Salin Artikel

Muncul Klaster Covid-19 dari Pesantren di Sleman, Berawal dari Santri Kehilangan Penciuman

Sampai saat ini tercatat ada 78 santri yang dinyatakan positif Covid-19.

"Bukan perguruan tinggi tapi Ponpes," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo, Kamis (26/11/2020).

Disampaikanya, awalnya ada peserta didik yang mengalami gejala. Peserta didik tersebut merasakan hilangnya indra penciuman dan pengecapan.

"Dari situ terus kami lakukan skrining," ungkapnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Novita krisnaeni menjelaskan ada satu peserta didik yang melakukan rapid test.

Sebab peserta didik tersebut mengalami gejala.

"Dia rapid kemudian langsung swab hasilnya positif. Sekitar seminggu yang lalu (dinyatakan positif)," urainya.

Mendapatkan laporan, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman lantas melakukan tracing.

Dari tracing tersebut didapati ada 77 orang yang positif Covid-19. Rata-rata yang dinyatakan positif usia belasan tahun.

"Iya ada satu kasus positif, dilakukan tracing kemudian ditemukan lagi 77. Mestinya sudah menjadi klaster, karena kita tidak tahu ini menularkan ke siapa, ini ke siapa," ungkapnya.


Menurutnya, 78 orang yang dinyatakan positif tersebut mengalami gejala seperti batuk, pilek dan anosmia.

Saat ini mereka yang dinyatakan positif sedang menjalani isolasi.

"Kami melihat lembaga tersebut memungkinkan untuk dilakukan isolasi mandiri. Maka kami minta untuk isolasi mandiri bagi anak didiknya, sesuai dengan standar Dinas Kesehatan," tegasnya.

Selama menjalani isolasi lanjutnya akan dilakukan pengawasan secara ketat dari Puskesmas. Selain itu pengawasan juga dilakukan dari Satgas Covid-19 tingkat desa.

"Kami juga merekomendasikan agar dilakukan penyemprotan disinfektan di seluruh lokasi tersebut secara masif tiga hari berturut-turut," ucapnya.

Diungkapkannya, pelaksanaan pembelajaran masih tetap berjalan. Namun dengan protokol kesehatan yang lebih ketat.

"Satgas di lokasi tersebut harus diperkuat, dan ada yang memonitor apabila ada yang tidak menggunakan masker, tidak menjaga jarak, tidak cuci tangan, akan ada semacam teguran," ujarnya.

Novita mengatakan sebenarnya di perkantoran dan sarana pendidikan sebenarnya sudah menerapkan protokol keshatan dengan baik. Namun mereka juga tidak tahu kondisi sebenarnya orang yang keluar masuk.

"Pendidikan berasrama ini sudah menerapkan secara ketat, tapi kan kita tidak tahu misalkan laundrynya, mungkin keluarganya, atau dari siapa pun yang keluar masuk kan bisa saja," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/26/16065741/muncul-klaster-covid-19-dari-pesantren-di-sleman-berawal-dari-santri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke