Salin Artikel

Terima Kasih Pembaca Kompas.com, Koestomo Kini Punya Modal Usaha Hidupi Anaknya yang Lumpuh

Koestomo mendapatkan donasi dari pembaca Kompas.com yang terkumpul melalui situs Kitabisa.com sebesar Rp 23.408.504.

Donasi yang dia terima akan dimanfaatkan sebagai modal untuk membuka usaha reparasi dan pelayanan pesanan berbagai jenis sepatu di rumahnya.

"Terima kasih, terima kasih atas bantuannya," kata Koestomo, saat menemui perwakilan Kompas.com, Senin.

Koestomo adalah bapak tiga anak yang sejak masa muda bekerja sebagai tukang reparasi dan pembuat sol sepatu.

Bersama keluarganya, dia tinggal di sebuah rumah sederhana di Dusun Bandung Krajan.

Sejak Februari 2020, dia terpaksa berhenti bekerja karena memilih fokus untuk menjaga istri dan salah satu anaknya yang lumpuh.

Istri dan anak sulung Koestomo didiagnosis menderita Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), atau penyakit sistem syaraf yang melumpuhkan otot-otot dan memengaruhi fungsi fisik.

Setelah lebih dari delapan bulan tidak bisa bekerja karena harus menunggui istri dan anaknya yang lumpuh di rumah, Koestomo kini punya harapan untuk kembali bekerja tanpa harus meninggalkan rumah.

"Rencananya mau buka tempat reparasi dan pembuatan sol sepatu di rumah ini," ujar Koestomo, sambil menunjuk satu tempat yang diproyeksikan sebagai tempat usahanya.

Koestomo juga akan membuka usaha berjualan bakso cilok yang akan dijalankan oleh anak keduanya, Rizky Subhi.

Pasangan Siti Rodiyah dan Koestomo memiliki tiga anak, Dwi Ayu Prasetya (28), Rizky Subhi (23), serta Sevi Cahyani (19).

Selama ini, Rizky Subhi bekerja sebagai buruh serabutan dengan jumlah penghasilan yang tidak pasti.

Adapun Sevi Cahyani, anak ketiga Koestomo, saat ini duduk di bangku kelas 3 Madrasah Aliyah.

"Anak saya sudah punya rencana jualan pentol keliling, tapi belum terlaksana. Alhamdulillah, sekarang ada bantuan modal, terima kasih," ujar Koestomo.

Selain untuk modal usaha, donasi dari pembaca Kompas.com juga disiapkan untuk biaya berobat serta sebagian lainnya untuk membenahi atap rumah yang sudah lapuk.

Pantauan Kompas.com, kondisi rumah keluarga Koestomo memang cukup memprihatinkan.

Jika dilihat dari depan, kondisi rumahnya terlihat cukup layak, hingga ke ruang tamu. Namun, kondisi sebaliknya ada di bagian tengah, kamar hingga ke belakang, termasuk dapur dan kamar mandi.

Selain teras dan ruang tamu, lantai rumah Koestomo dari bagian tengah hingga ke belakang masih berupa tanah.

Kemudian yang paling parah ada pada bagian atap. Selain kayu penyangga yang sudah lapuk, genting rumah juga tampak pecah dan berlubang.

"Kalau hujan harus siap-siap ember untuk nampung air. Kalau diperbolehkan, saya mau benahi atap yang bocor," ujar Koestomo.

Sebagaimana diberitakan Kompas.com, sejak 2001, Koestomo mulai menggantikan peran istrinya untuk memasak, membersihkan rumah, serta merawat anak-anaknya.

Siti Rodiyah, istrinya, menderita ALS dan kemudian lumpuh. Sakitnya diawali dengan adanya gangguan pada kaki dan tangan.

Ibu tiga anak itu seringkali jatuh sendiri saat berjalan, serta tangannya tiba-tiba kehilangan kekuatan saat memegang sesuatu.

Kemudian pada 2012, kondisi serupa juga dialami Dwi Ayu Prasetya, anak pertama Koestomo.

Dwi menunjukkan gejala yang sama seperti ibunya. Hasil pemeriksaan medis menyatakan, Dwi menderita ALS.

Putri pertama Koestomo itu juga mengalami lumpuh, dua tahun setelah merasakan gejala gangguan pada kaki dan tangannya.

Berbagai alternatif pengobatan, baik medis dan non medis telah ditempuh Koestomo. Namun berbagai upaya itu tak menunjukkan hasil.

Koestomo kemudian merawat istri dan anaknya yang lumpuh di rumah, sembari bekerja untuk memenuhi nafkah keluarganya.

Karena kondisi istrinya yang terus memburuk, sejak Februari 2020 Koestomo berhenti bekerja dan memilih fokus merawat istri dan anaknya.

Setelah 19 tahun melawan sakit yang diderita, istri Koestomo meninggal dunia pada Minggu (20/9/2020) malam.

Sepeninggal sang istri, Koestomo kini masih harus merawat Dwi yang hanya bisa terbaring diatas ranjang.

Dia mengaku akan kembali bekerja untuk menafkahi keluarganya. Pilihannya, membuka tempat usaha di rumah agar tetap bisa memantau kondisi anaknya setiap saat.

"Apapun kondisinya, saya akan tetap menjaga amanah ini, merawat anak saya. Kalaupun saya bekerja, di rumah saja," kata Koestomo.

Kepala Dusun Bandung Krajan Wahyudi mengatakan, keluarga Koestomo telah masuk dalam keluarga pemanfaat program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH), serta Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Menurut dia, kondisi Koestomo memang memerlukan perhatian lebih terutama untuk akses bekerja dan upaya mencari kesembuhan untuk anaknya.

"Kami berterima kasih atas bantuan para donatur, pembaca Kompas.com. Bantuan ini kami yakini sangat bermanfaat bagi Pak Kus (Koestomo) agar beliau bisa kembali bekerja sambil tetap bisa merawat anaknya," kata Wahyudi saat mendampingi Koestomo menerima donasi dari pembaca Kompas.com.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/24/11082971/terima-kasih-pembaca-kompascom-koestomo-kini-punya-modal-usaha-hidupi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke