Salin Artikel

Cerita Keluarga Agus Terpaksa Tinggal di Bekas Gudang Es karena Tak Punya Biaya, Sering Lihat Penampakan hingga Banyak Nyamuk

Memiliki luas 10 x 6 meter persegi, bangunan tersebut dikelilingi oleh semak belukar.

Bagian atapnya berkarat serta berlubang. Sedangkan temboknya lusuh dan berjamur.

Namun siapa sangka, bangunan itu ditinggali oleh keluarga Agus Prayitno (35) yang memiliki tiga anak kecil.

Ia terpaksa meninggalkan rumah indekos mereka sebelumnya lantaran akan dijual oleh pemilik.

Sedangkan untuk mencari tempat tinggal lainnya, ia tak punya biaya karena masih menganggur saat itu.

Bekas gudang es tersebut terpaksa ia tinggali. Agus tak tega jika tiga anaknya yang berusia delapan, lima dan 1,5 tahun harus tidur di jalanan.

"Cari kerjaan belum dapat. Daripada tidak dapat tempat tidur mendingan saya dan keluarga menempati bangunan ini," kata Agus.

Namun, lama-kelamaan ia dan keluarganya terbiasa.

"Pertama-tama di sini sering melihat ada penampakan hantu. Tapi lama-lama sudah terbiasa," kata dia saat ditemui Kompas.com, Selasa (16/6/2020).

Tak hanya itu, keluarga Agus juga berhadapan dengan banyaknya nyamuk, terutama pada malam hari.

Sebab, kawasan di sekitar bangunan itu ditumbuhi semak belukar.

Dari hasil pernikahannya, Agus memiliki tiga anak.

Usai menikah, ia pernah membuka jasa tambal ban. Namun, usahanya tak berjalan lancar.

Agus kini bekerja di tempat angkringan dengan gaji Rp 60.000,00 sehari.

Uang itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Sedangkan untuk menyewa tempat tinggal, ia tak memiliki biaya.

"Setiap hari saya dapat upah Rp 60.000. Tapi, uangnya diberikan setiap satu minggu sekali. Uang itu saya buat beli makan dan biaya hidup keluarga sehari-hari," tutur dia.

Belum mendapatkan bantuan

Agus mengaku dirinya belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Namun ia sudah cukup bersyukur lantaran bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Setiap hari saya dapat upah Rp 60.000. Tapi, uangnya diberikan setiap satu minggu sekali. Uang itu saya buat beli makan dan biaya hidup keluarga sehari-hari," tutur dia.

Sementara itu, Lurah Jajar, Jati Utama telah mengetahui keberadaan keluarga Agus.

Dia pun pernah mengusulkan bantuan untuk mereka, namun tidak bisa karena Agus masih beralamat di kelurahan lain, yaitu Kerten.

Dia juga sudah meminta Agus mengurus perpindahan alamat, karena dia masih terdata satu KK bersama ibunya.

Sedangkan ibunya sudah terdata mendapatkan Bantuan Sosial Tunai (BST) dari pemerintah.

"Sebenarnya saya ingin mengajukan sembako buat dia. Tapi dilihat status KK-nya kok penduduk Kerten masih jadi satu sama ibunya (Agus). Dan, ibunya di Kerten itu dapat BST (bantuan sosial tunai)," terang dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor : Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2020/06/17/06193431/cerita-keluarga-agus-terpaksa-tinggal-di-bekas-gudang-es-karena-tak-punya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke