Salin Artikel

Saat Warga di Yogyakarta Gotong Royong Dirikan Shelter Tangguh untuk Pasien Covid-19 yang Antre Dirawat di RS

Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, penampungan semacam itu diciptakan oleh pemerintah desa dengan dukungan komunitas warga.

Bingung dan sempat hampir putus asa. Itulah yang dirasakan Dadang Warsito (26) ketika mengetahui ayahnya dinyatakan positif Covid-19 dan harus mendapat perawatan di rumah sakit.

Pasalnya, saat itu semua rumah sakit penuh dan sudah tidak ada lagi ruangan rawat inap bagi pasien Covid-19 di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Saya panik dan bingung," kata Dadang kepada wartawan untuk BBC News Indonesia.

Ayah Dadang berusia 71 tahun, adalah warga Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon.

Pada awal Januari, ayahnya dinyatakan positif Covid-19 setelah menjalani pemeriksaan, rontgen dan tes swab. Namun karena tingginya kasus Covid-19 di Kabupaten Bantul, sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 pada saat itu penuh dan mengalami kekurangan ranjang bagi pasien Covid-19.

Ayah Dadang terpaksa menjalani isolasi mandiri di rumah sembari menunggu antrean rumah sakit.

"Ayah saya berada di nomor antrean 22," kata Dadang.

Setelah seminggu menunggu, Dadang akhirnya mendapat kabar bahwa ada ruang perawatan bagi ayahnya di rumah sakit rujukan Covid-19, Rumah Sakit Senopati, Bantul, DIY.

"Tanggal 9 Januari saya dikabari kalau sudah ada ruang untuk perawatan ayah saya," kata Dadang.

"Selama delapan hari dirawat, pada hari ketiga ayah dinyatakan negatif," tutur Dadang, lega.

Kepala Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Wahyudi Anggoro Hadi, mengaku kondisi tersebut.

"Situasinya memang darurat ruangan. Sampai ada warga kita yang harus menjalani perawatan di rumah sakit Klaten, Jawa Tengah, karena ketersediaan ruang perawatan di rumah sakit Yogya sudah penuh," papar Wahyudi.

Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Bantul, Helmi Jamharis menyatakan, lonjakan jumlah kasus Covid-19 di DIY, khususnya di Bantul, diindikasikan karena aktivitas warga saat libur dan cuti bersama.

"Ada indikasi nataru (libur Natal dan Tahun Baru) berkontribusi signifikan dalam penambahan. Kalau pemerintah memberikan waktu libur cuti bersama, itu menjadi potensi meningkatnya jumlah Covid-19," kata Helmi.

Kerisauannya itu dia kabarkan kepada teman-temannya lewat media sosial. Bak gayung bersambut, gerakan Sambatan Jogja (SONJO) menyambutnya dan langsung berkoordinasi untuk membuat ruangan yang bisa merawat pasien positif Covid-19.

"Mengabarkannya kepada teman-teman melalui postingan media sosial, dan disambut Pak Rim (Rimawan Pradiptyo), dan melakukan koordinasi cepat dengan pemerintah kabupaten," kata Wahyudi.

Setelah beberapa kali melakukan koordinasi, akhirnya disepakati membuat Shelter Tangguh. Lokasinya di Desa Panggunggharjo, dengan memanfaatkan bangunan bekas Rumah Sakit Umum Veteran Patmasuri.

"Ini adalah kolaborasi pemerintah daerah, pemerintah desa, dan komunitas SONJO," kata Wahyudi.

Shelter Tangguh yang diusulkan warga desa Panggungharjo pun disambut Pemkab Bantul. Menurut Wahyudi, Pemkab Bantul langsung mempersiapkan infrastruktur dan memberikan pelayanan serta pengelolaan Selter Tangguh sampai dengan tiga bulan pertama.

"Pemkab Bantul responsif dan menyediakan anggaran serta paramedis di awal untuk pengelolaan. Setelah itu, lanjut Wahyudi, warga masyarakat desa dan komunitas yang akan melanjutkan," kata Wahyudi.

Inisiator gerakan kemanusiaan SONJO, Rimawan Pradiptyo, menyebut, Shelter Tangguh Panggungharjo adalah upaya warga menjawab keresahan sulitnya mencari ruang rawat bagi pasien positif Covid-19.

"Kami diskusikan dengan Pemkab Bantul, ada rekan dari IDI, ada dari Farmasi UGM, dan Kedokteran UGM, lalu kami sepakat bikin Shelter Tangguh. Dan pada 15 Januari Selter Tangguh sudah beroperasi dimulai dengan 10 pasien," kata Rimawan yang ikut membantu pendirian Shelter Tangguh Panggungharjo.

Apa bedanya dengan shelter lainnya?

Shelter Tangguh Panggungharjo, menurut Rimawan, berbeda dengan shelter lainnya karena juga bisa menjadi ruang rawat rujukan bagi pasien Covid-19 yang bergejala ringan sampai sedang.

Kapasitasnya bisa menampung sampai 100 pasien, namun kini baru sekitar 60 pasien karena ruangannya harus diperbaiki terlebih dahulu.

"Tapi tidak bisa langsung penuh, harus diperbaiki ruangannya. Namanya juga darurat," imbuh Rimawan yang juga menjadi Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM.

Indro Bawono (28), salah satu pasien positif Covid-19 tidak perlu lagi antre untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Dia bisa langsung mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang memadai yang ada di Shelter Tangguh Panggungharjo bekas Rumah Sakit Patmasuri yang ada di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, DIY.

"Saya Alhamdulillah tidak antre," kata Indro melalui sambungan telepon.

Awalnya, Indro mengaku merasakan demam dan suhu badannya sampai 38 derajat celsius. Lalu dia memeriksakan diri ke rumah sakit dan diberikan obat.

Indro kemudian memeriksakan diri ke Puskesmas dan diminta melakukan tes swab.

Ketika hasil tes keluar, Indro dinyatakan positif Covid-19. Lalu pihak Puskesmas meminta Indro untuk masuk dan menjalani perawatan di Shelter Tangguh Panggungharjo.

Menurut Indro, keberadaan Shelter Tangguh Panggungharjo sangat membantu bagi pasien Covid-19 karena bisa menampung dan merawat pasien.

Dan ketika rumah sakit penuh, pasien yang lain bisa dirujuk ke Shelter Tangguh sehingga tidak perlu antre.

"Misalnya ketika rumah sakit penuh, shelter (Shelter Tangguh Panggungharjo), bisa menampung. Dan saya tidak mengalami antrean. Saya langsung dirujuk ke penampungan," katanya.

Indro memuji hasil kerja sama berbagai pihak yang bisa mewujudkan penampungan bagi para pasien Covid-19. Dia berharap perilaku gotong royong tersebut dapat langgeng, khususnya pada masa sulit ini.

"Covid-19 bukan aib. Insya Allah kita bisa mengatasi dengan saling bahu-membahu," tutup Indro.

https://regional.kompas.com/read/2021/02/21/09290001/saat-warga-di-yogyakarta-gotong-royong-dirikan-shelter-tangguh-untuk-pasien

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke