Salin Artikel

Terpisah 35 Tahun, Emmanuella dari Liverpool Cari Ibu Kandung di Sleman: Saya Ingin Bertemu

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - "Namanya naluri manusia. Saya ingin bertemu ibu kandung."

Inilah kata-kata yang diucapkan oleh perempuan bernama Emmanuella Tanzil yang sampai saat ini masih terus berjuang untuk mencari orangtua kandungnya.

Emmanuella Tanzil awalnya tidak mengetahui bahwa dirinya diadopsi sewaktu masih bayi. Namun, perempuan kelahiran 9 September 1985 mulai merasa curiga pada saat kelas VI sekolah dasar (SD).

Saat itu ada salah satu teman sekolah yang menyampaikan bahwa Emmanuella tidak mirip dengan kedua orangtuanya.

"Teman SD ada yang bilang, 'Kamu kok enggak mirip sama ibu bapakmu. Ibu bapakmu kulitnya putih', saya berkulit hitam," ujar Emmanuella Tanzil saat dihubungi, Senin (2/11/2020).

Waktu itu, Emmanuella menjawab bahwa dirinya mirip dengan neneknya. Sebab, neneknya juga berkulit gelap.

Pada saat kelas I sekolah menengah pertama (SMP), Emmanuella menemukan sebuah foto ibunya. Saat melihat foto itu, perempuan yang saat ini tinggal di Liverpool itu merasa ada yang janggal.

"Saya menemukan foto mami bulan Juli 1985, kok janggal ya, perutnya masih rata. Saya sudah mulai tahu. Oh, mungkin memang benar kalau saya bukan anak kandung karena perutnya rata bulan Juli, enggak mungkin saya lahir bulan September," tuturnya.

Kecurigaan itu semakin menguat saat Emmanuella duduk di sekolah menengah atas (SMA). Waktu itu pelajaran Biologi yang membahas tentang golongan darah. Saat itu Emmanuella mengecek golongan darahnya.

"Saya cek golongan darah dan tahu golongan darahnya apa, terus konfirmasi lagi, harusnya darah mami papi kan darahnya ke saya. Cuma masih SMA ya, jadi masih belum ada keinginan tanya juga, keinginan mencari juga," urainya.

Sewaktu kuliah, Emmanuella sempat disarankan oleh pacarnya untuk bertanya kepada ibunya, termasuk meminta informasi mengenai ibu kandungnya.

"Saya bilang mungkin orang Timur beda sama orang Barat, karena saya enggak enak sama mami sudah merawat dari kecil, takut menyakiti hati orangtua. Saya bilang enggak mau tanya dululah," jelasnya.

Pada 2012, Emmanuella diajak suaminya untuk pindah ke Inggris. Sebelum pindah, Emmanuella bertanya kepada neneknya.

Saat itu, neneknya membenarkan bahwa Emmanuella diadopsi saat usia belum satu tahun dari sebuah panti asuhan Katolik yang dikelola oleh para biarawati.

"2013 saya pindah ke sini, 2014 saya punya anak kembar. Mulai 2014 ini saya mulai benar-benar ada penasaran, saya punya anak kembar, suami tidak ada keturunan kembar, berarti saya gitu kan. Mungkin ibu saya kembar, atau saya punya kakak kembar, atau mungkin saya punya kembaran," jelasnya.

Namun, karena saat itu tengah sibuk mengurusi dua bayi, Emmanuella belum menindaklanjuti terkait informasi ibu kandungnya.

Seiring berjalannya waktu, pada 2020 ini, Emmanuella merasakan dorongan hati untuk mencari ibu kandungnya.

"2020 ini ada dorongan hati, ayo kamu harus cari, nanti takut terlambat. Saya juga enggak tahu dapat dorongan hati dari mana," bebernya.

Berbekal informasi awal dari neneknya, perempuan yang saat ini tinggal di Liverpool ini pada bulan Agustus mulai mencari panti asuhan di Yogyakarta yang dikelola oleh biarawati. Dari pencariannya itu, didapat lima panti asuhan.

"Lima itu hasilnya nihil. Saya juga coba ke Panti Asuhan Sayap Ibu, nihil juga. Saya bingung kok nihil semua," ungkapnya.

Di tengah kebingungannya, Emmanuella kemudian memutuskan untuk bertanya kepada pamannya.

Kepada Emmanuella, sang paman menuturkan bahwa waktu itu dirinya diadopsi dari sebuah yayasan.

"Paman bilang waktu papi mami ke Yogya, ada saudara yang membawa ke yayasan itu, tapi paman tidak tahu nama yayasannya. Oalah, ya ampun, saya sudah sebulan mencari-cari ternyata salah informasi. Ya sudah, saya coba cari nomor saudara," tuturnya.

Emmanuella lantas menghubungi saudaranya tersebut. Ternyata memang benar saudaranya itulah yang dahulu mengantar orangtua Emmanuella saat dirinya diadopsi.

Saudaranya itu mengatakan bahwa ia dahulu diadopsi dari yayasan bayi di sebuah rumah sakit bernama Pura Ibunda di Samirono, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

"Di Rumah Sakit Pura Ibunda dan itu ada yayasan bayinya, banyak bayi-bayi yang ditinggalkan ibu-ibunya untuk diadopsi. Itu rumah sakit pribadi, nama dokternya itu dokter Lukas. Dokter Lukas itu baik. Kalau ada bayi yang ditinggal, dia mau merawat," urainya.

Emmanuella kemudian mencari nomor kontak dokter Lukas. Akhirnya, Emmanuella mendapatkan nomor dari anak saudaranya tersebut.

Pada bulan September, Emmanuella kemudian menghubungi nomor tersebut.

"Saya telepon, saya bilang dulu diadopsi dari rumah sakit ini, mau tanya-tanya kalau masih ada data yang disimpan. Dokternya bilang rumah sakit sudah lama tutup, data juga tidak disimpan lagi. Saya juga sudah lupa umur 92," ungkapnya.

Tak mendapat jawaban, Emmanuella lantas kembali bertanya kepada saudaranya tersebut.

Anak saudaranya kemudian menyampaikan bahwa ada satu orang yang dahulu pengurus di rumah sakit.

"Namanya Ibu Nancy, Dia itu adiknya dokter Lukas, khusus mengurusi administrasi tentang adopsi. Saya tanya punya nomornya, tapi ternyata tidak tahu," ujarnya.

Emmanuella kemudian mencoba mencari nama Nancy tersebut di media sosial. Ia pun menemukan di Instagram dan Twitter teman-teman dari Ibu Nancy yang dahulu pengurusi administrasi di rumah sakit tersebut.

"Saya sempat DM dua orang, satu yang membalas di Twitter. Dia bilang temannya dan mau mencoba menanyakan nomor supaya saya bisa telepon, beberapa hari dia memberi nomor," ucapnya.

Selama dua hari menghubungi, telepon Emmanuella tidak dijawab. Pada hari ketiga, teleponnya dijawab. Namun, meski berbicara selama 45 menit, Emmanuella tidak mendapatkan jawaban yang jelas.

Ibu Nancy justru menyarankan agar Emmanuella tidak usah lagi mencari ibu kandungnya. Sebab, kasus seperti ini memang sulit.

"Dia bilang kasus seperti ini sulit dicari, sebaiknya enggak usah cari, 'Kamu kan sudah berkeluarga, punya anak, berbahagialah'. Saya bilang, 'Namanya juga naluri manusia pasti ingin bertemu ibu kandung, karena ada hubungan darah'," jelasnya.

Setelah itu, Emmanuella menanyakan tentang proses adopsi kepada Ibu Nancy. Kemudian diceritakan tentang proses adopsi, yakni calon orangtua datang dan memilih anak. Calon orangtua tersebut diminta mengisi formulir, serta menyerahkan fotokopi KTP dan akta nikah. Kemudian, diurus ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

"Saya bingungnya, pernah tanya mami dan tidak pernah menyerahkan akta nikah, hanya KTP. Karena waktu ke Yogya itu tidak ada niatan adopsi, ada saudara yang mengusulkan untuk adopsi karena sudah lama tidak punya anak," bebernya.

Setelah lagi-lagi tidak mendapat jawaban, Emmanuella menghubungi Dinas Sosial Sleman. Hingga Emmanuella membuat laporan ke Dinas Sosial Sleman.

Kemudian, Dinas Sosial mengeluarkan surat disposisi (dibantu pencarian asal-usul). Dari Dinas Sosial, lanjutnya, akan menindaklanjuti dengan menemui Ibu Nancy yang dahulu mengurusi administrasi yayasan di Rumah Sakit Pura Ibunda tersebut.

"Ya saya sekarang tinggal menunggu dari Dinas Sosial sih. Saya juga akan menelusuri di gereja-gereja yang dekat situ, karena nama saya pas di rumah sakit Theresia," urainya.

Emmanuella mengungkapkan juga telah mencoba mencari identitas orangtua kandungnya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Mendapat laporan itu, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kemudian membantu mencari data yang ada.

"Dia bilang akta lahir saya sudah sinkron dengan data yang ada di Dukcapil, jadi akta lahir saya sudah dengan nama orangtua angkat, tidak ada nama orangtua kandung," tuturnya.

Tak hanya itu, Emmanuella juga mencari lewat Pengadilan Negeri Sleman. Emmanuella juga berkomunikasi via e-mail.

"Pertamanya ada, tapi dua anak laki-laki yang dimohonkan oleh dokter Lukas, tapi belum menemukan yang anak perempuan," jelasnya.

Emmanuella menuturkan, dia mempunyai ciri fisik, yakni tanda lahir di tubuhnya. Tanda lahir itu ada di punggung sebelah kiri atas.

"Di punggung kiri atas ada tanda lahir berbentuk oval kira-kira 5 cm," ucapnya.

Sampai dengan saat ini, Emmanuella masih terus berjuang untuk mencari informasi untuk menemukan ibu kandungnya.

Ia pun mengunggah di akun media sosial miliknya tentang dirinya yang sedang mencari ibu kandungnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/03/06082321/terpisah-35-tahun-emmanuella-dari-liverpool-cari-ibu-kandung-di-sleman-saya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke