Salin Artikel

Cerita Nelayan Tegal yang Melaut ke Natuna, Hasil Tangkapan Sedikit dan Rugi Ratusan Juta Rupiah

Mobilisasi kapal nelayan pantura Jawa Tengah yang diberangkatkan untuk menjaga kedaulatan laut NKRI dari kapal asing, harus mengalami kerugian mencapai ratusan juta rupiah karena sulit mendapat ikan.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal Riswanto, pemilik kapal yang juga ikut partisipasi bela negara mengemukakan, hasil ikan tangkapan tidak sesuai harapan.

"Kapal saya ikut berpartisipasi bela negara bersama kapal lainnya. Namun 30 kapal hasil ikan tangkapannya sulit. Dalam waktu empat hari di laut Natuna Utara hanya dapat ikan 50 kilogram," kata Riswanto saat dihubungi Kompas.com, Jumat (19/6/2020).

Riswanto mengemukakan, 30 kapal cantrang diberangkatkan dari Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari Kota Tegal pada 4 Maret lalu dan dilepas oleh sejumlah pejabat tinggi.

Nelayan baru kembali ke Tegal sekitar pertengahan Mei atau sebelum Idul Fitri.

Disampaikan Riswanto, untuk biaya perbekalan satu kapal cantrang berukuran di atas 100 GT, membutuhkan biaya mencapai Rp 500 juta hingga Rp 800 juta.

Biaya operasinal sebanyak itu untuk membeli solar sekitar 50 ton, dan perbekalan kebutuhan makan 25 anak buah kapal (ABK) selama dua bulan.

Dengan hasil tangkapan ikan hanya sekitar 15 ton dan terjual sekitar Rp 400 juta dari modal Rp 500 juta hingga Rp 800 juta, jelas jauh dari kata untung.

"Kalau dihitung, satu kapal merugi mulai dari Rp 180 juta sampai Rp 500 juta. Jika ditotal 30 kapal mencapai miliaran rupiah," kata Riswanto, yang mengaku merugi sampai Rp 400 juta dengan kapal 101 GT miliknya.

Salah satunya, karena alat tangkap ikan jenis cantrang tak mampu melawan arus bawah laut perairan Natuna utara yang cukup kuat.

"Di Natuna utara arus bawah laut sangat kuat. Cantrang tidak mampu menangkap ikan. Beda dengan alat tangkap trawl yang mampu melawan derasnya arus," kata Riswanto.

Untuk itu, Riswanto kembali meyakini, alat tangkap cantrang yang hingga kini masih dilarang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sebenarnya tidak merusak lingkungan.

"Ini membuktikan bahwa faktanya setelah kita ekspedisi di sana, cantrang yang selama ini dilarang KKP jelas tidak merusak laut," ujar Riswanto.

Riswanto mengungkapkan, saat ini sejak setelah Idul Fitri, seluruh kapal cantrang kembali sedang mencari ikan ke perairan Jawa.

"Harapannya bisa mendapatkan hasil melimpah untuk menutup kerugian selama di Natuna," kata dia.

Riswanto mengaku sudah menyampaikan setiap perkembangan di lapangan melalui komunikasi whatsapp dan telepon kepada KKP yang diteruskan ke Polhukam.

"Tapi memang soal kapal cantrang sulit dapat ikan sudah disampaikan langsung Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan KKP ke publik," sebut Riswanto.

https://regional.kompas.com/read/2020/06/20/15304281/cerita-nelayan-tegal-yang-melaut-ke-natuna-hasil-tangkapan-sedikit-dan-rugi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke