Salin Artikel

Kisah Perjuangan Maridi yang Lumpuh, Olah Emping dengan Berbaring Miring demi Hidupi Keluarga

Bahkan ketika tubuhnya hanya bisa terbaring, dia tetap mencoba mengolah makanan ringan untuk dijual. Maridi pernah membuat keripik dengan berbaring miring.

Hal itu ia lakukan demi menghidupi istri dan dua anaknya, yakni Imah (15) dan Yusuf (12).

Ketika itu, Mariadi yang bekerja sebagai staf tata usaha di sebuah madrasah tengah mencari pakan ternak.

Namun, tak disangka ranting pohon yang dia injak patah hingga Maridi jatuh dan kakinya lumpuh.

Setelah lumpuh, dia tak lagi bekerja. Padahal, sebelumnya Maridi menjadi staf tata usaha di sebuah madrasah.

Untuk kehidupan sehari-hari, dia hanya mengandalkan donatur.

Sang istri, Hana, sempat berjualan nasi kuning dan dititipkan ke sekolah, hingga akhirnya mereka memiliki usaha kudapan tradisional.

Sambil berbaring miring

Maridi dibantu oleh seseorang terkait peralatan yang digunakan untuk memproduksi emping.

“Tahun 2013 saya mempunyai ide untuk membuat emping dari ketela. Alatnya alat press tambal ban. Waktu itu saya diberi alat itu oleh Pak Tuyadi, yang sekarang menjadi Lurah Girikarto,” ucap Maridi saat dijumpai di rumahnya, Selasa (13/10/2020).

Karena saat itu Maridi hanya bisa berbaring, terpaksa dia memiringkan badannya untuk mengolah bahan ketela menjadi emping.

Bahkan, tubuhnya sampai lecet karena terlalu sering miring sambil mengolah bahan makanan.

Namun, hasil produksinya itu akhirnya membuahkan hasil, meskipun sedikit.

“Setelah dijual hasilnya waktu itu Rp 20.000, itu uang pertama saya setelah saya seperti ini,” ucapnya.

Dia juga aktif mengikuti pelatihan-pelatihan wirausaha untuk meningkatkan kualitas produksinya.

Sampai dia berkreasi membuat kerupuk dari bahan daun ketela.

"Sekarang membuat emping, ceriping, rengginang, dan kerupuk daun ketela. Semua bahannya dari sini. Andalannya sekarang kerupuk daun singkong,” kata dia.

Maridi memilih merek dagang "Cap Kursi Roda" sebagai pengingat kondisinya saat ini.

“Nama kursi roda itu maksudnya bukan ingin dikasihani, tetapi sebagai penyemangat saya, dan orang-orang yang senasib untuk tidak menyerah,” kata Maridi.

Sulitnya masa pandemi

Pada masa pandemi Covid-19, Maridi merasakan kesulitan seperti banyak pengusaha lain.

Menurut dia, sebelum pandemi, dirinya mampu meraup untung Rp 2.500.000 per bulan.

Makanan produksinya biasa dijual di tempat-tempat wisata yang sempat ditutup lama oleh pemerintah.

“Sekarang omzetnya anjlok, sebulan paling hanya Rp 300.000,” ucap dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2020/10/14/06070001/kisah-perjuangan-maridi-yang-lumpuh-olah-emping-dengan-berbaring-miring-demi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke