Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Gara-gara Tahi Ayam, Tembok Dibangun Depan Rumah | Batuk Tiada Henti, Penumpang Bus Diturunkan

Tembok tersebut dibangun M tetangganya hanya gara-gara M dan suaminya sering menginak kotoran ayam saat melintas di depan rumahnya.

Semetara itu di Yogyakarta, seorang penumpang bus yang bernama Pardi terpaksa diturunkan dari bus karena ia batuk tiada henti saat berada di bus.

Pardi adalah penumpang tujuan Bekasi dan diturunkan di Wates. Ia lalu langsung dilarikan ke rumah sakit.

Dua berita tersebut menjadi perhatian banyak pembaca Kompas.com dan berikut lima berita populer nusantara selengkapnya.

Hal tersebut ia lakukan sejak 4 tahun terakhir setelah tetangganya, M membangun tembak setinggi 1 meter yang menutup akses depan rumah Wisnu.

Padahal, lahan yang dibangun pagar tembok tersebut merupakan milik desa. Namun, diklaim secara sepihak oleh M.

Menurut Wisnu, tetangga membangun tembok hanya gara-gara sepela yakni M dan suaminya kerap menginjak kotoran ayam saat melintas di depan rumahnya.

“M sama suaminya lewat kadang kadang mlecoki telek (menginjak tahi ayam) yang memicu masalah. Akhirnya ya dipagar itu,” kata Kepala Desa Gandukepuh Suroso.

Pihak desa, kata Suroso, sebenarnya juga menyesali sikap arogansi dari M dan sudah berusaha melakukan mediasi.

Hanya saja, upaya yang dilakukan selalu gagal. Bahkan, sarannya untuk memberikan akses masuk di depan rumah Wisnu selalu ditolak oleh M.

Pardi adalah penumpang tujuan Bekasi dan diturunkan di Wates. Ia lalu langsung dilarikan ke rumah sakit.

Saat dicek, di bagian lengan lelaki itu ada tanda plester bekas luka suntikan.

"Kondisi pria itu lemas. Ada tanda kayaknya bekas dirawat atau cek kesehatan. Semacam tanda habis pengambilan sampling," kata Humas PMI Kulon Progo, Wisnu Rangga, Senin (20/7/2020).

Setelah sempat menjalani perawatan beberapa hari di RSUD Wates, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Pardi mengembuskan napas terakhir.

Sebelum meninggal, ia telah menjalani serangkaian tes dan penyebab kematiannya dipastikan bukan karena Covid-19.

Sebelum dinyatakan positif Covid-19, orang nomor dua di Pemerintah Kota Solo tersebut sempat melakukan perjalanan ke luar kota.

Salah satunya adalah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara Jakarta pada Kamis (16/7/2020), atau tepatnya sehari sebelum turunnya rekomendasi dari DPP PDI-P untuk calon yang diusung dalam Pilkada Solo.

Purnomo berangkat dari Solo ke Jakarta naik pesawat.

Saat pulang, Purnomo turun di Bandara Ahmad Yani Semarang. Pada Jumat (17/7/2020) sore, Purnomo dikabarkan pergi ke Yogyakarta.

Padahal, pasangan calon yang direkomendasikan DPP PDI-P, yaitu Gibran dan Teguh, dari Semarang dijadwalkan bertemu dengan dirinya.

Karena Purnomo tak ada di rumah, akhirnya Gibran dan Teguh dari Semarang langsung menuju ke Loji Gandrung Solo.

Ia juga sempat mengikuti beberapa acara dan pada Kamis (23/7/2020) Purnomo masih beraktivitas di Kantor Balai Solo. Ternyata di hari tersebut, Purnomo dinyatakan terpapar Covid-19.

Salah satu alasannya, pria berusia 43 tahun itu representasi kelompok milenial.

"Kami yakin Azrul bisa meraih pasar millenial, apalagi 57 persen pemilih Surabaya adalah kelompok usia milenial," kata Ketua DPD Partai Nasdem Surabaya, Robert Simangunsong, di kantornya, Sabtu (25/7/2020).

Selain itu, figur Azrul sudah dikenal sebagai sosok energik yang sudah malang melintang di dunia usaha dan olahraga.

Dalam dunia olahraga, saat ini lulusan Universitas Negeri California Amerika Serikat itu tercatat sebagai Presiden Persebaya dan Direktur Utama PT Deteksi Basket Lintas (DBL).

Azrul juga tercatat pernah menjadi CEO perusahaan media Jawa Pos Grup.

Namun hal tersebut dibantah Azrul melalui blog pribadinya.

Dia secara pribadi mengaku mendukung Machfud Arifin sebagai calon wali kota Surabaya.

Baginya, Machfud Arifin adalah sahabat lama Dahlan Iskan, ayahnya.

Sehari-hari, ayah Dimas bekerja sebagai nelayan. Sedangkan sang ibu bekera sebagai buruh pengupas rajungan.

Dimas setiap pagi berangkat sekolah diantar ibundanya dengan dibonceng sepeda onthel dari rumahnya di Desa Pantiharjo, Kecamatan Kaliori, Rembang.

Jarak tempuh dari rumahnya menuju SMPN I Rembang sekitar 700 meter.

Kepala SMPN I Rembang Isti Chomawati mengatakan, Dimas merupakan satu-satunya muridnya yang terganjal sistem pembelajaran online selama pandemi Covid-19 akibat tak memiliki handphone.

Setelah melalui berbagai pertimbangan, pihak sekolah akhirnya memberikan kebijakan khusus dengan mempersilakan Dimas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah meski seorang diri.

Tak hanya Dimas, SMPN I Rembang juga mempersilakan siswa-siswi lainnya yang tidak memiliki ponsel pintar untuk belajar di sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Labib Zamani, Achmad Faizal, Puthut Dwi Putranto Nugroho | Editor: Setyo Puji, Pythag Kurniati, Teuku Muhammad Valdy Arief, Robertus Belarminus)

https://regional.kompas.com/read/2020/07/26/05450051/-populer-nusantara-gara-gara-tahi-ayam-tembok-dibangun-depan-rumah-batuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke