Salin Artikel

Perjuangan Koestomo Belasan Tahun Rawat Istrinya yang Lumpuh, Kini Tak Bekerja

Koestomo dibantu anak-anaknya memasak makanan untuk seluruh anggota keluarga. Di sela kegiatan itu, ia harus memandikan istrinya dan membersihkan kamar tidur.

Setelah kegiatan itu selesai, Koestomo menyuapi istrinya yang hanya bisa terbaring di tempat tidur.

Aktivitas itu rutin dijalani bapak tiga anak itu sejak 19 tahun lalu. Istrinya Siti Rodiyah (52) menderita lumpuh sejak 2006.

"Istri saya sakit sejak tahun 2001, mulai lumpuh pada tahun 2006," tutur Koestomo, saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Jumat (18/9/2020).

Koestomo bersama keluarganya tinggal di Dusun Bandung Krajan, Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Istrinya mengalami gejala gangguan pada kaki dan tangan sejak 2001. Kala itu, istrinya sedang mengandung anak ketiga.

"Kalau jalan tiba-tiba sering enggak kuat dan jatuh. Sudah dibawa kemana-mana, tapi enggak ada perkembangan," kata Koestomo.

Sebelum mengalami lumpuh, ungkap dia, Rodiyah sempat dibawa ke RSUD Jombang, lalu dirujuk ke RS dr Soetomo Surabaya.

Hasil pemeriksaan medis menyatakan istrinya divonis menderita Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS).

ALS merupakan penyakit sistem syaraf yang melumpuhkan otot dan memengaruhi fungsi fisik.

Namun, kondisi Rodiyah tak kunjung membaik hingga akhirnya mengalami kelumpuhan pada kaki dan tangan pada 2006.

Setelah mencoba berbagai pengobatan, bapak tiga anak itu memilih merawat istrinya di rumah.

"Kalau dihitung sejak gejala sakit, sekarang sudah 19 tahun. Saya gak bisa berpikir apa-apa lagi, Ini istri saya, apapun kondisinya akan tetap saya rawat," kata Koestomo.

Anak Sulung Lumpuh

Beberapa tahun setelah istrinya lumpuh, nasib serupa dialami anak sulungnya, Dwi Ayu Prasetya (28).

Gejala yang dialaminya mirip dengan sang ibu. Dwi Ayu tetiba jatuh saat berjalan, tangannya juga kehilangan kekuatan saat memegang sesuatu.

Dwi Ayu, ungkap Koestomo, mulai mengalami ALS pada 8 tahun lalu.

Berbekal kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang dimiliki, Koestomo membawa anaknya berobat ke RSUD Jombang dan RS dr Soetomo Surabaya.

Upaya berobat yang ditempuh Koestomo tidak berhenti di sana. Berbagai upaya non-medis coba dilakukan namun tidak membuahkan hasil.

Dari waktu ke waktu kondisi anaknya terus melemah dan lumpuh sejak 6 tahun lalu.

"Mulai dari gejala sampai sekarang ya sudah delapan tahun anak saya sakit. Sekarang gak bisa jalan," kata Koestomo.

Selain memasak dan membersihkan rumah yang dibantu anak kedua dan ketiganya, Koestomo harus memandikan istri dan anaknya, membersihkan tempat tidur serta menyuapi makanan secara bergantian.

Selepas pukul 09.00 WIB, Koestomo pergi ke Pasar Desa Bandung untuk bekerja sebagai tukang sepatu yang ditekuni sejak masih lajang.

Aktivitas ke pasar selepas merawat istri dan anaknya, dijalani Koestomo selama bertahun-tahun sebelum akhirnya memilih berhenti bekerja, tujuh bulan lalu.

"Sudah tujuh bulan saya tidak kerja. Kondisi istri tidak memungkinkan untuk ditinggal," ujar Koestomo.

Karena tidak bekerja, Koestomo hanya mengandalkan bantuan dari saudara dan tetangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bantuan Pemerintah

Koestomo menikahi Siti Rodiyah pada 1990. Pasangan ini memiliki tiga anak, yakni Dwi Ayu Prasetya (28), Rizky Subhi (23), serta Sevi Cahyani (19).

Rizky Subhi, anak kedua Koestomo, bekerja sebagai buruh serabutan dengan pendapatan harian yang tidak pasti.

Adapun anak ketiganya, Sevi Cahyani, masih sekolah di salah satu Madrasah Aliyah di Kecamatan Jogoroto.


Koestomo mengungkapkan, keluarganya telah memegang kartu jaminan kesehatan dari pemerintah yang bisa digunakan untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit.

Setiap bulan, keluarganya juga menerima bantuan pangan dari pemerintah melalui program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).

Adapun untuk biaya pendidikan anaknya, keluarga ini juga masuk dalam daftar Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH untuk pendidikan.

"Untuk bantuan PKH ada, itu untuk sekolah anak saya. Karena saya tidak bisa memberi (biaya sekolah), makanya saya tidak mau ambil sama sekali. Biar semua untuk kebutuhan sekolah," kata Koestomo.

Kepala Desa Bandung Muhtarom mengatakan, pihaknya sedang mempersiapkan bantuan modal dan bentuk usaha yang bisa dilakukan dari rumah oleh Koestomo.

Selain itu, pihaknya juga mengusulkan kepada Dinas Sosial Kabupaten Jombang agar keluarga Koestomo bisa ter-cover sebagai KPM PKH untuk disabilitas.

"Pak Koestomo ini kan sudah tidak bisa bekerja selama tujuh bulan ini. Ada masukan dari RT dan tetangga, agar beliau dibantu modal untuk buka usaha di rumah. Ini sedang kita diskusikan," kata Muhtarom saat ditemui di Kantor Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jumat.

https://regional.kompas.com/read/2020/09/18/16044371/perjuangan-koestomo-belasan-tahun-rawat-istrinya-yang-lumpuh-kini-tak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke