CRS kita juga bangan toilet di Cacalan. Ada juga SPLU yang bisa dimanfaatkan oleh pokdarwis. Dengan aliran listrik kami harapkan destinasi wisata akan berkembang" kata Krisantus.

Tak hanya Pantai Cacalan, pada Rabu (19/2/2020) telah diresmikan pasokan listrik di Taman Nasioal Alas Purwo dan kawasan Sukamade Taman Nasional Merubetiri.

Ada sekitar 300 rumah di kawasan Sukamade yang teraliri listrik. Sebelumnya, PLN juga telah memasok jaringan listrik di kawasan gunung Ijen.

"Bukan hanya sekedat menunjang destinasi, listrik yang dialirkan yang terpenting adalah bermanfaat dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar," kata Kris.

Sementara itu, General Manajer PLN Unit Distribusi Jawa Timur II, Bob Saril saat meresmikan pasokan jaringan listrik di Taman Nasional Alaspurwo pada Januari 2020 mengatakan jika pertumbuhan pembukaan listrik baru di Banyuwangi tertinggi di Jawa Timur.

Kembali ke Pantai Cacalan. Masriyah hingga hari ini masih berjualan kopi di tepi pantai. Pekerjaan yang sudah ia lakoni sejak 11 tahun yang lalu.

Ia mengaku perubahan Pantai Cacalan menjadi destinasi wisata di Kabupaten Banyuwangi berdampak besar bagi perekonomian keluarganya.

Sedikit demi sedikit, ia bisa memperbaiki warungnyanya menjadi lebih baik. Ia juga mempekerjakan 3 orang membantu mengelola warungnya.

"Semoga pandemi segera berlalu terus banyak wisatawan lagi yang datang. Amin," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/02/27/07270091/malam-terang-di-pantai-cacalan-banyuwangi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke