Salin Artikel

"Kami Kecewa Kuburan Mama Tak Ditutup dengan Baik, KamI Pun Pergi Ambil"

Pasca-hilangnya jenazah, polisi mengusut kasus itu karena menganggapnya sebagai kasus pencurian.

Sementara keluarga meyakini tindakan mereka tidak salah karena mengambil jenazah anggota keluarga sendiri untuk ditempatkan di makam yang layak.

Tiga hari setelahnya, kabar adanya makam yang dibongkar beredar di media sosial.

Polisi pun turun tangan menyelidiki kasus itu karena menganggapnya pencurian serta dikhawatirkan masih bisa menularkan virus.

Mengetahui kondisi makam yang tidak berada pada tempatnya, Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) NTT Egusem Piether Tahun pun geram.

Dia menganggap kejadian tersebut sebagai pencurian.

"Jenazah ini dicuri oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak mendukung untuk penanganan Covid-19 di Kabupaten TTS," kata dia saat itu.

Pria yang disapa Eki itu menilai jenazah HUL adalah milik keluarga sehingga tidak bisa disebut pencurian.

"Kami tidak mencuri karena itu barang kami. Kami hanya ingin menguburkan mama dengan layak. Kita menyayangkan kasus ini bisa diproses hukum. Keluarga sampai hari ini masih bingung," kata dia.

"Ini ibaratnya kami sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kami sudah berduka, malah dibuat susah lagi," kata Eki.

Dia mengetahui bahwa Satgas Covid-19 menugaskan tim lokal untuk menguburkan jenazah HUL.

"Yang menjadi masalah itu saat jenazah berada di liang lahat dan mau ditutup, malah tidak ada sekop dan tidak ada orang yang menutup. Tim satgas Covid-19 langsung pulang dan tidak mengurus tuntas penguburan itu," kata dia.

Bahkan tim lokal pun tidak menggunakan standar Covid-19, yaitu tidak mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap.

"Tim lokal yang mengubur jenazah Mama, hanya menggunakannya masker dan sarung tangan saja,"ungkapnya.

Hasil swab menunjukkan positif satu hari setelah pemindahan jenazah, yakni Jumat (5/2/2021).

Itu pun Eki tak yakin karena tidak menerima surat apapun serta tidak ada keluarga yang tertular berdasarkan rapid test antigen.

Padahal beberapa anggota keluarga adalah kontak erat HUL.

"Kami pindahkan jenazah Mama pada tanggal 4 Februari dan hasil yang menyatakan kalau Mama positif Covid-19 itu keluar tanggal 5 Februari, tapi sampai saat ini kami belum dapat surat resmi yang menyatakan kalau mama meninggal akibat Covid," kata Eki.

Bandingkan dengan makam sebelah

Eki pun membandingkan dengan jenazah di sebelah makam ibunya yang juga dipindahkan, namun tidak masalah.

Dia juga mengklaim beberapa pasien Covid-19 lainnya bisa dimakamkan dengan protokol Covid-19 di pemakaman keluarga.

"Ada yang nama ibu Petronela yang dimakamkan di samping kuburan Mama, tapi bisa dibawa pulang keluarga. Kenapa kami kok diproses hukum,"kata Eki kecewa.

Untuk itu, dia berharap kasus tersebut diselesaikan dengan baik-baik.

Permohonan itu disampaikan secara lisan oleh salah seorang anak dari almarhumah HUL pada pihak kepolisian, Kamis (4/2/2021).

"Diawali memang sebelumnya sudah ada permohonan dari keluarga (untuk pindahkan jenazah)," kata Andre. Namun, polisi menolak permohonan pemindahan jenazah itu.

"Yang datang itu anaknya yang anggota DPRD Provinisi NTT (untuk minta izin) ibu R, dia datang saya sampaikan tidak bisa," ujar dia.

Namun ketika itu, polisi tidak mengizinkan karena dikhawatirkan terjadi penularan.

"Kita sudah jawab bahwasanya tidak bisa karena berdasarkan surat keterangan dari Rumah Sakit Umum Daerah So'e karena yang bersangkutan positif Covid-19," lanjut Andre.

"Ada enam orang yang telah kita periksa terkait hilangnya jenazah di pekuburan Oebaki," ungkapnya.

Enam orang yang diperiksa polisi adalah keluarga dekat HUL.

Bahtera menegaskan proses penyelidikan akan ditingkatkan ke penyidikan.

Enam orang tersebut akan dipanggil untuk proses hukum lebih lanjut.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere | Editor : Khairina, Dheri Agriesta, Robertus Belarminus)

https://regional.kompas.com/read/2021/02/15/12281331/kami-kecewa-kuburan-mama-tak-ditutup-dengan-baik-kami-pun-pergi-ambil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke