Salin Artikel

Kisah Para Pedagang Kecil Bangkit Melalui Dana Bank Wakaf Mikro Setelah Terpuruk karena Covid-19

Dia bersama puluhan nasabah lainnya dilatih membuat produk makanan yang sehat serta packing yang menarik.

Selain itu, mereka juga mendapatkan semangat baru dari motivator untuk terus mengembangkan usahanya.

Sebab pandemi Covid-19 membuat usaha terganggu. Mereka ingin bangkit setelah penjualannya menurun.

Para nasabah itu merupakan warga yang tinggal di lingkungan Pesantren Al-azhar di Kecamatan Kaliwates, Jember,

Ada yang sebagai wali murid dan wali santri. Mereka memiliki usaha skala kecil, tapi terus berkembang. Seperti minuman, makanan, hingga kerajinan tangan.

Warga mampu mengembangkan usaha karena mendapatkan modal pinjaman dari bank wakaf mikro. Alasannya, pinjaman modal tersebut tanpa bunga dan agunan.

“Awalnya saya pinjam Rp 1 juta, cicilan Rp 20.000 seminggu,” kata Naura kepada Kompas.com di lokasi pelatihan.

Uang yang dipinjam tersebut dijadikan modal untuk membuka usaha makanan pada 2018, yakni usaha menjual cilok hingga pisang keju yang dijual pada lingkungan sekitar.

Awalnya dia menjual di teras rumah. Kemudian usahanya berkembang hingga membuka warung sendiri. 

“Karena berkembang, saya dapat pinjaman lagi senilai Rp 3 juta,” aku dia.

Uang itu terus diputar untuk mengembangkan bisnisnya hingga merambah ke penjualan online sampai sekarang.

Namun, ketika pandemi Covid-19 melanda, usahanya terdampak. Pembeli tidak seramai seperti sebelumnya.

Naura terus bertahan untuk tetap menjual produk makanannya dengan cara door to door.

“Memang terdampak, namun tidak sampai nunggak cicilan,” ucap dia.

Naura merasa terbantu dengan pinjaman dari BWM karena angsuran ringan, yakni Rp 60.000 untuk pinjaman Rp 3 juta.

Dalam sehari, Naura bisa menghasilkan omset Rp 700.000. Hasil dari usaha tersebut digunakan untuk pendidikan anak-anaknya.

Dampak lain juga dirasakan oleh Emi Rusdiartati yang memiliki usaha kerajinan tas rajut.

Dia memanfaatkan dana dari BWM karena memang tidak perlu membayar bunga. Modal itu dibelikan bahan tas rajut yang sudah dijual hingga ke Singapore.

“Ada tetangga saya yang membawa tas saya untuk dijual di Singapore, biasanya membawa 10 tas,” aku dia.

Namun, karena terdampak pandemi, penjualan juga semakin berkurang.

Emi tak patah semangat. Dia terus berupaya agar usahanya kembali bangkit.

Di samping itu Emi juga mengajak warga sekitar agar ikut membuat kerajinan tas rajut. Sebab tas tersebut sudah diminati banyak kalangan.

Dia ingin agar warga sekitar juga ikut terberdayakan melalui kerajinan yang dibuatnya.

100 nasabah yang menunggak angsuran diberi keringanan

Ketua BWM Al-azhar Akhmad Mujtaba Rodhi mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak terhadap usaha para pedagang kecil sangat.

Hal itu membuat mereka mengajukan penangguhan untuk pembayaran angsuran kepada BWM.

“Dari 430 nasabah, ada sekitar 100 nasabah yang mengajukan penangguhan angsuran,” kata dia.

pihak BMW memutuskan memberikan keringanan kepada mereka untuk tidak membayar angsuran selama dua bulan.

Sebab, BMW menyadari dampak pandemi itu dirasakan oleh semua pelaku usaha.

“Karena ini memang masa krisis nasional, kami tidak bisa memaksa mereka untuk membayar,” terang dia.

Apalagi, kehadiran BMW juga untuk membantu masyarakat meningkatkan perekonomian.

Kendati demikian, para nasabah tetap berupaya untuk terus memasarkan produk mereka.

Mereka berjuang keras agar usahanya tetap berjalan. Pihak BWM juga membantu memasarkan produk mereka.

Sementara itu, Kepala OJK Jember Azilsyah Noerdin menambahkan OJK hadir untuk memulihkan kembali ekonomi para pelaku usaha yang terdampak Covid-19.

Mereka dikumpulkan untuk mengikuti pelatihan, mulai dari membuat produk yang higienis dan menarik.

Seperti pelatihan teknik fotografi produk, materi motivasi dari motivator yang sukses di bidang UMKM, hingga menghadirkan Dinas Kesehatan untuk memberi materi produk kuliner yang sehat.

“Intinya kami memberikan itu semua agar pelaku usaha ini bisa mengolah dan memasarkan produknya dengan baik,” ucap Azil.

Bila produk UMKM nasabah BWM sudah berkualitas, pembeli akan semakin meningkat.

Apalagi, sebagian dari mereka sudah mengembangkan penjualan produknya secara online.

“Mereka mulai mengikuti tren pasar, yakni dijual online,” tutur dia.

Keringanan angsuran yang diberikan kepada nasabah BWM agar mereka tetap bisa melanjutkan usahanya, mulai dari mengembangkan usaha, menambah karyawan, serta alat produksi.

“Itu untuk untuk meningkatkan produksinya,” ujar Azil. 

Selain itu, pinjaman modal tersebut juga untuk menghindari masyarakat dari rentenir.

Mereka bisa berkembang karena tidak lagi terlilit oleh uutang dengan bunga yang besar.

“Konsep BWM yang digunakan konsep syariah,” pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/15/08545231/kisah-para-pedagang-kecil-bangkit-melalui-dana-bank-wakaf-mikro-setelah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke