Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Konflik Kapolres Blitar dan Kasat Sabhara | Sandiaga Jadi Jurkam Gibran-Teguh

Keputusan tersebut ia ambil karena kecewa dengan perlakuan Kapolres Blitar AKBP Ahmad Fanani Prasetyo. Ia menilai Ahmad Fanani dinilai arogan tak hanya kepada dirinya, tapi juga anggota lainnya di Polres Blitar.

Sementara itu di Solo, politisi Partai Gerindra Sandiaga Uno dipersiapkan menjadi juru kampanye (jurkam) pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Solo, Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa di Pilkada Solo 2020.

Ketua DPC Partai Gerindra Solo Ardianto Kuswinarno mengatakan keputusan tersebut tak lepas dari lobi politik di tingkat pusat.

Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca Kompas.com dan berikut lima berita populer nusantara selengkapnya:

Keputusan tersebut ia ambil karena kecewa dengan perlakuan Kapolres Blitar AKBP Ahmad Fanani Prasetyo.

"Mohon maaf kalau saya agak emosi, mohon maaf kepada istri saya, kita masih bisa makan dengan garam, kenapa kita harus takut?" kata Agus di Mapolda Jatim, Surabaya, Kamis (1/10/2020).

Ia menilai Ahmad Fanani dinilai arogan tak hanya kepada dirinya, tapu juga anggota lainnya di Polres Blitar.

"Namanya manusia, tentu ada kelebihan dan kekurangan. Setiap beliau marah, ada yang tidak cocok, lalu maki-makian kasar yang diucapkan,” katanya.

Kata Agus, sikap Kapolres tak mencerminkan perilaku polisi sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.

"Saya tidak kuat lagi menjadi bawahan Kapolres, dan saya mengajukan pensiun dini tanpa menuntut apa pun dari Polri," kata dia.

Ia mengatakan teguran kepada anak buahnya masih dalam batas kewajaran.

Ahmad bercerita ia mengur anggota Sabhara yang berambut panjang. Namun ia menyebut Agus membela anak buahnya.

"Saya sempat tegur dia karena ada anak buahnya yang berambut panjang, lalu dia tidak terima dan menyebut saya arogan," kata Ahmad saat dikonfirmasi, Kamis (1/10/2020).

Ia bahkan balik menuding anak buahnya tak masuk dinas sejak 21 September 2020.

"Saya serahkan sepenuhnya kepada Polda Jatim terkait pelanggaran yang dilakukan anak buahnya. Perwira penanganannya langsung oleh Polda Jatim termasuk apa sanksinya," jelas Ahmad.

Anak nelayan tersebut berangkat ke lokasi tes pukul 04.30 WIB dengan mengemudikan ketinting (perahu tradisional) seorang diri.

Untuk mempermudah perjalanannya, Sulkifli memanfaatkan GPS yang ia punya.

Tak hanya sekali. Sulkifli sudah melalui beberapa tes dan tinggal beberapa langkah lagi untuk menjadi anggota TNI AL.

Dari 1.200 pendaftar, kini Sulkifli harus bersaing dengan 300 calon prajurit lainnya. Terakhir, dia berhasil lulus tes kesehatan yang digelar pada Kamis (1/10/2020).

Anak pertama dari tiga bersaudara tersebut memutuskan menggunakan perahu karena tidak ingin menyusahkan orangtuanya.

Selain itu, Sulkifli tinggal di desa yang terpencil sehingga sulit menuju ke lokasi tes, terutama jika menempuh jalur darat.

Ketua DPC Partai Gerindra Solo Ardianto Kuswinarno mengatakan keputusan tersbut tak lepas dari lobi politik di tingkat pusat.

"Lobi-lobinya politik tingkat tinggi. Karena Ketum kami (Prabowo Subianto) dengan Pak Jokowi sangat dekat sekali. Ketum kami dengan Bu Mega (Megawati Soekarnoputri) sangat dekat sekali. Termasuk Bang Sandi dengan Pak Jokowi sangat dekat sekali. Jadi pembicaraannya sudah tingkat tinggi," kata Ardianto, Kamis (1/10/2020).

Ardianto mengatakan, sedang mengkaji persiapan deklarasi tim pemenangan untuk paslon Gibran-Teguh.

"Tim pemenangan kami akan deklarasikan untuk Mas Gibran, nanti sejauh mana sedang kita kaji. Kemungkinan besar kita akan menyurati DPP siapa yang menjadi pembicaranya. Mungkin bisa Bang Ferry, Bang Sandi atau siapa untuk deklarasi kami," kata Ardianto.

Saat dikonfirmasi, Biena mangatakan ia ikut keputusan sang ayah.

"Surat itu sudah saya terima, saya sudah baca. Tapi soal ke depannya, saya manut kepada Bapak (Mundjirin) saja," kata Biena saat dihubungi, Kamis (1/10/2020).

Biena mengaku belum berkomunikasi dengan Mundjirin terkait surat tersebut.

Kalau bapak mungkin belum baca karena kesibukan. Bisa jadi besok baru ada keputusan-keputusan, itu kan surat terkait antara saya dan bapak," ungkapnya.

Pemecatan dilakukan karena Mundjirin dan Biena Munawa Hatta tidak melaksanakan perintah partai terkait Pilkada 2020.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Labib Zamani, Dian Ade Permana | Editor: Dheri Agriesta, Dony Aprian, David Oliver Purba, Rachmawati)

https://regional.kompas.com/read/2020/10/03/05450051/-populer-nusantara-konflik-kapolres-blitar-dan-kasat-sabhara-sandiaga-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke