Salin Artikel

"Kalau Habis Sama Tikus, Kami Mau Makan Apa?"

Saat malam hari, lampu di sudut perbatasan petak sawah akan menyala sebagai pertanda jika di sawah tersebut ada jebakan tikus yang dialiri listrik.

Sugito salah satu petani di desa tersebut mengaku cara tersebut paling efektif untuk mengurangi jumlah tikus yang memakan padi.

Setengah meter dari pinggir sawah, petani akan meletakkan kawat yang membentang sepanjang petak sawah yang diikat dengan batang bambu seukuran jempol orang dewasa.

Bambu tersebut ditanam di antara tanaman padi.

Bentangan kawat tersebut kemudian dialiri listrik dari PLN ataupun dari mesin diesel warga. Sebagai penanda kawat tersebut dialiri listrik adalah lampu di sudut sawah akan menyala.

Sugito mengatakan tikus dipastikan tidak akan selamat jika melewati kawat beraliran listrik tersebut karena akan mati tersengat.

Ia bercerita tidak tahu pasti siapa yang pertama kali merangkai bentangan kawat dialiri listrik tersebut.

Dari mulut ke mulut, warga kemudian membuat cara serupa yang dinilai efektif untuk membasmi hama tikus yang beberapa tahun menyerang padi meraka.

“Tahunya dari petani lain, getok tular. Satu malam bisa puluhan sampai ratusan tikus bisa mati. Tapi kalau sudah agak lama pasangnya, biasanya jumlah tikus yang mati akan menurun,” ujar Sugito, Minggu (11/10/2020).

Ia mengakui jika jebakan tikus beraliran listrik sanga berbahaya. Dari catatan kepolisian, sejak awal tahun hingga September 2020, 24 korban tewas karena tersengat listrik jebatan listrik.

Namun ia berdalih cara itu paling efektif untuk membasmi tikus.

Para petani sempat mendapatkan bantuan racun tikus dari Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi. Namun cara tersebut tidak efektif mengurangi hama tikus.

“Bantuan semacam racun seperti makanan tikus tidak efektif. Tikus tidak mau makan racun itu. Masih efektif jebakan pakai listrik,” ujar dia.

Gropyok adalah sistem berburu tikus pada siang hari dengan cara membakar belerang di lubang sarang tikus. Setelah tikus keluar dari sarang karena asap belerang, warga bersiap dengan tongkat pemukul.

Kelompok tani menghargai satu tikus yang ditangkap dengan uang Rp 2.000. Dalam sehari, mereka pernah menangkap hingga 200 tikus.

“Satu hari bisa dapat satu karung tikus kalau gropyok,” kata Bisri Ansori, sekretaris kelompok tani Desa Baderan.

Bisri bercerita tikus akan menyerang dengan cara memotong padi sampai kebawah saat selesai dipupuk.

“Biasanya serangan tikus setelah padi dipupuk. Tanaman padi itu dipotong sampai di bawah,” ujar dia.

Gara-gara serangan tikus, Samirin petani dari Desa Kasreman memilih tidak menanami sawah yang ia sewa di musim tanam ketiga untuk mengurangi kerugian.

“Saking parahnya, hama tikus saya biarin sawahnya, tidak saya tanami karena kemarin habis sama tikus,” katanya.

Tak hanya Samirin. Hampir seluruh petani yang menggarap sawah di sekitar jalur tol melakukan hal yang sama untuk menghindari gagal panen karena serangan tikus.

Menurut Samirin, tikus bersarang di sisi jalan tol. Sehingga petani kesulitan membasminya karena tidak bisa masuk ke kawasan tol.

Ia mengatakan setiap tahun harus mengeluarkan biaya 40 juta untuk sewa dan mengolah lahan.

“Jadi gampangannya itu panen ketiga itulah untungnya petani. Kalau habis sama tikus kami mau makan apa? Habis kami,” katanya.

Apalagi petani juga kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi dan tak mendapat bantuan kompensasi pandemi Covid-19 seperti profesi lainnya.

“Siapa bilang kami tidak terdampak Covid-19? Tapi kami tidak pernah mendapat bantuan,” ujarnya.

Menurut Sugito, para petani akan mematuhi imbauan pemerintah jika ada cara efektif untuk membasmi tikus.

“Kami dilarang, tapi tidak ada solusi. Coba pemerintah membuatkan jebakan tikus beraliran listrik yang aman bagi manusia. Masak sekian orang pandai tidak bisa?” ujar dia.

Sementara itu Kasie Perlindungan Tanaman Pangan dan Hama Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi Nurhamid mengatakan, di masa tanam ketiga tahun ini, keluhan tanaman padi yang diserang hama tikus mengalami penurunan.

Namun, jumlah pemasangan jebakan tikus beraliran listrik malah mengalami peningkatan.

“Belum bisa dipastikan apakah penurunan keluhan petani ada kaitannya dengan pemasangan jebakan tikus beraliran listrik,” katanya.

Ia menjelaskan saat ini Dinas Pertanian sedang mempersiapkan cara baru memberantas hama tikus yang lebih ramah lingkungan.

“Saat ini kita akan memperkenalkan jebakan tikus yang seperti di rumah itu yang sudah dimodifikasi. Kita akan viralkan cara itu,” ujar dia.

Selain itu ia juga mengakui jika bantuan stimulan yang diberikan pemerintah memang sangat terbatas.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Sukoco | Editor: David Oliver Purba)

https://regional.kompas.com/read/2020/10/13/15050051/-kalau-habis-sama-tikus-kami-mau-makan-apa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke