Salin Artikel

Tak Ada Lagi Suara Merdu dari Tiupan Harmonika, Sang Maestro Kini Terbaring Lemah

Maestro harmonika asal Gresik, Jawa Timur, tergolek tak berdaya di ruang tamu, di rumah kecil adik iparnya yang terpaut dua rumah dari tempat tinggalnya.

"Kemarin saat beli tahu tek di depan (jalan raya depan gang rumahnya) jatuh. Pas kurang enak badan, tiba-tiba jatuh sendiri," ujar Amang dengan nada terbata saat ditemui, Kamis (2/7/2020).

Kejadian itu sudah berlangsung sekitar dua bulan lalu. Namun hingga kini, Amang masih merasakan sakit di bagian kaki sebelah kiri dan tidak lagi bisa dibuat berdiri, apalagi berjalan.

Kris Adji AW salah seorang seniman asal Gresik bersama rekan-rekannya menjenguk Amang.

Memang benar Amang tengah sakit dan tidak lagi dapat berjalan usai terjatuh dari sepeda onthel yang biasa dipakai berkeliling di wilayah Gresik kota.

"Merasa tergugah dan prihatin, akhirnya saya unggah kondisi Pak Amang di medsos dan mendapat banyak respons. Alhamdulillah bantuan kemudian mulai berdatangan," tutur Kris.

Sebelumnya Amang tidak sampai dirawat di rumah sakit lantaran tidak memiliki biaya untuk berobat.

Selain itu tidak ada pihak keluarga yang nantinya bakal menunggu bila Amang sampai menjalani rawat inap.

"Pak Amang ini biasanya tinggal sendiri di rumah yang berjarak dua rumah dari sini. Tapi sejak jatuh kemarin itu, dia tinggal di sini karena hanya tinggal kami keluarga yang dimiliki," kata Fatimah (60), adik ipar Amang.

Rumah Fatimah tidak jauh berbeda dengan tempat tinggal Amang. Tidak terlalu luas dengan lebar sekitar 5 meter.

Saat ditemui Amang tidur di lantai beralaskan tikar seadanya, karena kamar yang ada di tempati oleh Fatimah dan satu orang anaknya.

Saat kondisi Amang diposting di media sosial, banyak orang yang tergerak untuk membantu.

Bahkan ada yang menawari Amang untuk berobat ke rumah sakit.

Maestro Harmonika

Amang mulai mengenal alat musik harmonika sejak dirinya ikut berlayar.

Pada saat itu Amang yang masih berusia belasan tahun sempat berlayar hingga Amerika Serikat.

"Kalau mulai bisa (mainkan) harmonika itu Januari 1954. Beli di pasar (Gresik), waktu itu Rp 1.500. Belajar sendiri (otodidak)," ucap Amang.

Amang mengaku jatuh hati dengan harmonika lantaran ia dapat memainkan berbagai nada yang diinginkan dalam satu alat musik. Baik alunan ritme, melodi, atau pun bass.

Sejak saat itu, Amang mulai melatih keterampilan memainkan harmonika.

Hingga dirinya mulai dipercaya oleh rekan atau pun orang yang mengenalnya untuk tampil unjuk kepiawaian dalam memainkan alat musik tiup tersebut.

Amang ingat betul pertama kali tampil di hadapan banyak orang tahun 1959, saat itu ulang tahun temannya.

Rekor MURI

Keahlian memainkan harmonika terus diasah. Kendati saat itu dirinya juga berprofesi sebagai guru bahasa inggris di sebuah lembaga belajar yang ada di Gresik.

Keahliannya itu membuat Amang mendapat perhatian dari orang-orang. Amang mulai diundang pentas hingga mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada 2012.

"Bahkan, kehebatannya memainkan harmonika dalam tiga suara sekaligus itu membuatnya masuk dalam salah satu dari enam pemain harmonika fenomenal di dunia," tutur seniman dan budayawan Gresik, Kris Adji AW.

Kris mengtatakan, nama Mbah Amang sendiri disejajarkan dengan Hermine Deurloo, pemain harmonika asal Amsterdam, Jason Ricci (Amerika Serikat), Toots Thielemans (Belgia), Jean-Jacques Milteau (Perancis), Hari Pochang atau Hari Krishnadi asal Bandung yang merupakan sahabat Almarhum Harry Roesli.

"Maka tidak heran kalau Mbah Amang disebut sebagai maestro harmonika yang sangat unik," jelas Kris.

Bagi Kris, sosok Amang merupakan salah satu ikon seniman Gresik. Ini karena dedikasinya melalui alat musik harmonika.

Amang juga kerap meraih predikat sebagai juara pertama pada lomba harmonika tingkat nasional yang diadakan Radio Suzana Surabaya.

Selain itu, Amang bersama beberapa rekannya di komunitas Ongkeng Gresik juga sempat menggelar pertunjukan di Warung Apresiasi Jakarta pada 2004.

Kepiawaian Amang dalam memainkan harmonika juga dikabarkan sempat mengundang ketertarikan dari pemusik jazz legendaris Bubi Chen yang telah meninggal dunia, untuk dapat melakukan kolaborasi dalam sebuah pertunjukan bersama.

"Konon pernah duet dengan Bubi Chen di Surabaya," kenang Kris Adji.

Kurang Dipresiasi

Sebagai seniman harmonika, Amang sempat mendapat kesempatan untuk dapat unjuk kepiawaian dalam kontes harmonika tingkat internasional di Malaysia.

Hanya saja, kesempatan ini lewat begitu saja karena tidak ada biaya dan dukungan dari pemerintah daerah setempat.

"Setahu saya pernah ada kesempatan menjadi wakil Indonesia untuk mengikuti lomba harmonika internasional di Malaysia. Tapi itu gagal terlaksana karena tidak ada biaya dan tidak ada perhatian dari Pemkab Gresik," tutur Kris.

Banyak yang membantu

Postingan Kris Adji mengenai sosok Amang Genggong yang tergolek tak berdaya lantaran sakit di media sosial, mendapat respons positif dari banyak pihak.

Mulai dari ketua DPRD Gresik, wakil bupati Gresik, hingga sejumlah organisasi yang ada di Gresik mulai berdatangan untuk menjenguk sekaligus memberikan bantuan kepada maestro harmonika tersebut.

Pada saat Kompas.com berkunjung melihat kondisi Amang, berbarengan dengan perwakilan dari Pemuda Muhammadiyah Gresik yang tengah menyalurkan bantuan.

"Kami dapat info bahwa Pak Amang sakit, sehingga kami datang menjenguk. Kami memang ada kajian untuk itu sebagai bentuk empati akan hal-hal sosial seperti ini," ucap Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Gresik, Aditama.

Selain bentuk empati, Aditama menilai sosok Amang Genggong adalah figur panutan dalam bidang seni dan budaya.

Amang menjadi contoh teladan dan seharusnya mendapat perlakuan lebih layak di hari tua.

"Terus terang sosok Pak Amang memberikan inspirasi kepada kami sebagai sosok panutan dalam bidang seni dan budaya. Terlebih kami juga memiliki bidang yang melingkupi cakupan pemuda, seni, budaya, dan olahraga," ujar Aditama.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/03/09245051/tak-ada-lagi-suara-merdu-dari-tiupan-harmonika-sang-maestro-kini-terbaring

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke