Salin Artikel

Pilkada Surabaya, Ada Warga yang Antusias, Ada yang Lebih Memilih Memperbaiki Genteng dan Golput

Pilkada di tengah pandemi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran. Apalagi kasus Covid-19 di Kota Pahlawan masih terus bertambah.

Sebagian warga Surabaya tetap antusias memilih karena ingin perubahan nasib.

Namun, ada pula warga yang memilih untuk tidak mencoblos karena khawatir terjangkit Covid-19.

Selain itu, alasan warga tak memilih karena tak mengenal masing-masing calon wali kota Surabaya yang akan berlaga di Pilkada Surabaya 2020.

Misalnya Ulfatul Asror (40), salah satu warga Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari. Ulfatul yang memiliki usaha laundry ini mengaku akan berpartisipasi dalam Pilkada Surabaya 2020.

Sejak beberapa bulan terakhir, ia terus mengamati masing-masing kandidat yang berlaga di Pilkada Surabaya.

Ia sendiri mengaku sudah memiliki kandidat calon wali kota Surabaya yang akan dipilih saat pencoblosan pada Rabu besok.

"Iya, saya ikut berpartisipasi besok, coblos. Saya sudah punya pilihan, jadi pasti datang ke TPS," kata Ulfa kepada Kompas.com, Selasa (8/12/2020).

Alasan ia berpartisipasi dalam Pilkada Surabaya kali ini karena ingin Surabaya menjadi lebih baik.

Ia yakin kandidat yang akan dia pilih mampu menghadirkan perubahan signifikan dan mampu memberi kesejahteraan bagi warga Kota Surabaya.

Dengan berpartisipasi di Pilkada Surabaya, ia berharap ke depan kesejahteraan warga Surabaya bisa lebih diperhatikan oleh Pemkot Surabaya.

Dengan demikian, kondisi ekonomi masyarakat, terutama masyarakat menengah ke bawah bisa terbantu dengan hadirnya pemimpin baru.

"Dengan ikut mencoblos, tentu saya berharap calon pemimpin yang saya pilih bisa terpilih, dan saya berharap mereka bisa membawa masyarakat lebih sejahtera lagi," ujar dia.

Namun, Ulfa tak menampik bahwa momen pilkada di tengah pandemi ini cukup berisiko terhadap penularan virus corona.

Karena itu dia berharap penyelenggara pemilu bisa menerapkan protokol kesehatan ketat untuk mencegah terjadinya penyebaran Covid-19 yang berpotensi menjadi klaster baru jika tidak dilakukan dengan baik.

Berbeda dengan Ulfa, Setiawan Yoyok Arianto (37), warga Ampel, Kecamatan Semampir yang bekerja sebagai kuli bangunan dan sopir ini memilih untuk tidak mencoblos pada Pilkada Surabaya.

Ia mengaku tidak mengenal kandidat yang berlaga di Pilkada Surabaya.

"Saya enggak mencoblos karena saya tidak punya pandangan tentang calon yang berlaga di Pilkada Surabaya. Bingung dan enggak tahu mau pilih siapa, jadi golput saja," kata Ari.

Selain itu, lanjut Ari, pandemi Covid-19 masih jadi ancaman bagi masyarakat Kota Surabaya.

Sebab, sampai hari ini pandemi Covid-19 di Surabaya belum juga mereda.

Ia lebih memilih untuk bekerja karena bisa menghasilkan uang, daripada harus datang ke TPS.

"Jadi kalau saya lebih baik bekerja saja, daripada datang ke TPS. Kebetulan, saya sedang garap renovasi rumah orang. Musim hujan kan banyak rumah orang yang bocor. Saya bekerja dapat uang, kalau harus mencoblos, saya rasa buang waktu saja," ujar dia.

Meski demikian, pada momen Pilkada Surabaya ini ia tetap berharap nantinya muncul pemimpin berkualitas yang peduli terhadap warga kurang mampu seperti dirinya.

Ia tidak ingin ada kesenjangan ekonomi dan sosial di Surabaya.

Ia juga berharap masyarakat kurang mampu bisa mendapatkan kehidupan yang layak.

"Siapa pun yang terpilih, semoga bisa memikirkan dan membantu rakyat kecil seperti saya. Artinya tidak kejamlah sama masyarakat enggak mampu," tutur dia.

Warga lainnya, Rusdianto (48),  asal Ngagel, Kecamatan Wonokromo, yang berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas di Jawa Timur, memilih tidak mencoblos di Pilkada Surabaya besok.

Ia mengaku khawatir dengan potensi peningkatan penularan Covid-19 di Surabaya yang belum juga reda.

Terlebih lagi, ia menilai, tingkat kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan relatif rendah.

Alasan itu cukup menguatkan Rusdi untuk tidak datang ke TPS.

"Tingkat kesadaran masyarakat kita masih relatif rendah terhadap protokol kesehatan, terutama di perkampungan penduduk," ujar dia.

Warga lain, Hanna Alfiantara (29), warga Sidotopo Kecamatan Semampir yang bekerja sebagai admin atau karyawati swasta ini mengaku akan turut berpartisipasi dalam Pilkada Surabaya.

"Ikut (berpartisipasi) sih besok, karena sudah ada calon yang dipilih," kata Hanna.

Alasan Hanna memilih berpartisipasi dalam pesta demokrasi ini karena satu suara sangat penting bagi dirinya.

Ia pun berharap ke depan Surabaya bisa lebih maju, semakin bersih, dan terus mendulang banyak prestasi.

"Paling enggak pemimpin yang terpilih nanti bisa mempertahankan apa yang sudah dicapai pemimpin sebelumnya," ujar dia.

Terkait dengan pandemi Covid-19 di Surabaya yang belum mereda, ia optimistis penyelenggara pemilu mampu bekerja profesional dan akan mengutamakan keselamatan warga dari paparan virus.

"Harapan kepada penyelenggara pemilu, protokol kesehatan benar-benar dibuat ketat. Beneran dikencengin, karena agak seram kalau yang datang ke TPS beramai-ramai," kata Hanna.

Pilkada Surabaya 2020 diikuti dua pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya.

Pasangan nomor urut 1 Eri Cahyadi-Armuji diusung PDI-P dan didukung Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Eri-Armuji akan melawan pasangan nomor urut 2 Machfud Arifin-Mujiaman yang diusung delapan partai koalisi, yakni PKS, PPP, PKB, Golkar, Nasdem, Demokrat, PAN, dan Gerindra.

https://regional.kompas.com/read/2020/12/08/16054641/pilkada-surabaya-ada-warga-yang-antusias-ada-yang-lebih-memilih-memperbaiki

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke