Salin Artikel

Kini Distribusi Kantong Darah Lebih Cepat, Rumah Sakit Libatkan Ojek Pangkalan

Dalam inovasi ini, pihak manajemen rumah sakit turut menggandeng paguyuban pengemudi ojek yang biasa mangkal di Terminal Ngimbang.

Mereka turut dilibatkan dalam agenda sebagai petugas layanan jasa pengambilan kantong darah di gedung Palang Merah Indonesia (PMI) Lamongan, dengan kendali di bawah arahan pihak manajemen RSUD Ngimbang.

"Inovasi ini untuk mengatasi permasalahan distribusi darah di RSUD Ngimbang, sekaligus bisa untuk memberantas praktik percaloan transport darah," ujar Kabag Prokopim Pemkab Lamongan Arif Bachtiar kepada awak media, Selasa (25/8/2020).

Arif menjelaskan, inovasi tersebut tercetus dari beberapa permasalahan yang dihadapi.

Mulai dari tingginya biaya yang dikeluarkan pasien, ketidakpastian pelayanan darah, kondisi geografis RSUD Ngimbang, hingga belum tersedianya bank darah yang dimiliki oleh pihak rumah sakit.

"Inovasi ini mampu memberikan kepastian pelayanan darah, dan dapat melayani secara non-stop 24 jam. Dapat meringankan beban keluarga pasien, karena tidak perlu repot meninggalkan yang sakit untuk memperoleh distribusi darah," jelasnya.

Adapun alur penggunaan inovasi ini, keluarga pasien pertama kali harus ke ruang perawat yang ada di rumah sakit guna mengisi form permintaan darah yang telah disediakan.

Kemudian mereka melakukan pembayaran di kasir, baik secara tunai maupun non-tunai.

"Setelah itu, pihak kasir akan menghubungi ODO yang bertugas untuk mengambil darah di PMI Lamongan, dan mereka akan menyerahkan darah yang diperoleh dari PMI tersebut ke perawat yang bertugas," ucap Arif.

Bupati Lamongan Fadeli mengapresiasi inovasi ODO yang dikembangkan oleh RSUD Ngimbang.

Dari data yang didapat olehnya, Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pada RSUD Ngimbang mengalami peningkatan.

Dari yang semula 81,09 pada semester pertama tahun 2018, kini mencapai 81,50 pada semester pertama tahun 2020.

Tidak hanya itu, inovasi ODO juga dikatakan turut meningkatkan kesejahteraan tukang ojek yang terlibat.

Dengan para tukang ojek yang biasa mendapat penghasilan Rp 829.200 per bulan, kini bisa meraih hingga Rp 2 juta lebih per bulan.

Terlebih, risiko kerusakan darah juga dapat diminimalisasi saat perjalanan, lantaran sarana ojek yang digunakan dilengkapi dengan fasilitas cool box sesuai standar.

"Mudah-mudahan dari ODO ini pelayanan kesehatan yang cepat dan tepat dapat dirasakan masyarakat Lamongan," tutur Fadeli.

https://regional.kompas.com/read/2020/08/25/21042011/kini-distribusi-kantong-darah-lebih-cepat-rumah-sakit-libatkan-ojek

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke