Salin Artikel

Berkat Belatung, Peternak Ayam Ini Tetap Bertahan meski Dihajar Pandemi

Sampah itu kemudian dibuat seperti bubur lalu disimpan untuk difermentasikan selama satu hari. Setelah baunya seperti tape, lalu pakan organik itu diberikan untuk makanan maggot atau belatung.

Belatung itu ditaburkan ke bawah kandang untuk mengurai kotoran ayam dan meminimalisasi penyakit hewan.

Beberapa belatung yang sudah 15 hari dimasukkan ke mesin giling dan dijadikan adonan untuk dicampur dengan dedak dan jagung. Adonan itu digunakan untuk makanan ayam dan ikan.

Makanan dari belatung ini selain memiliki protein yang bagus juga harganya murah untuk dijadikan makanan ternak.

Sudah dua tahun Chandra bekerja di peternakan ayam Tunas Organik Farm milik Azan Wahyudi (38). Chandra menjalankan ide Azan untuk menggunakan sampah organik.

Awal mula gunakan pakan organik

Tentu bukan tanpa sebab Azan menggunakan sampah organik sebagai sumber dari makanan ayam dan ikan di peternakan kecilnya.

Semua berawal antara 2017 dan 2018 saat awal-awal Azan memulai ternak ayam.

Awalnya, ada 400 ayam dan dia membeli pakan siap saji dari toko.

Namun hasilnya harga pakan lebih mahal tidak sebanding dengan hasil penjualan.

Lantas dia banyak berkonsultasi dan belajar secara otodidak di YouTube.

Dari situ dia melirik maggot bsf (black soldier fly) dan sampah organik. Berhari-hari dia belajar hingga menemukan formulanya seperti sekarang.

“Kelebihannya kita tidak tergantung pada pakan dari pabrik. Bisa hemat. Untuk ayam lahap makannya dan bebas bahan kimia karena kita menggunakan bahan organik semua. Ayam tanpa vaksin organik. Rasa dagingnya juga agak manis,” ungkap Azan saat ditemui Kompas.com di peternakannya bebera waktu lalu di bulan Oktober.

Warga Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi, ini mengatakan, dirinya memiliki 800 ayam indukan.

Namun kini kemungkinan jumlahnya akan bertambah karena saat pandemi ini, penjualan ayam menurun.

Biasanya dalam satu minggu ia bisa menjual 300 ekor ayam. Namun sekarang hanya 90 ekor.

Karena banyak ayam yang tidak terjual dan kemudian membesar, maka Azan memanfaatkannya kembali sebagai indukan.

Dia mengambil keputusan untuk menjual belatung dan juga anak ayam berumur 10 hari atau day old chicken. DOC ini biasanya digunakan sebagai bibit untuk ternak ayam ras potong.

Selain itu, Azan juga terkadang menjual ayam secara eceran dengan bobot badan tertentu.

“Sisanya ada juga yang beli dengan berat berbeda tapi ambilnya tidak banyak,” katanya.

Dia mengakui selama pandemi penjualannya turun sampai 60 persen. Namun namanya usaha dia tetap harus memutar otak demi bertahan.

Selain penjualan menurun, harga ayam pun kian jatuh. Kalau pada saat normal, ayam bisa bisa dijual Rp 45.000 per kilogram. Sekarang kalau jual ke tengkulak Rp 38.000. Kalau langsung ke pasar bisa Rp 40.000 ke kilogram.

Meskipun begitu, penurunan omset tidak terlalu jauh, karena dalam hal produksi, Azan termasuk hemat berkat budidaya belatung atau maggot untuk pakan ternak. Bahkan dengan pakan organik itu, Azan mengklaim bisa menghemat biaya produksi hingga 70 persen.

"Kalau omset kita masih bertahan karena pakannya maggot itu," kata Azan saat dihubungi ulang, Senin (23/11/2020).

https://regional.kompas.com/read/2020/11/24/16555521/berkat-belatung-peternak-ayam-ini-tetap-bertahan-meski-dihajar-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke