Salin Artikel

Kerap Menyerang Warga, 2 Buaya Dipotong dan Dikafani dalam Ritual Adat

Kepala Dusun Kayu Besi, Tarmizi mengatakan, tercatat sebanyak lima kali serangan buaya terhadap warga setempat sejak beberapa tahun terakhir.

Umumnya warga yang diserang sedang beraktivitas menangkap ikan di sungai Kayu Besi dan kawasan muara Puding Besar.

"Untuk yang meninggal setahu saya belum ada. Hanya serangan yang itu meresahkan. Kemungkinan ada yang terluka atau cedera saja," kata Tarmizi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (7/8/2020).

Tarmizi menuturkan, masyarakat dibantu pawang telah menangkap sebanyak tiga ekor buaya dalam beberapa tahun terakhir.

Dua penangkapan terakhir merupakan buaya berukuran besar yang kemudian ditanam (dikubur) sesuai ritual adat.

Sedangkan penangkapan pertama, merupakan buaya berukuran kecil yang kemudian dibiarkan masyarakat begitu saja.

"Untuk yang ditanam, memang dipotong dan dikafani sesuai ritual. Tapi dikuburkan masih di daerah Kayu Besi ini," ujar dia.

Konflik antara buaya dan masyarakat, kata Tarmizi sulit dihindari. Sebab sebagian masyarakat masih tergantung pada mata pencarian menangkap ikan dan kepiting di sungai dan kawasan muara.

Selama ini pun sungai Kayu Besi terkenal sebagai habitat buaya.

"Kalau cerita dulunya, ada perjanjian tidak boleh saling mengganggu. Jadi kalau ada serangan dari buaya, dianggap sudah menyalahi," ucapnya.

Adapun penangkapan buaya sepanjang lebih 4,5 meter pada Senin malam mendadak viral karena bangkai buaya tersebut digotong menggunakan buldoser.

Video berdurasi 19 detik yang memerlihatkan ukuran buaya raksasa tersebut kemudian viral di kanal media sosial.


Kepala Resort BKSDA Kepulauan Bangka Belitung, Septian Wiguna mengaku kesulitan untuk evakuasi menyelamatkan hewan dilindungi tersebut.

"Kepercayaan masyarakat setempat tidak memperbolehkan. Kalau ada buaya yang menyerang, lalu mereka tangkap dan itu dikubur di daerah bersangkutan," ujar Septian.

BKSDA kata Septian berharap kesadaran masyarakat untuk menghindari kawasan-kawasan yang memang menjadi habitat buaya. Jika diabaikan, maka konflik antara manusia dan buaya akan terus terjadi.

"Alasan ekonomi jadi persoalannya. Penangkapan pun dilakukan dengan cara dipancing dan ritual. Kami dilarang evakuasi meskipun saat itu buayanya masih hidup," ujar Septian.

https://regional.kompas.com/read/2020/08/07/14394131/kerap-menyerang-warga-2-buaya-dipotong-dan-dikafani-dalam-ritual-adat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke