Salin Artikel

"Namanya Naluri Manusia, Saya Ingin Bertemu Ibu Kandung"

Bahkan Emmanuella membuat laporan ke Dinas Sosial Sleman dan juga mencari  data sang ibu kandung lewat Pengadilan Negeri Sleman.

"Namanya naluri manusia. Saya ingin bertemu ibu kandung," kata Emmanuella saat dihubung Kompas.com, Senin (2/11/2020).

Emmanuella lahir pada 9 September 1985 dengan nama Theresia. Ia kemudian diadopsi oleh keluarganya saat usianya masih belum genap 1 tahun di sebuah panti asuhan Katolik yang di kelola oleh biarawati. Ia pun pindah ke Jakarta.

Awalnya ia tak mengetahui jika dia anak adopsi.

Namun saat masih duduk di bangku SD, salah seorang temannya mengatakan jika Emmanuella tidak mirip dengan orangtuanya yang berkulit putih.

Saat itu ia menjawab jika ia mirip dengan sang nenek yang juga berkulit gelap.

"Teman SD ada yang bilang, 'Kamu kok enggak mirip sama ibu bapakmu. Ibu bapakmu kulitnya putih', saya berkulit hitam," ujar Emmanuella.

Waktu pun terus berjalan. Saat duduk di bangku SMP, Emmanuella menemukan foto ibunya yang diambil pada tahun 1985.

Ia merasakan kejanggalan karena di foto yang diambil pada Juli 1985, perut sang ibu masih rata. Padahal jika melahirkan Emmanuella pada September 1985, perut sang ibu seharusnya besar layaknya perempuan hamil.

"Saya menemukan foto mami bulan Juli 1985, kok janggal ya, perutnya masih rata. Saya sudah mulai tahu. Oh, mungkin memang benar kalau saya bukan anak kandung karena perutnya rata bulan Juli, enggak mungkin saya lahir bulan September," tuturnya.

Saat SMA, ia sempat mengecek golongan darahnya ketika ia belajar Biologi. Ia juga sempat menanyakan golongan darah orangtuanya.

"Saya cek golongan darah dan tahu golongan darahnya apa, terus konfirmasi lagi, harusnya darah mami papi kan darahnya ke saya. Cuma masih SMA ya, jadi masih belum ada keinginan tanya juga, keinginan mencari juga," urainya.

Sewaktu kuliah, kekasih Emmanuella sempat menyarankan agar ia bertanya kepada ibunya terkait kemungkinan tersebut.

Namun ia tak tega bertanya karena takut menyakiti sang ibu yang telah merawatnya sejak kecil. Ia pun memilih untuk menyimpan sendiri rasa penasarannya.

"Saya bilang mungkin orang Timur beda sama orang Barat, karena saya enggak enak sama mami sudah merawat dari kecil, takut menyakiti hati orangtua. Saya bilang enggak mau tanya dululah," jelasnya.

Pada tahun 2012, ia menikah dan pindah bersama suaminya ke Inggris.

Sebelum pindah, ia bertanya kepada sang nenek yang kemudian membenarkan jika Emmanuella adalah anak adopsi dari sebuah panti asuhan Katolik

Emmanuella melahirkan anak kembar dan ia yakin jika keluarganya memiliki keturunan kembar.

Namun karena sibuk dengan dua bayinya, Emmanuella tidak meneruskan mencari informasi tentang ibu kandungnya.

"2013 saya pindah ke sini, 2014 saya punya anak kembar. Mulai 2014 ini saya mulai benar-benar ada penasaran, saya punya anak kembar, suami tidak ada keturunan kembar, berarti saya gitu kan. Mungkin ibu saya kembar, atau saya punya kakak kembar, atau mungkin saya punya kembaran," jelasnya.

Ia mulai mencari panti asuhan yang dikelola oleh biarawati. Namun setelah mengunjungi lima panti asuhan, hasilnya nihil.

Tidak ada jejak informasi tentang dirinya.

"Lima itu hasilnya nihil. Saya juga coba ke Panti Asuhan Sayap Ibu, nihil juga. Saya bingung kok nihil semua," ungkapnya.

Ia kemudian bertanya kepada sang paman, dan ia mendapatkan informasi jika ia diadopsi dari sebuah yayasan bukan panti asuhan.

Sang paman bercerita jika saat itu, ibu angkat Emmanuella diajak salah satu kerabatnya untuk datang ke yayasan untuk adopsi.

"Paman bilang waktu papi mami ke Yogya, ada saudara yang membawa ke yayasan itu, tapi paman tidak tahu nama yayasannya. Oalah, ya ampun, saya sudah sebulan mencari-cari ternyata salah informasi. Ya sudah, saya coba cari nomor saudara," tuturnya.

RS Pura Ibunda berada di Samirono, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

Ternyata RS Pura Ibunda adalah rumah sakit pribadi milik dr Lukas. Di rumah sakit tersebut, dr Lukas merawat bayi yang ditinggal orangtuanya.

"Di Rumah Sakit Pura Ibunda dan itu ada yayasan bayinya, banyak bayi-bayi yang ditinggalkan ibu-ibunya untuk diadopsi. Itu rumah sakit pribadi, nama dokternya itu dokter Lukas. Dokter Lukas itu baik. Kalau ada bayi yang ditinggal, dia mau merawat," urainya.

Setelah mencari informasi, Emmanuella menemukan nomor kontak dr Lukas dan menghubungi pemilik rumah sakit tersebut.

Saat itu dr Lukas yang sudah berusia 92 tahun mengatakan jika RS Pura Ibunda sudah lama tutup dan datanya sudah tak lagi disimpan.

Nancy ternyata adalah adik kandung dr Lukas yang mengurus proses administrasi yayasan.

Ia kemudian melacak jejak Nancy di media sosial Instagram dan Twitter. Ia pun mengirim pesan ke teman dari Nancy.

"Saya sempat DM dua orang, satu yang membalas di Twitter. Dia bilang temannya dan mau mencoba menanyakan nomor supaya saya bisa telepon, beberapa hari dia memberi nomor," ucapnya.

Ia pun terus menghubungi nomor ponsel Nancy. Setelah dua hari kemudian, telpon Emmanuella dijawab.

Ia pun berbicang selama 45 menit dengan Nancy namun ia tak mendapatkan jawaban yang jelas.

Saat itu Nancy hanya menyarankan agar ia tak perlu lagi mencari jejak ibu kandungnya karena sulit ditemukan.

"Dia bilang kasus seperti ini sulit dicari, sebaiknya enggak usah cari, 'Kamu kan sudah berkeluarga, punya anak, berbahagialah'. Saya bilang, 'Namanya juga naluri manusia pasti ingin bertemu ibu kandung, karena ada hubungan darah'," jelasnya.

Kepada Nancy, Emmanuella bertanya proses adopsinya.

Nancy bercerita jika saat adopsi calon orangtua akan datang dan memilih anak.

Lalu orangtua angkat akan mengisi formulir dan menyerahkan fotokopi KTP dan akta nikah. Lalu administrasi diurus oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipl,

Penjelasan tersebut berbeda dengan keterangan ibu angkat Emmanuella yang mengatakan jika ia hanya menyerahkan KTP saat adopsi Emmanuella.

Sang ibu angkat mengatakan saat akan Yogyakarta, ia tak beniat untuk adopsi.

"Saya bingungnya, pernah tanya mami dan tidak pernah menyerahkan akta nikah, hanya KTP. Karena waktu ke Yogya itu tidak ada niatan adopsi, ada saudara yang mengusulkan untuk adopsi karena sudah lama tidak punya anak," bebernya.

Dinas Sosial kemudian mengeluarkan surat disposisi dan petugas dari Dinas Sosial yang akan menemui Nancy yang mengurusi proses adopsi di RS Pura Ibunda.

Tak hanya itu. Ia terus menelusuri gereja di sekitar RS.

"Ya saya sekarang tinggal menunggu dari Dinas Sosial sih. Saya juga akan menelusuri di gereja-gereja yang dekat situ, karena nama saya pas di rumah sakit Theresia," urainya.

Ia juga melakukan pengecekan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mencari identitas orangtua kandungnya.

Ternyata akta lahir miliknya sudah dengan nama orangtua angkatnya dan tidak ada nama ibu kandungnya.

"Dia bilang akta lahir saya sudah sinkron dengan data yang ada di Dukcapil, jadi akta lahir saya sudah dengan nama orangtua angkat, tidak ada nama orangtua kandung," tuturnya.

Sementara itu di Pengadilan Negeri Seleman, dari komunikasi via email, ia mendapatkan informasi jika adopsi yang diajukan dr Lukas adalah dua anak laki-laki dan tidak ada anak perempuan yang diajukan adopsi oleh yayasan tersebut.

"Pertamanya ada, tapi dua anak laki-laki yang dimohonkan oleh dokter Lukas, tapi belum menemukan yang anak perempuan," jelasnya.

Sampai saat ini dia terus berjuang mencari keberadaan ibu kandungnya dan ia mengunggahnya di media sosial miliknya.

Ia juga bercerita jika memiliki tanda lahir di pinggung sebelah kiri atas.

"Di punggung kiri atas ada tanda lahir berbentuk oval kira-kira 5 cm," ucapnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Wijaya Kusuma | Editor: Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2020/11/03/15300031/-namanya-naluri-manusia-saya-ingin-bertemu-ibu-kandung-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke