Salin Artikel

Asal-usul Kota Singkawang, dari Pasukan Tiongkok yang Terdampar Saat Tinggalkan Jawa

Di Buku Asal Usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe yang ditulis Zaenuddin HM dijelaskan sekitar tahun 1923 pasukan Tiongkok meninggalkan Pulau Jawa.

Dalam keadaan kekelahan, kapal mereka diserang badai sehingga terpaksa menepi di pantai barat Pulau Kalimantan unutuk memperbaiki kapal.

Saat akan kembali berlayar, ada tujuh opsir yang tidak terbawa kapal. Tujuh orang tersebut kemudian menikah dengan gadis-gadis setempat hingga memiliki keturunan.

Menurut keyakinan orang-orang Tionghoa dari suku Hakka yang tinggal di daeerah tersebut, nama Singkawang berasal dari kata "San Kew Jong" yang artinya kota yang terletak di antara laut, muara, gunung, dan sungai.

Nama tersebut cukup beralasan karena sebelah barat Kota Singkawang berbatasan dengan Laut Natuna. Sedangkan sebelah timur, berbatasan dengan Gunung Roban, Pasi, Raya, dan Gunung Poteng.

Di tengah Kota Singkawang sendiri mengalir sungai yang bermuara di Laut Natuna.

Disebutkan, Singkawang mulai dikenal oleh orang Eropa sejak tahun 1834. Nama Singkawang ditulis di buku George Windsor Earl berjudul The Eastern Seas.

George menulis Singkawang dengan kata "Sinkawan".

Kala itu Singkawang lebih dikenal sebagai daerah koloni Tiongkok di masa kongsi-kongsi penambang emas berkuasa di Monterado yang menjadi pusat kekuasan para penambang.

Pada tahun 1891, kolonial Belanda mulai melirik daerah-daerah di luar Jawa dan mulai membuka jalur pelayaran pantai terutama yang berdekatan dengan Singapura.

Kala itu, Singapura adalah gerbang keluar masuk kapal setelah dibukanya terusan Suez.

Di saat bersamaan, di Singkawang dibangun pelabuhan lengkap dengan cabang KPM (Konijnlijk Peketvaart Maatschappj).

Tak hanya itu, pendukung modal asing (Belanda) juga diberi kesempatan beroperasi yakni perusaahaan listrik ANIEM (Algemene Nederlands Indiesche Elecktriesche Maatschaappij).

Pada tahun 1912, Belanda pun mulai membangun jalan darat yang menghubungkan jalur Pemangkat, Singkawangm dan Bengkayang yang dikenal dengan Mendareng.

Pada tahun 1938, Pemerintah Hindia Belanda mengeluakan peraturan nomor 352 yang termuat di Staasblad.

Di peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Borneo (Kalimantan) ditetapkan sebagai wilayah administratif dengan Banjarmasin sebagai ibu kota.

Secara administratif, Borneo dibagi dalam dua karesidenan yakni Borneo bagian Selatan dan Timur. Saat itu Singkawang masuk sebagai kawedanan yang berada di samping kawedanan Pemangkat dan Bengkayang.

Singkawang kerap dijadikan tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado.

Para penambang dan pedagang yang singgah kebanyakan berasal dari negeri Cina.

Selain tempat singgah dan melepas lelah, Singkawang juga menjadi tempat transit pengangkutan hasil tambang emas. Melihat perkembangan Singkawang yang dinlai cukup strategis, sebagian penambang beralih profesi.

Para penambang tersebit menjadi petani dan pedagang sehingga memilih menetap di daerah Singkawang.

Pada tahun 1959, Singkawang adalah kecamatan bagian dari Kabupaten Sambas. Pada tahun 1981, kota ini menjadi Kota Administratif Singkawang.

Selain pusat pemerintahan Kota Administratif Singkawang ibukota Sambas juga berkedudukan di Kota Singkawang.

Setelah melewati jalan panjang, akhirnya Singkawang ditetapkan sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang.

Kota Singkawag diresmikan pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden Republik Indonesia.

https://regional.kompas.com/read/2021/02/14/08080001/asal-usul-kota-singkawang-dari-pasukan-tiongkok-yang-terdampar-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke