Salin Artikel

Melihat Munculnya Ratusan Bunga Bangkai di Hutan Segoro Gunung Grobogan

Fenomena alam unik yang menyebar di hutan seluas 600 hektar tersebut diketahui mulai muncul sejak awal November atau di momen awal memasuki musim hujan.

Berdasarkan pantauan Kompas.com pada Selasa (17/11/2020) sore, aroma tak sedap langsung tercium saat menembus kawasan hutan yang 90 persen dipenuhi pohon jati tersebut.

Hutan yang 10 persen-nya ditumbuhi pohon mahoni itu tercatat berlokasi terpencil berbatasan dengan wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Bau khas bunga bangkai tersebut, menurut penuturan warga setempat, pertama kali muncul ketika masa peralihan musim kemarau ke musim hujan.

Bau busuk tumbuhan itu kian menyengat mulai sore hingga malam hari. Terkadang, bahkan baunya sampai ke permukiman.

Ukurannya bunga bangkai yang tumbuh di hutan Segoro Gunung bervariasi dan untuk saat ini paling besar ditemukan tingginya sekitar 60 sentimeter dengan lebar 40 sentimeter.

Petugas Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Gundih memprediksi jumlah bunga bangkai kali ini mencapai ratusan, menjamur di berbagai sudut kawasan hutan Segoro Gunung.

"Para petani yang beraktivitas dan warga yang melintas hutan semula penasaran dengan bau bangkai. Namun setelah dicek ternyata bau itu keluar dari bunga bangkai. Saat memasuki malam, baunya kian menyengat," kata Tri Utomo (43), tokoh masyarakat Desa Nglinduk.

Menurut Tri, meski bunga bangkai mengeluarkan aroma bacin, tapi di sisi lain, warga di desanya justru terpukau dengan keindahan penampakan fisiknya.

Sehingga, sambung dia, tak ada niatan sekalipun dari warga untuk merusaknya.

"Kami biarkan tumbuh karena menambah keindahan hutan. Setiap memasuki musim hujan, bunga bangkai mulai bermunculan. Namun kali ini cukup aneh, karena jumlahnya banyak sekali hingga ratusan. Biasanya cuma hitungan jari," ungkap Tri.

Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Segoro Gunung, Perhutani KPH Gundih, Maryono, menyampaikan, setiap satu tahun sekali memasuki musim hujan, bunga bangkai bermunculan di kawasan hutan Segoro Gunung yang memiliki luas sekitar 600 hektar.

Bunga bangkai jenis ini, kata dia, termasuk tumbuhan liar di hutan Segoro Gunung dan sepengetahuannya hanya bertahan beberapa bulan saja. 

Bunga langka ini tumbuh tak beraturan di hutan Segoro Gunung, entah di sela pepohonan maupun di rerumputan hingga tanaman merambat.

"Dan dikenal dengan nama lokalnya suweg atau ileus. Memang saat ini yang muncul mencapai ratusan tidak seperti sebelumnya. Untuk menjaga kelestariannya, kami sudah sosialisasikan ke warga," kata Maryono.


Wakil  Kepala  Administratur Perhutani KPH Gundih, Ronny Merdiyanto, menambahkan, selama ini di kawasan hutan wilayah Kabupaten Grobogan, bunga bangkai tercatat hanya tumbuh subur di hutan Segoro Gunung.

"Hutan Segoro Gunung adalah kawasan hutan lestari dan terjaga dengan baik. Sehingga bukannya tak mungkin bunga bangkai setiap tahun bermunculan di sana," kata Ronny.

Dijelaskan Ronny, spesies bunga bangkai di hutan Segoro Gunung masih satu genus dengan bunga bangkai raksasa, Amorphophallus titanum.

Namun demikian, bau busuknya tidak sekuat seperti kerabatnya itu.

Ciri khasnya yaitu tongkol (appendix) – bagian yang menjulang ke atas – yang membesar dan seludang atau 'mahkota bunga' yang berbentuk seperti lonceng (bell-shaped).

"Adapun bau busuk berfungsi untuk menarik perhatian serangga penyerbuk tertentu. Bunga bangkai ini mekar pada malam hari untuk memikat serangga malam. Perlu kami jelaskan, bunga bangkai ini berbeda dengan bunga Rafflesia meski sama-sama berjuluk bunga bangkai," pungkas Ronny.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/18/10495461/melihat-munculnya-ratusan-bunga-bangkai-di-hutan-segoro-gunung-grobogan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke