Salin Artikel

Menyoal Jejak Satwa di Jalur Evakusi Gunung Merapi, Jejak Anjing Bukan Macan Tutul

Jejak tersebut membekas di permukaan cor beton jalur evakuasi yang diperbaiki.

Dari pengamatan Kompas.com, jejak tersebut melintas dari timur ke barat dan terdapat jejak satwa yang dewasa serta anakan.

Sementara di kanan kiri jalur evakuasi masih cukup rimbun karena dipenuhi pepohonan dan rumut gajah.

Koptu Eko Widodo Babinsa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman mengatakan jejak tersebut pertama kali diketahui pada Jumat (20/11/2020).

"Kebetulan rumah saya di bawah, ada masyarakat yang mengarah ke sini. Saya timbul kecurigaan dan saya kejar ternyata mereka melihat jejak satwa ini, yang sementara diduga (jejak) macan tutul," ungkapnya.

Diperkirakan satwa yang melintas lebih dari satu ekor. Hal ini dilihat dari ukuran bekas jejak kaki yang berbeda.

"Ini kalau saya perkirakan ada sekitar dua atau tiga (ekor). Jejak yang dewasa satu paling dominan besar, ada juga yang kecil, tapi di sela-sela itu ada jejak yang (usia) di antara remaja," tuturnya.

Ia menegaskan jika satwa ini tidak turun karena meningkatnya aktivitas Gunung Merapi saat ini. Tetapi habitatnya memang di sekitar lokasi tersebut.

"Yang saya tekankan, ini memang perlintasan satwa itu, jadi bukan karena aktivitas (Gunung Merapi) naik, terus hewan yang di Merapi turun, itu tidak benar. Memang habitatnya dari dulu di sekitaran sini," katanya.

Ia menjelaskan warga sudah mengetahui keberadaan binatang yang diduga macan tutul karena ada beberapa warga yang mengaku pernah melihatnya.

"Aktivitas warga juga tidak merasa terganggu, satwa juga tidak terganggu. Sampai saat ini tidak ada konflik, tidak ada laporan hewan ternak yang dimangsa, tidak ada," urainya.

Ia mengatakan jejak kaki yang membekas tersebut bukan jejak macan tutul tetapi jejak kaki anjing.

"Saya tadi ke TKP, itu jelas jejak kaki anjing," tegasnya.

Menurutnya telapak kucing hutan, kucing rumah atau macan jika sedang berjalan kukunya selalu disembunyikan.

Sedangkan jejak yang di permukaan cor beton jalur evakuasi terdapat bekas kuku. Selain itu, bentuk bantalan kaki yang ada di permukaan cor beton berbentuk segitiga.

"Yang itu kukunya ada, bantalan kakinya itu segitiga itu menunjukan jelas anjing. Kalau macan itu cenderung agak membulat atau lonjong sedikit," katanya.

Untuk membuktikan hal itu, TNGM rencananya akan memasang kamera trap di sekitar lokasi ditemukannya bekas telapak tersebut.

"Kita akan pasang kamera trap disekitar sana untuk membuktikan itu. Belum tahu kapan, nanti kami siapkan, karena kamera kami sebagian masih dipasang," urainya.

Pujiati mengatakan jejak dan bekas cakaran macan tutul di hutan Gunung Merapi terakhir kali diketahui pada 2012.

Jejak dan bekas cakar macan tutul tersebut terlihat di Gunung Bibi, Boyolali dan Plawangan, Sleman.

Kedua lokasi tersebut merupakan zona inti Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).

Namun sampai saat ini, Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) masih berupaya mencari keberadaan macan tutul.

"Sebelum erupsi (Gunung Merapi) 2010 itu katanya pernah ditemukan (macan tutul)," kata dia.

"Setelah tahun 2012 memang kami sudah tidak menemukan lagi bekas cakar apalagi fisiknya," tegasnya.

Total ada 40 kamera yang dipasang di beberapa tempat. Kamera trap tersebut dipasang selama tiga bulan.

"Tapi, itu pun kami tidak mendapatkan macan tutul," urainya.

Namun kamera trap merekam kijang yang jumlahnya banyak. Kijang ini merupakan salah satu makanan dari macan tutul.

"Kami berpikir kijang ini makanannya macan tutul, harusnya kalau makanan berlimpah ya macan tutul ada. Biasanya dalam rantai makanan itu ada top (puncak), tapi ini top predator-nya yang kita temui sekarang masih kucing hutan, enggak mungkin kan kucing hutan makan kijang," urainya.

Meski kamera trap belum menangkap fisik macan tutul, TNGM tidak lantas berhenti. Sampai saat ini pihaknya masih terus berusaha mencari keberadaan macan tutul di hutan sekitar Gunung Merapi.

"Ya belum terlihat lagi, tapi kami masih terus berupaya mencari," jelasnya.

Menurutnya, ada salah satu Kepala Seksi Taman Nasional Gunung Merbabu sedang meneliti terkait mamalia. Dalam penelitiannya tersebut, dipasang kamera trap di koridor Merapi dan Merbabu.

Ada kemungkinan koridor tersebut menjadi jalur perpindahan satwa dari Merapi ke Merbabu. Sebab, satwa bisa saja berpindah jika kondisi habitatnya tidak kondusif.

"Sebenarnya dari lereng Merapi ke Merbabu itu ada sungai yang menghubungkan, dan itu yang dipasang kamera trap oleh kandidat doktor. Itu masih dugaan karena hasil penelitiannya belum ada dan kita buktikan dengan pemasangan kamera trap itu," pungkasnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Wijaya Kusuma | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Dony Aprian)

https://regional.kompas.com/read/2020/11/25/06070041/menyoal-jejak-satwa-di-jalur-evakusi-gunung-merapi-jejak-anjing-bukan-macan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke