Salin Artikel

Trauma Jadi Korban Gempa 2006, Mbah Muhyi Pilih Tinggal di Gubuk Reyot

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Gempa 2006 menyebabkan trauma mendalam bagi Muhyi (95), warga RT 25/RW 08 Pedukuhan Waduk, Kalurahan Salam, Kapanewon Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta. Mbah Muhyi memilih tinggal di gubuk reyot hingga kini.

"Mbah Muhyi trauma karena gempa itu, dulu saat kejadian beliau bersembunyi di bawah tempat tidur karena takut," kata anak kedua Mbah Muhyi, Aminah kepada wartawan, Rabu (9/9/2020) petang

Rumah sederhana itu sebenarnya rumah utama keluarga Muhyi, istri, dan 6 orang anaknya.

Namun, sejak tahun 2006, akibat gempa yang melanda wilayah DIY dan Jateng, rumah itu rusak parah.

Oleh pemerintah, keluarga ini diberikan bantuan perumahan, namun karena takut dia memilih untuk tetap tinggal di rumah sederhananya. Sementara istri dan anak-anaknya menghuni rumah permanen. 

Saat Aminah bercerita, Muhyi masih tidur dengan lelap. Mbah Muhyi memutuskan untuk tetap tinggal di sana sampai meninggal dunia kelak. 

"Sempat diperbaiki setelah gempa, tetapi oleh pemerintah diberikan bangunan baru," ucap Aminah.

Dengan tubuh rentanya, Muhyi terbiasa dengan tiupan angin dan hujan. Dia tidak pernah mengeluh karena ia memang ingin tetap tinggal di rumah sederhana itu.

Tak berapa lama, Muhyi bangun dan duduk. Aminah pun memberikan sebungkus makanan.

Di rumah yang ditinggali sekarang, tampak beberapa pakaian yang ditaruh begitu saja di dinding, tempat tidur beralas kasur tipis.

Ada meja yang warnanya memudar menandakan meja sudah berusia tua. Mbah Muhyi lantas bersila sambil bersiap menyantap makanan yang dibawa anaknya itu.

Berbagai upaya agar dia mau pindah dilakukan keluarga, namun tidak berhasil.

Untuk menjaga psikologi pria sepuh ini, keluarga akhirnya membiarkan, tetapi tetap dipantau setiap hari. 

Saudara Aminah yang lain merantau ke Jakarta dan Lampung, maka Aminah lah yang setiap hari mendampingi Muhyi.

Sesekali dirinya harus menuntun Muhyi saat buang air dan aktivitas lainnya.

Namun jika kondisinya sehat, pria yang berusia nyaris seabad ini beraktivitas mandiri menggunakan tongkat.

Bahkan meski terhuyung-huyung saat berjalan pun, Muhyi masih sempat ke ladang jika kondisinya sehat.

Satu keinginan keluarga ini, adalah memperbaiki rumah sederhananya. Namun karena keterbatasan ekonomi, Aminah mengaku mengalami kendala.

"Mau memperbaiki juga bagaimana, kami sedang tidak ada uang," ucap Aminah.

Kisah Mbah Muhyi yang hidup di gubuk sempat viral di akun media sosial Facebook. Beberapa relawan membuka penggalangan dana untuk memberikan bantuan kepada Mbah Muhyi. 

https://regional.kompas.com/read/2020/09/10/18515521/trauma-jadi-korban-gempa-2006-mbah-muhyi-pilih-tinggal-di-gubuk-reyot

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke