Salin Artikel

"Saya Percaya Kematian Anak Saya Tak Sia-sia karena Membela Ibunya"

Anak laki-laki itu meninggal setelah berupaya melawan pemerkosa ibundanya.

Meski jasad R kini tak lagi bersama sang ayah, namun keberanian bocah tersebut melekat dan terkenang di hati FF untuk selamanya.

"Anak saya ini memang pembela, saya yakin kematiannya tak sia-sia karena membela ibunya. Saya dan keluarga ikhlas melepasnya," mata FF berkaca-kaca menceritakan putranya.

Selama dua tahun terakhir, R dan adiknya yang masih berusia lima tahun tinggal bersama sang ayah di Medan.

Sebelum meninggal dunia, R sempat merayakan ulang tahun bersama ayah, adik serta kakek dan neneknya di Medan.

Saat itu, FF menjual telepon seluler demi memberikan putranya hadiah yang dia inginkan.

"Saya buat acara kecil-kecil dan membelikan R hadiah. Rencana handphone untuk belajar daring, tapi dia minta dibelikan mobil remote," tutur dia.

Meski hadiah itu sangat diinginkan oleh R, namun kemudian R menitipkan mobil tersebut untuk adiknya.

Pasalnya, R hendak tinggal bersama ibundanya di Aceh.

"Dia sayang sekali sama adiknya, selalu akur. Saya heran juga kenapa dia pesankan sama neneknya kalau mobil-mobilan itu untuk si adik," tutur FF pilu.

Di mata FF, putranya itu memang memiliki sikap kepedulian tinggi dan senang berbagi.

DN juga meminta izin membawa R ke Banda Aceh untuk tinggal bersama dan bersekolah di sana.

Setelah diizinkan, DN mengurus surat kepindahan anaknya.

Usai putranya pindah bersama sang ibu, FF masih sempat berbincang dengan bocah itu untuk melepas rindu melalui telepon.

Namun tak disangka, FF kemudian menerima kabar bahwa putranya ditemukan tewas.

Sembari menahan air mata, FF mengutuk perbuatan Samsul, pembunuh anaknya.

"Binatang saja tak tega kita begitukan, ini tak layak dianggap manusia," ujar FF.

Seorang pria menyelinap ke rumah yang ditinggali DN, suaminya dan R di Kecamatan Bireum Bayeum, Kabupaten Aceh Timur.

Pria yang diketahui bernama Samsul tersebut kemudian memperkosa DN saat suaminya tak ada di rumah.

Tengah malam itu, DN melawan hingga sempat terjadi perkelahian dengan pelaku. Tangan DN pun terkena bacokan.

Rupanya keributan membuat R terbangun.

DN sempat meminta anaknya lari, namun R memilih berhadapan dengan pelaku.

Melihat sang ibunda dalam bahaya, bocah laki-laki pemberani tersebut bermaksud melindungi.

Sekejap, Samsul menyabetkan parang ke tubuh bocah itu di depan mata ibunya. Pelaku lalu membawa lari R.

R ditemukan tewas di sebuah sungai di Desa Alue Gadeng, Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur.

Kondisi badannya penuh luka bacokan. R juga masih berpakaian lengkap.

Sehari sebelum meninggal, Samsul sempat mengeluhkan sesak napas.

Kasat Reskrim Polres Langsa Iptu Arief Sukmo Wibowo menjelaskan, Samsul sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Penyebabnya lantaran ia mengeluh mengalami sesak napas.

"Dia dini hari mengeluh sesak napas. Suhu tubuhnya 36,7 derajat, tensinya 97 persen dan diberi infus satu malam. Dia sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Langsa," tutur Arief.

Namun, kondisi Samsul terus memburuk. Ia pun meninggal dunia ketika berada di dalam tahanan.

"Dokter menyatakan meninggal dunia. Jadi jenazahnya sudah diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan," kata Arief.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Mei Leandha, Masriadi | Editor: Farid Assifa, Abba Gabrilin)

https://regional.kompas.com/read/2020/10/22/15531211/saya-percaya-kematian-anak-saya-tak-sia-sia-karena-membela-ibunya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke