Salin Artikel

Menyoal 3 Suara Dentuman di Januari 2021, Meteorit Jatuh di Lampung hingga Tanah Bergerak di Sukabumi

Kompas.com mencatat ada laporan terdengar suara dentuman di tiga lokasi

Dentuman pertama tercatat di Buleleng Bali pada Minggu (24/1/2021). Dentuman kedua dilaporkan pada Kamis (28/1/2021) malam di Lampung Tengah.

Dentuman ketiga didengarkan oleh warga di lokasi bencana tanah bergerak do Desa CiJangkar, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat pada Sabtu (30/1/2021) malam.

Tiga dentuman tersebut terjadi dalam satu pekan.

Sementara itu pada tahun 2020, ada 4 dentuman dilaporkan oleh warga.

Dentuman pertama didengarkan warga Jakarta pada 20 dan 21 September 2021. Masih di Jakarta, dentuma kedua terdengar pada 11 April 2020.

Dentuman ketiga didengarkan di Bandung pada 21 Mei 2020. Dentuman keeempat didengarkan warga Jawa Tengah pada 11 dan 12 Mei 2020.

Namun banyaknya laporan saat ini tidak ada kaitannya dengan kondisi atmosfer Bumi.

"Tidak ada kaitannya dengan kondisi atmosfer bumi. Ini lebih berkaitan dengan fluks meteor yang menghampiri bumi atau faktor sosial, manusia makin mawas atau lebih mudah melaporkan (segala sesuatu)."

"Bisa jadi dulu merasa ngeri bila mendengar ada suara dentuman," kata Rhorom saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/1/2021) petang.

Meski tidak semua suara dentuman misterius itu terbukti sebagai benda langit yang jatuh, menurut Rhorom, hal itu merupakan yang wajar.

"Setiap hari diperkirakan ada 10-50 meteor terang (fireball) yang masuk ke atmosfer Bumi. Meski menghasilkan jejak cahaya yang cukup terang, meteor dengan ukuran beberapa centimeter akan habis terbakar di atmosfer," jelas Rhorom.

Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan suara-suara dentuman yang terjadi bisa saja bersumber dari kejadian gempa bumi dengan kriteria tertentu.

Salah satunya dari gempa yang memiliki hiposenter sangat dangkal.

"Iya gempa bisa memicu suara dentuman kalau gempa yang terjadi hiposenternya sangat dangkal, dekat permukaan sumbernya. Bisa keluar dentuman bahkan lightning, pancaran cahaya kilat," kata Daryono sata dihubungi Jumat (29/1/2021).

Selain itu, dentuman juga bisa muncul akibat adanya gerakan tanah berupa rayapan cepat di bawah permukaan Bumi yang disebabkan oleh gempa.

Daryono mengatakan jika ada dentuman yang berasal dari gempa, dipastikan semua itu akan tercatat di sensor seismik dan gelombang gempa akan terekam seismograf.

Berikut tiga  lokasi dentuman yang di dengar oleh warga pada akhir Januari 2021:

Suara dentuman tersebut juga terdengar di tengah lautan. Saat itu Komang Wagiastra (53) warga Banjar Dinas Segara sedang memancing di lautan tepatnya sekitar 10 kilometer dari daratan.

"Saat itu saya lagi nyari ikan di tengah laut. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari bibir pantai. Suaranya terdengar jelas. Saya kira ada gardu yang meledak," ungkapnya, dilansir dari Tribun Bali.

Selain itu warga juga melihat benda bersinar di langsit sebelum terdengr dentuman.

Sempat diduga dentuman bersumber dari aktivitas blasting tanah di proyek Bendungan Tamblang. Namun ternyata daan kejadian tidak ada aktivitas blasting tanah di proyek tersebut.

Sementara itu BMKG mencatat adanya anomali getaran yang tercatat pada sensor seismik stasiun BMKG Singaraja (SRBI) dengan durasi sekitar 20 detik mulai pukul 10.27 Wita atau pukul 09.27 WIB.

Ditegaskan bahwa getaran itu bukanlah gempa.

Astronom sekaligus Peneliti Madya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( Lapan) Dr Rhorom Priyatikanto menjelaskan berdasarkan informasi BMKG dan keterangan warga tersebut, memang ada kemungkinan ada kejadian jatuhnya benda antariksa.

Ternyata sebuah meteorit jatuh di rumah Munjilah (60). Batu yang masih hangat ditemukan di bagian dapur rumahnya. Munjilah mengaku juga mendengar dentuman dan suarat berat jatuh.

"Saya sama suami langsung ke dapur. Di dinding bagian bawah ada batu," ujar dia, Jumat (29/1/2021).

Pada tanah tempat batu itu terjatuh terdapat cerukan bekas dihantam benda keras. Cerukan tersebut berdiameter 20 sentimeter dan berkedalaman enam sentimeter.

Merespons kejadian tersebut, peneliti dari Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL) Robiatul Muztaba mendatangi rumah Munjilah. Peneliti mengambil sampel batu dengan mengikis batu diduga meteor jatuh itu.

Robiatul mengatakan, setelah proses penelitian berjalan, ia memastikan jika benda itu memang adalah batu meteorit.

"Benar, itu adalah batu sisa meteorit yang masuk ke bumi. Ada sejumlah ciri yang sesuai dengan benda antariksa," kata dia, Jumat (29/1/2021) malam.

Beberapa ciri yang mendukung jika batu itu adalah meteorit yakni memiliki kandungan logam yang dikenal dengan nama stony iron.

Lokasi bencana tanah bergerak berada di Dusun Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi.

Getaran beberapa detik dirasakan warga di kaki Gunung Beser sebelum mendengar suara gemuruh disertai bunyi dentuman.

Akibat suara gemuruh warga yang bermukim pada ketinggian 930 meter dari permukaan laut (mdpl) panik.

"Iya, saya merasakan getaran, juga kaca jendela bergetar," kata Didin (68) kepada Kompas.com saat ditemui di rumahnya di Kampung Ciherang Kaler, Minggu petang. Ia dan istrinya kemudian keluar rumah.

"Saat di luar, saya mendengar suara gemuruh lalu ada bunyi dentuman," tutur Didin.

"Arah suara gemuruh seperti dari sawah, kalau dari sini arah timur. Tapi, belum tahu pastinya," sambung dia.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, pada pukul 19.00 WIB BMKG menerima catatan seismik bahwa telah terjadi pergerakan tanah berdurasi sekitar 7 detik.

"Tampak sangat jelas adanya rekaman seismik yang terjadi pada pukul 19.00.36 WIB hingga 19.00.43 WIB. Lama durasi rekaman seismik berlangsung cukup singkat hanya selama 7 detik," jelasnya, seperti dilansir dari Tribunnews.

Dugaan kuat, suara dentuman yang muncul dan membuat panik warga karena dipicu adanya aktivitas pergerakan tanah tersebut.

"Jadi dugaan kuat yang terjadi adalah adanya proses gerakan tanah yang cukup kuat hingga terekam di sensor gempa milik BMKG," ucapnya.

"Anomali seismik ini tampak sebagai gelombang frekuensi rendah (low frekuensi). Sepintas bentuk gelombangnya (waveform) seismiknya mirip rekaman longsoran atau gerakan tanah," jelas dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Luthfia Ayu Azanella, Ellyvon Pranita, Imam Rosidin, Tri Purna Jaya, Budiyanto | Editor : Inggried Dwi Wedhaswary, Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas, Khairina, Robertus Belarminus, Aprillia Ika, Farid Assifa)

https://regional.kompas.com/read/2021/02/01/11440071/menyoal-3-suara-dentuman-di-januari-2021-meteorit-jatuh-di-lampung-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke