Salin Artikel

"Kan Sudah Kita Kontrol, Kok Masih Dibilang Solo Zona Hitam?"

Ganjar tak setuju jika penyebutan zona hitam didasarkan pada lonjakan kasus positif Covid-19 yang terjadi di Kota Solo.

"Kan sudah kita kontrol. Kok masih banyak yang bilang (Solo) zona hitam?" ujar Ganjar geram.

Sebelum hari Minggu, pasien yang dirawat karena Covid-19 di Solo berjumlah 4 orang, namun angka tersebut melonjak lebih dari lima kali lipat, menjadi 22 orang yang harus dirawat.

Tambahan 18 orang itu, 15 di antaranya berasal dari klaster tenaga kesehatan (nakes) RSUD dr Moewardi yang merupakan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Paru Universitas Sebelas Maret (UNS).

Kemudian tiga orang lainnya adalah warga non-nakes.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, seperti dikutip dari TribunSolo.com, menyebut Solo sudah menjadi zona hitam lantaran lonjakan kasus tersebut.

Ganjar tak terima, beberkan data

Penyebutan zona hitam membuat Ganjar tak terima.

"Zona hitam ki jarene sopo to? (Zona hitam itu katanya siapa sih?) Yang ngomong siapa? Mungkin pengamat atau lagi benci? Kok banyak yang bilang zona hitam. Mungkin yang hitam itu bajumu!" ujar Ganjar di Semarang, Selasa (14/7/2020).

Lonjakan kasus, kata Ganjar, tidak bisa serta merta membuat Solo disebut zona hitam.

Berdasarkan data, kasus positif Covid-19 di Solo mencapai 64 orang.

Dari jumlah itu, 22 pasien masih dirawat, 37 orang dinyatakan sembuh dan 5 orang meninggal dunia.

Kasus di Solo lebih sedikit bila dibandingkan Kota Salatiga yakni 92 kasus dengan rincian 19 pasien dirawat dan 73 orang sembuh.

Kasus tertinggi di Jateng masih ditempati oleh Kota Semarang dengan 2.565 kasus. Namun, status kota itu pun belum zona hitam.

Sempat mengakui Solo disebut zona hitam, Wali Kota Solo FX. Hadi Rudyatmo mengklarifikasi perihal status itu.

Rudy, demikian sapaan akrabnya, awalnya tak keberatan Solo dikatakan zona hitam lantaran lonjakan kasus yang tak wajar. Ia berharap masyarakatnya bisa lebih waspada dengan penyebaran virus Covid-19.

Namun, pada Selasa (14/7/2020) Rudy menyatakan Solo berzona oranye kemerahan.

"Solo bukan zona hitam. Namun zonanya oranye agak kemerah-merahan. Sehingga masyarakat wajib hukumnya waspada," kata Rudy.

Meski demikian, ia tak mengubah sejumlah langkah tegas untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 di wilayahnya.

Seperti menutup Alun-alun yang merupakan pusat keramaian, serta melakukan swab mendadak bagi warga yang berkerumun.

"Begitu berkerumun semua kita lakukan swab mendadak. Karena tidak mau diatur. Karena sudah diberi tempat duduk yang sudah digambar, masih gerombol tidak mau pakai masker," ungkap Rudy.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2020/07/15/06050051/kan-sudah-kita-kontrol-kok-masih-dibilang-solo-zona-hitam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke