Salin Artikel

Kisah Muadah, Tak Dapat Bantuan dan Hanya Mengandalkan Satu Pohon Sawo untuk Bertahan Hidup

KOMPAS.com - Kisah pilu dialami seorang nenek bernama Muadah (65), asal Kelurahan Pasar Batang, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Pasalnya, di usianya yang tak lagi muda, ia masih merasakan sulitnya menanggung beban hidup.

Di rumahnya yang sederhana itu, Muadah hanya tinggal seorang diri.

Untuk bertahan hidup, ia hanya mengandalkan satu pohon buah sawo di halaman rumahnya yang dapat panen setahun sekali.

Hasil buah yang didapat itu dijual dengan harga Rp 800.000.

Dengan uang itu, tentu sangat kurang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Namun demikian, ia masih beruntung karena banyak tetangga yang masih peduli dengan kondisinya.

Sehingga tak jarang, berbagai kebutuhan justru diberi oleh tetangganya.

Tak menerima bantuan pemerintah

Muadah mengaku, selama pandemi Covid-19 hanya sekali mendapat bantuan dari Pemkab Brebes, yaitu uang sebesar Rp 200.000.

"Pernah dapat bantuan sekali saja bulan April," kata Muadah, kepada wartawan, di kediamannya di RT 02, RW 04, Kelurahan Pasar Batang, Senin (2/11/2020).

Setelah itu, namanya dicoret dari penerima bantuan. Sejak saat itu pula, ia mengaku tidak pernah mendapat bantuan lagi, baik program keluarga harapan (PKH), BPNT maupun lainnya.

Atas kondisi tersebut, awalnya ia mengaku sempat merasa iri dengan tetangganya.

Pasalnya, tetangganya yang memperoleh bantuan dari pemerintah tersebut dianggap lebih mampu dari dirinya secara ekonomi. Namun demikian, ia berusaha ikhlas dengan keadaan tersebut.

"Masa temennya dapat bantuan nyong ora (saya tidak?). Yawislah (ya sudahlah). Wis ora olih ndean (sudah tidak dapat lagi mungkin)," ujarnya.

Penjelasan Dinsos

Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Sosial Brebes, Masfuri mengatakan, selama pandemi corona ini Pemkab Brebes telah mengalokasikan anggaran untuk bansos yang berasal dari APBD tahun 2020 sebesar Rp 33 miliar.

Anggaran itu dialokasikan untuk target sasaran 55.400 KK dengan latar belakang kurang mampu yang selama ini belum terkaver bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi.

Bantuan sebesar Rp 200.000 per KK itu diberikan selama tiga bulan.

Melalui program itu, diharapkan dapat membantu warga kurang mampu yang terdampak Covid-19.

"Sekarang tahap tiga sebagian sudah dicairkan," kata dia.

Namun demikian, pihaknya mengaku dari target sasaran 55.400 KK itu dari data yang masuk hanya 44.929 KK.

Pada tahap kedua dan ketiga juga mengalami penyusutan penerima. Hal itu terjadi sebagai dampak dari adanya penyesuaian data.

"Yaitu selain bagi warga yang menerima ganda dari bantuan pemerintah lainnya yang dicoret, pencoretan juga dilakukan kepada warga yang data di KK atau NIK yang salah," kata dia.

Adapun terkait pencoretan data dari Muadah, menurutnya diduga karena dampak dari penyesuaian tersebut.

Tapi untuk memastikannya, pihaknya mengaku akan kembali melakukan pengecekan ulang.

"Kami akan cek data ini, dan kami akan upayakan agar (Muadah) bisa menerima bantuan dari program lainnya. Ini karena bansos Covid-19 APBD sudah selesai," jelasnya.

Penulis : Kontributor Tegal, Tresno Setiadi | Editor : Khairina

https://regional.kompas.com/read/2020/11/03/11311231/kisah-muadah-tak-dapat-bantuan-dan-hanya-mengandalkan-satu-pohon-sawo-untuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke