Salin Artikel

Selisih 2 Tahun Mendaftar, Slamet Tetap Bisa Berangkat Haji Bersama Ibunya

Setelah mengumpulkan uang hasil mengamen setiap hari, Slamet mendaftarkan ibunya pada 2018.

Sedangkan dirinya mendaftar haji pada Kamis (3/9/2020) di Kementerian Agama Kabupaten Probolinggo. Slamet diantar tetangganya, Yuyun Wahyuni.

Hal itu membuat Slamet tak bisa berangkat haji bersama ibunya. Namun, Kementerian Agama memastikan Slamet bisa berangkat bersama ibunya.

“Jadi keberangkatan Slamet bisa dimajukan, untuk mendampingi ibunya. Keinginan Slamet bisa diwujudkan,” kata Kepala Kementerian Agama Kabupaten Probolinggo Akhmad Sruji Bahtiar saat dihubungi Kompas.com, Minggu (13/9/2020). 

Sesuai regulasi Atmina berangkat ke Tanah Suci sekitar 28 tahun lagi atau pada 2048. Sementara Slamet pada 2050.

Namun, Bahtiar belum tahu secara pasti jadwal keberangkatan Atmina. Sebab, saat mendatangi Kantor Kemenag, Atmina tak membawa surat keterangan porsi haji.

Meski begitu, Bahtiar menjamin bisa mengupayakan Slamet berangkat bersama ibunya. Hal itu diperbolehkan karena Slamet adalah mahrom dari ibunya.

Suami Atmina atau ayahnya Slamet telah meninggal. Sehingga, Slamet berhak mendampingi Atmina. 

Hanya saja, Bahtiar tak bisa menjamin keberangkatan Slamet dan ibunya ke Tanah Suci lebih cepat dari jadwal.


Sebab, Atmina yang berusaia 57 tahun belum masuk dalam kategori lanjut usia (lansia) atau prioritas.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019, yang masuk kategori lansia adalah pendaftar haji berusia 65 tahun ke atas.

Sehingga, Bahtiar tak bisa menjamin keberangkatan haji Atmina dan Slamet dipercepat.

“Kalau daftar haji sekarang dan dapat nomor porsi, serta tidak masuk kategori lansia, berangkatnya 29-30 tahun lagi,” ujar Bahtiar.

Kepala Kemenag takjub

Bahtiar mengaku takjub dengan niat mulia Slamet. Menurutnya, kegigihan Slamet sangat luar biasa.

Niat untuk memberangkatkan orangtua ke Tanah Suci mengalahkan segalanya. Meski memiliki keterbatasan ekonomi, Slamet bisa mendaftar haji untuk dirinya dan membiayai ibunya.

Bahtiar sangat mendukung upaya Slamet yang menabung sebesar Rp 25.000 setiap hari. Hal ini, kata Bahtiar, harus menjadi contoh bagi orang lain.

“Slamet orang tak punya, tapi dia punya tekad kuat tiada tara. Patut dicontoh kita semua,” tutup Bahtiar.


Sebelumnya diberitakan, Slamet Effendy, warga Desa Kerpangan, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, menabung 10 tahun untuk berangkat haji bersama ibunya.

Slamet dan ibunya, Atmani, sudah mendaftar ke Kementerian Agama setempat dan sudah mendapatkan nomor porsi.

"Saya nabung 10 tahun, Pak. Tiap hari nabung ke ibu Rp 20.000-25.000. Tabungannya disimpan ibu. Kalau sudah banyak, uang recehan ditukar ke toko. Oleh ibu disimpan di tas kresek dan disimpan di rumah sampai banyak," kata Slamet, dengan bahasa Madura, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/9/2020).

Slamet mengaku ngamen dan mangkal di pintu tol keluar Leces Pasuruan-Probolinggo (Paspro).

https://regional.kompas.com/read/2020/09/14/14311171/selisih-2-tahun-mendaftar-slamet-tetap-bisa-berangkat-haji-bersama-ibunya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke